Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, June 22, 2018

Novena Domus 3 Juni 2018


Bunyi nada masuk HP Rm. Bambang berbunyi pada jam 02.27 Minggu siang tanggal 3 Juni 2018. Ternyata dokter Lucia Krisdinarti mengirim SMS "Matur nuwun rm spun pun paringi kesempatan berbagi pengalaman" (Terima kasih, rama, sudah diberi kesempatan untuk berbagai pengalaman). Terhadap pesan ini Rm. Bambang langsung menjawab "Kula sakanca kelansiaan ingkang matur nuwun sanget. Berkah Dalem. Salam katur bapak" (Yang mengucapkan banyak terima kasih justru saya dan teman-teman lanjut usia. Tuhan berkati. Salam untuk bapak) dan ternyata mendapat kiriman balik "Njih romo. Dawah sami2" (Ya, rama. Sama-sama). Dengan SMS itu Rm. Bambang menangkap bahwa Bu Krisdinarti, dosen kedokteran UGM dan praktek dokter di RS Panti Rapih, merasa senang ketika berada di Domus Pacis pada hari itu.

Bu Krisdinarti tiba di Domus Pacis bersama suaminya beberapa menit menjelang jam 09.00 pagi. Pada waktu itu Ruang Serba Guna Barnabas sudah penuh dengan banyak orang. Lebih dari 400 orang sudah duduk di kursi yang tersedia. Beberapa ibu relawati menyambut kedatangan Bu Krisdinarti yang kemudian menuju meja presentasi dimana Rm. Bambang sudah duduk dengan kursi rodanya. "Kula kinten namung rama-rama" (Saya kiranya para pesertanya hanya para rama) kata Bu Kris yang disambut oleh Rm. Bambang "Yen namung rama-rama nggih namung sekedhik" (Kalau hanya rama-rama ya hanya sedikit sekali) dan sambil menunjuk ke bebrapa rama Domus yang duduk di kursi roda yang tampak dari pintu masuk "Kados nika lho" (Seperti itu, lho). Tiba-tiba Bu Kris berkata "Lho, nika Rama Ria, ta?" (Bukankah itu Rm. Ria?) Ketika Rm. Bambang mengiyakan, Bu Kris dan suaminya langsung menuju ke Rm. Ria dan menyalaminya termasuk juga ke Rm. Tri Hartono, Rm. Harto dan Rm. Yadi. Maklumlah baik Rm. Ria dan Bu Kris sama-sama berasal dari Paroki Kumetiran.

Pada hari itu Bu Krisdinarti, yang ahli penyakit jantung, menjadi pembicara dalam program Novena Ekaristi Seminar dengan tema NGATI-ATI TANDHA-TANDHA LARA JANTUNG (Hati-hati Terhadap Tanda-tanda Penyakit Jantung). Ternyata kalau orang mengalami serangan jantung, dia justru tidak akan menemukan tanda jelas bagian mana dari tubuh yang menjadi sumber rasa sakit. Para peserta tampak amat tertarik dan diam serta amat memperhatikan isi uraian Bu Kris yang menggunakan gambar-gambar power point. Ketertarikan itu terbukti ketika sampai pada saat ada kesempatan tanya-jawab. Banyak sekali yang mengangkat tangan untuk bertanya atau minta tanggapan atas pengalamannya. Rm. Bambang harus memotong kesempatan untuk bertanya karena sesi ini sudah berjalan lebih daru satu jam. Padahal presentasi Bu Kris juga lebih dari satu jam. Beberapa hal yang menjadi pertanyaan dan ditanggapi oleh Bu Kris dalam catatan Rm. Bambang adalah:
  • Kaitan dengan darah rendah
  • Flu jantung
  • Kewaspadaan bila tensi lebih dari 140
  • Terapi air untuk kaum lansia
  • Jantung bocor 
  • Menjaga agar plak tidak pecah  
  • Istirahat kalau terasa kejang atau jimpe kala mengalami kegiatan tergesa atau berat.

0 comments:

Post a Comment