Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, October 23, 2019

Percikan Nas Kamis, 24 Oktober 2019

Antonius Maria Claret, Aloisius Guanella
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan:
Rm. 6:19-23; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 12:49-53.
BcO Hab. 2:5-20.

Bacaan Injil: 
49 "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! 50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! 51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. 52 Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. 53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."

Memetik Inspirasi:
Membaca bacaan Injil saya terkesima dengan kalimat Yesus ini, “Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!” (Luk 12:50). Kalimat ini melalangkan refleksi saya pada situasi Yesus Sang Putra Allah kala memutuskan untuk menerima baptisan. Baptisan diberikan Yohanes untuk pengampunan dosa. Apakah Yesus perlu melakukan itu? Apa kalau melakukan Ia tidak akan dicap sebagai orang berdosa, padahal Dia adalah Anak Allah? Sungguh hal tersebut tidak mudah. Hati Yesus pun susah.
Dalam hidup kita pun mungkin pernah atau mungkin akan mengalami situasi yang sulit seperti itu. Kita harus membuat suatu keputusan yang membawa konsekuensi yang mesti dijelaskan. Pilihan ini sering tidak mudah. Walau tidak mudah kita tetap harus memilih.
Sesulit apapun, sebesar apapun konsekuensinya kita mesti membuat keputusan. Keputusan yang kita buat akan menuntun langkah kita berikutnya. Tanpa keputusan kita pun sulit melangkah. Yesus memutuskan menerima baptisan Yohanes. Ia pun bisa melangkahkan perutusan-Nya dan diterima banyak kalangan. Maka mari kita berani membuat keputusan, walau sulit dan memikul konsekuensi yang berat.

Refleksi:
Bagaimana keberanianmu untuk membuat keputusan pada situasi sulit?

Doa:
Bapa, Putera-Mu memberi teladan untuk berani membuat keputusan yang sulit. Kami pun sering berada dalam situasi sulit. Bantulah kami agar berani membuat keputusan persoalan-persoalan sulit. Kuatkanlah kami agar mampu menghadapi konsekuensinya. Amin.

Membuat Keputusan
MoGoeng
Wates

0 comments:

Post a Comment