Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, February 22, 2020

PROSES KE PENGURANGAN 23?


Pada Jumat 21 Februari 2020 Rama Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta, mengunjungi Wisma Domus Pacis Puren, rumah untuk para rama praja tua Keuskupan Agung Semarang, dimana kami tinggal. Kadang-kadang beliau memang mampir apabila sedang ada acara di Yogyakarta. Sebelum menjadi Uskup Jakarta beliau adalah Uskup Keuskupan Agung Jakarta. Dengan demikian tidak mengherankan kalau beliau cukup dekat dengan para rama lansia yang ada Domus Pacis Puren termasuk saya. Barangkali Wisma Domus Pacis Puren termasuk yang membekas di hati Rama Kardinal. Wisma ini dibangun atas dasar kebijakan beliau untuk menyediakan tempat khusus bagi para rama yang sudah tidak menjalani dinas resmi.

Dalam kunjungan itu Rama Kardinal Haryo mengunjungi para rama di kamar masing-masing. Saya ikut menyertai di empat kamar. Ketika sampai di salah satu rama yang berbicaranya masih lancar dan banyak ceritera, Rama Kardinal dapat mendengarkan apa yang kini masih dapat diperbuat. Dan ketika sampai pada omongan tentang kehidupan Domus yang banyak dihidupkan oleh banyak umat yang jadi relawan, saya nyeletuk “Nanging benjang September kula sadaya sampun pindah Kentungan” (Tetapi besok September kami sudah pindah ke Kentungan). Kata-kata itu saya dasarkan pada informasi sekilas ketika mengikuti Misa Pemberkatan Jenasah Rm. G. Utomo,Pr. pada 17 Februari 2020. Di situ dikatakan bahwa rumah untuk para rama tua yang sedang dibangun di Kentungan akan diresmikan pada 1 Oktober 2020. Maka dalam pikiran saya kami harus sudah masuk pada September 2020.

 Nanging kamar-kamaripun wiyar mriki” (Tetapi kamar-kamar untuk rama luas di sini) kata saya yang disambung dengan pertanyaan dari Rama Kardinal “Mriki pinten, ta?” (Di sini ada berapa?). Saya menjawab “Mriki 6X6, tigang dasa enem meter persegi. Benjang ing Kentungan 5X5, selangkung meter persegi. Suda 11 meter persegi” (Di sini 6 kali 6 atau 36M2. Besok di Kentungan 5 kali 5 atau 25M2. Berkurang 11M2). Ternyata rama yang dikunjungi di kamar itu berkomentar “Nggih idhep-idhep cecawis pengirangan tigalikur meter persegi” (Yah, itu sekalian membangun kesiagaan diri untuk pengurangan 23M2). “Kok nganten?” (Mengapa begitu?) sergah Rama Kardinal yang dijawabnya “Kan masih harus pindah ke jatah 2X1”. Rama Kardinal tertawa mungkin terbayang area seberang depan bangunan tempat banyak nisan para rama.

0 comments:

Post a Comment