Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, April 7, 2020

Beato Herman Yoseph

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 6626 Diterbitkan: 10 Mei 2014 Diperbaharui: 07 April 2017

  • Perayaan
    7 April
    21 Mei (Khusus di Diosis Cologne, Jerman)
  •  
  • Lahir
    Tahun 1150
  •  
  • Kota asal
    Cologne Jerman
  •  
  • Wafat
    Tanggal 7 April 1241 di Biara Cistercian Hoven, Jerman - Sebab alamiah
  •  
  • Beatifikasi
    Tahun 1958 oleh Paus Pius XII
  •  
  • Kanonisasi
    -

Beato Herman Yosef lahir di Cologna pada tahun 1150. Walau ayahnya masih berdarah bangsawan, namun keluarga mereka hidup dalam kemisikinan. Ayahnya bernama Lothair, masih keturunan dari para bangsawan Kota Meer (sekarang Meerbusch), dan ibunya adalah Santa Hildegund/Hilda (Perayaan: 6 Februari). Pola hidupnya yang saleh diwarisi dari kedua orangtuanya. Semenjak kecil Herman menaruh cinta yang luar biasa kepada Bunda Maria dan Yesus. Setiap hari ia selalu menyempatkan dirinya untuk bercakap-cakap dengan Bunda Maria dan Yesus di dalam Gereja.
Suatu saat sebelum pergi ke sekolah, ia menyempatkan diri untuk singgah dan berdoa kepada Bunda Maria dan kanak-kanak Yesus di dalam Gereja. Kepada Bunda Maria dan kanak-kanak Yesus, ia mempersembahkan sebuah apel yang diberikan oleh ayahnya sebagai bekal ke sekolah. Ia mengulurkan apel itu kepada kanak-kanak Yesus. Tetapi ia tidak cukup tinggi untuk bisa mencapai tangan Yesus. Ia ingin memanjat, namun diurungkannya karena merasa tidak sopan. Lalu dengan ajaib tiba-tiba saja Bunda Maria tersenyum lalu membungkuk menerima pemberian Herman. Herman tertawa ceria. Sesudah itu ia berpamitan keluar dari gereja karena takut terlambat ke sekolah.
Herman menganggap Bunda Maria dan kanak-kanak Yesus sebagai teman akrabnya. Setiap kali ia selalu singgah di gereja untuk membisikkan isi hatinya dan menceritakan semua pengalamannya. Pernah sekali ia datang tanpa bersepatu, padahal pagi itu udara sangat dingin. Bunda Maria menunjuk ke sebuah ubin yang terlepas. Herman membalik ubin itu dan mendapati sejumlah uang yang cukup untuk membeli sepatu. Setelah itu, setiap kali Herman memerlukan sesuatu, di tempat itulah selalu tersedia apa yang diperlukannya.  
Ketika ia berumur 12 tahun, Bunda Maria memintanya agar masuk biara. Herman merasa heran karena ia masih terlalu kecil. Namun ia patuh pada permintaan Bunda Maria. Ia lalu melamar pada Biara Premonstratensian (Biara Norbertine) di Steinfeld. Dan ternyata ia diterima juga sebagai postulan dan kemudian novis.  Atas permintaan Bunda Maria, pada saat ia ditahbiskan menjadi imam ia menambah namanya menjadi “Herman Yosef”.  
Sebagai seorang imam dan biarawan, Herman Yosef menjalani pola hidup asketis yang keras sesuai dengan peraturan biara Nobertine. Setiap pagi Ia rajin melatih dirinya dengan berbagai latihan rohani. Cintanya kepada Bunda Maria dan Kanak-kanak Yesus serta rasa hormatnya pada Sakramen Maha Kudus semakin meluap. Setiap pagi saat merayakan Ekaristi matanya selalu basah dengan linangan air mata. Setiap kali ia mengalami kekacauan batin, Bunda Maria datang menghiburnya. Kepadanya Bunda Maria selalu berkata: “Tidak ada yang lebih berkenan kepada Allah daripada melayani saudara-saudara karena cinta kepada Allah.”
Herman Yoseph memperoleh karunia penglihatan dan sering mengalami ekstase pada waktu mempersembahkan Kurban Misa. Namun ia tetap rendah hati dan menjalani hidup sebagai seorang biarawan yang biasa-biasa saja. Karena kesuciaan hidup dan kesederhanaannya, Herman Yoseph sangat dicintai oleh banyak orang  teristimewa rekan-rekannya sebiara.
Selain sebagai seorang mistik, Herman Yoseph juga dikenal sebagai seorang penyair dan pencipta lagu rohani. Banyak syair dan lagu yang dikarangnya untuk meluhurkan Sakramen Maha Kudus dan menghormati Bunda Maria.   
Pada tahun-tahun terakhir dalam hidupnya, Herman ditugaskan untuk menjadi pembimbing spiritual bagi para biarawati Cistercian di Kota Hoven, dekat Zulpich. Ditempat inilah Herman Yoseph tutup usia pada tahun 1241 dalam usia 90 tahun. Jenazahnya mula-mula dikuburkan di biara tersebut; lalu dipindahkan ke kota Steinfeld sampai hari ini.
Proses kanonisasi Beato Herman Joseph dimulai sejak tahun 1626, atas permintaan dari Uskup Agung Ferdinand dari Cologne dan Kaisar Ferdinand II, tapi proses ini tidak berlanjut. Walau demikian, perayaan untuk menghormati kekudusan Herman Joseph terus dirayakan pada setiap tanggal 7 April oleh biara Nobertine. Nama Herman Joseph juga telah tercantum dalam “Martyrologium Romanum” sebagai orang kudus walaupun ia belum secara resmi dimaklumkan kudus.  Statusnya sebagai seorang kudus baru secara resmi dikukuhkan oleh gereja setelah ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XII pada tahun 1958.

0 comments:

Post a Comment