Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, April 24, 2020

Santa Maria Euphrasia Pelletier

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 4213 Diterbitkan: 27 April 2014 Diperbaharui: 31 Mei 2014

  • Perayaan
    24 April
  •  
  • Lahir
    31 Juli 1796
  •  
  • Kota asal
    Noirmoutier, Vendée, Perancis
  •  
  • Wafat
    24 April 1868 di Angers, Maine-et-Loire, Perancis - Sebab alamiah
  •  
  • Venerasi
    24 Februari 1924 oleh Paus Pius XI
  •  
  • Beatifikasi
    30 April 1933 oleh Paus Pius XI
  •  
  • Kanonisasi
    2 Mei 1940 oleh Paus Pius XII

Santa Maria Euparasia Pelletier lahir pada tanggal 31 Juli 1796 di sebuah daerah pengungsian di pulau Noimoutier - Perancis.  Ia dibabtis dengan nama Rose Virginie PelletierAyahnya, Julian Pelletier adalah seorang dokter. Ibunya bernama Anne Mourain.  Perkawinan kedua orangtuanya berlangsung ketika sang ayah berumur 29 tahun, dan ibunya berumur 20 tahun. Ketika itu mereka tinggal di Soullans, sebuah daerah dataran rendah yang indah di Perancis.
Pada bulan Januari 1793 meletuslah Revolusi Perancis. Kehidupan Gereja turut terguncang karena revolusi berdarah ini. Banyak imam yang dibunuh oleh orang-orang yang membenci gereja. Namun sayang bahwa penjahat-penjahat itu tidak ditangkap dan dihukum. Mereka dibiarkan berkeliaran dan melakukan berbagai aksi kejahatan. Mengingat bahaya yang menimpa imam-imam, maka keluarga Pelletier menyembunyikan pastor Paroki Soullans di rumahnya. Tetapi hal ini kemudian diketahui oleh para penjahat itu. Pastor itu ditangkap dan kemudian dibunuh. Merasa terancam, keluarga Pelletier lalu pindah ke pulau Noimoutier, tempat kelahiran Rosa Virginia Pelletier. Rosa dididik secara Katolik dalam lingkungan yang sangat baik. Semenjak kecil ia dilatih untuk bekerja keras dan berkelakuan baik terhadap orang lain.
Setelah hidup lama di Noimoutier, dokter Pelletier meninggal dunia. Ibu Anne mengalami goncangan batin yang hebat karena kematian suaminya. Semenjak itu ia sendirilah yang harus bersusah payah membesarkan Rosa kecil. Kepedihan yang sama menimpa Rosa, yang tak lama kemudian menerima sakramen Permandian dan Penguatan. Kemudian setelah situasi umum di Soullans aman dan damai, ibu Anne bersama Rosa pindah kembali ke daerah asalnya Soullans. Disini, Rosa dimasukkan ke dalam asrama untuk melanjutkan pendidikannya. Di asrama ini, Rosa berusaha selalu menampilkan diri sebagai gadis yang menyenangkan banyak orang. Sikap dan tingkah lakunya berbeda sekali dengan teman-temannya. Ia seorang gadis yang tenang, alim, tidak suka memberontak dan rajin membantu orang lain. Dengan senang hati ia membantu suster pemimpin asrama untuk menertibkan rekan-rekannya. Pendidikannya di asrama ini sungguh menyiapkan dia untuk menjadi seorang suster yang saleh di kemudian hari.
Sementara berada di asrama, peristiwa duka lain menimpa dirinya. Constan, saudaranya meninggal dunia. Enam bulan setelah kematian Constan, ibunya tercinta meninggal dunia juga. Semua peristiwa yang datang beruntun ini meninggalkan luka batin yang cukup dalam di hati Rosa. Ia terus saja memikirkan ayahnya, ibunya dan saudaranya. Tetapi inilah saat yang tepat bagi Tuhan untuk bertindak atas diri Rosa. Pada suatu hari, dia bersama kawan-kawannya berkunjung ke biara suster-suster Kongregasi Santa Maria Pengasih. Disini mereka merayakan Misa Kudus bersama suster-suster itu. Peristiwa ini menumbuhkan dalam hatinya minat untuk menjalani hidup sebagai seorang suster. Maksud hatinya untuk menjadi seorang suster diberitahukan kepada kakaknya Anne Yosefin dan Marsaud, suami Anne. Tetapi cita-citanya itu tidak disetujui. Saudaranya tidak menyetujui kalau Rosa masuk biara itu. Ia boleh masuk biara lain seperti biara Santa Ursula. Namun demikian, Rosa tidak putus asa. Ia terus berdoa agar Tuhan memberikannya jalan. Akhirnya kedua kakaknya menyetujui cita-cita Rosa. Pada tanggal 20 Oktober 1814, Rosa pergi ke Tours untuk menjalani hidup membiara.
Setelah menjalani masa postulan selama 11 bulan, Rosa memasuki masa novisiat. Ia diberi nama baru "Maria Euphrasia". Ia giat mempelajari Kitab Suci dan rajin membaca riwayat hidup orang-orang Kudus. Pada tanggal 9 September 1817, ia mengucapkan kaulnya yang pertama: kemiskinan, ketaatan, kemurnian dan pengabdian untuk keselamatan kaum wanita. Jubah mereka khas. Warna putih. Di bagian dada tergantung salib biru yang melambangkan sengsara Kristus. Disamping salib terdapat sejenis kalung dengan medali bergambar Santa Perawan Maria dan Kanak-Kanak Yesus, dikelilingi bunga bakung dam sekuntum mawar yang melambangkan cinta abadi.
Sebagai seorang suster muda, Euphrasia melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya dengan penuh semangat. Ia ditugaskan di bidang pendidikan anak-anak asuhan yang ada dalam biara itu, dan berusaha agar mereka bisa kembali ke masyarakat sebagai orang-orang yang berguna. Karena kesalehan dan kepribadiannya yang menarik, dia diangkat sebagai pemimpin biara pada tahun 1825. Dalam tugas baru ini, ia berusaha dengan bantuan Tuhan untuk mengembangkan biaranya. Cintanya kepada santa Theresia dari Avilla sangat besar. Karena itu ia lebih condong kepada cara hidup Karmelit. Atas izin pimpinan biara Karmelit, ia memadukan aturan-aturan Ordo Karmelit dan Anggaran Dasar Biaranya sendiri; dan kemudian membentuk sebuah konggregasi baru yang ia diberi nama : Congregation of Our Lady of Charity of the Good Shepherd (Konggregasi Suster-suster Gembala baik).  Suster Maria Eupharasia kemudian diakui sebagai Superior-Jenderal Kongregasi yang pertama pada tanggal 9 Januari 1831. Empat tahun kemudian Konggregasi ini mendapat persetujuan dari Paus Gregory XVI pada tanggal 16 Januari 1835.
Banyak orang yang tertarik pada cara hidup konggregasi yang baru ini. Mula-mula ada empat orang menggabungkan diri di bawah bimbingannya. Mereka segera menyebarluaskan wilayah kerjanya ke beberapa kota, antara lain Tours dan Angers. Kemudian meluas lagi meliputi berbagai negara seperti  Italia, Jerman, Belgia, Inggris, Aljazair, Amerika Serikat, Kanada, Mesir, Irlandia, Austria, India, Chili, Malta, Belanda, Australia, Myanmar dan bahkan sampai ke Indonesia.
Suster Maria Eupharasia tutup usia pada tanggal 24 April 1868 karena penyakit yang dideritanya selama masa tuanya.  Pada akhir hidupnya, ia menyaksikan Konggregasi yang didirikannya telah berkembang pesat; memiliki lebih dari 2.000 orang suster dan lebih dari 100 biara yang tersebar lima benua.  Ia dinyatakan kudus  oleh Paus Pius XII pada tanggal 2 Mei 1940.

0 comments:

Post a Comment