Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, October 9, 2014

BAWA ROKOK TIDAK?



Ibu-ibu dari salah satu Umat Lingkungan di Paroki Ungaran memang amat bersemangat untuk mengunjungi para rama Domus Pacis. Mereka sudah lama berencana dan bersepakat untuk datang pada tanggal 19 Oktober 2014. Acara yang disepakati adalah sarasehan yang ditutup dengan misa dari pagi hingga siang. Karena tiba-tiba ada acara Wanita Katolik RI Ranting, pengurus ibu-ibu ini merubah jadualnya. Rama Bambang menolak tanggal yang dipilih, yaitu Minggu 5 Oktober 2014. Hal ini didasarkan pada sibuknya Domus Pacis sebab pada Minggu Pertama biasa ada acara Novena Ekaristi Seminar. Sekalipun acara selesai pada jam 12.00, pelayanan makan siang dan selesainya kemas-kemas selalu sampai di atas jam 14.00. Untuk kondisi rama Domus suasana seperti itu tentu membuat kecapekan. Rama Agoeng pun membenarkan. Meskipun demikian kelompok ibu-ibu ini terus menerus mendesak agar diperkenankan datang ke Domus Pacis, karena hari itu mereka memang sudah memutuskan ke Yogyakarta berziarah ke Ganjuran. Mereka mau datang pada jam berapapun di sore hari. Rama Bambang menyilahkan tetapi dengan catatan program sarasehan dan misa batal. Akhirnya mereka bersepakat dengan Rama Yadi untuk datang pada jam 5 sore.

Ketika Rama Bambang selesai mandi dan berdandan sambil bersiap pergi ke Berbah untuk pelayanan misa arwah, pada jam 16.45 bel tamu Domus berbunyi. "Kae mesthi tamu Ungaran" (Itu pasti tamu dari Ungaran) kata Rama Bambang dalam hati. Pikiran ini ternyata benar ketika Mas Fredi berkata "Rama, tamune pun rawuh" (Rama, para tamu sudah datang). Tampaklah iring-iringan ibu-ibu berjalan di teras dalam Domus Pacis menuju ruang aula dalam. Para ibu itu pada umumnya mengenakan kaos berwarna biru benhur (Rama Yadi menyebut "biru Maria") warna yang khas untuk Wanita Katolik RI. Rama Yadi, Rama Harto, dan Rama Tri Wahyono juga sudah siap. Rama Tri pernah menjadi Pastor Kepala di Paroki Ungaran dan Rama Harto juga pernah tinggal sebentar di pastorannya. Suasana pertemuan terasa santai. Mungkin semua, baik para tamu dan para rama, bagaimanapun ada dalam kondisi membutuhkan istirahat. Rama Yadi menjadi pemandu suasana duduk-duduk santai. Rama Harto dan Rama Tri juga diberi kesempatan berbicara selain salah satu ibu yang mewakili rombongan yang mengucapkan kata-kata pembuka.

Rama Yadi memperkenalkan rama-rama Domus dan memberikan informasi letak kamar-kamarnya. Aktivitas beberapa rama (Rama Agoeng, Rama Harto, Rama Yadi dan Rama Bambang) juga menjadi ceritera dari Rama Yadi. Ketika Rama Yadi meminta Rama Bambang menyampaikan kata-kata, Rama Bambang berkata "Yo, saiki sapa sing arep dha takon tentang Domus Pacis?" (Sekarang, silahkan yang ingin bertanya tentang Domus Pacis). Ternyata muncul pertanyaan-pertanyaan yang oleh Rama Bambang dijawab dengan model sembrana parikena (kelakar tapi mengenai pokoknya). Pada suatu saat Rama Bambang bertanya "Saiki aku genti takon" (Sekarang aku ganti bertanya) yang disambut "Mangga" (Silahkan). Pertanyaan "Kowe dha ngoleh-olehi apa?" (Kamu membawa oleh-oleh apa?) membuat ibu-ibu tertawa terbahak-bahak. Ketika koordinatornya menyebut bandeng presto, kuwe dan beberapa lain, Rama Bambang pun berkata "Kuwi kabeh oke. Ning sing pokok: nggawa rokok nggo Rama Tri ora?" (Itu semua oke. Tapi yang pokok: membawa rokok untuk Rama Tri tidak?). Bu Untung, yang tampaknya menjadi salah satu penggerak menyahut "Nggawa....." (Bawa) yang juga disambut tertawa dari semua. Pada jam 05.45 Rama Bambang minta pamit untuk meninggalkan pertemuan menuju tempat misa arwah.

0 comments:

Post a Comment