Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, December 20, 2020

Ngurmati, Ngajeni, Nggemateni

Tiga kata itu saya temukan dari semboyan yang dipegang oleh Rm. Florentius Hartanta, Pr. dalam mengurus para rama praja tua Keuskupan Agung Semarang di rumah tua Domus Pacis Puren. Beliau mulai tinggal bersama para rama penghuni Domus Pacis Puren sejak tanggal 1 September 2020. Sejauh saya nilai Rm. Hartanta memang sungguh menyatu dengan para rama dan juga dengan para karyawan. Menurut saya beliau dalam karya dilandasi oleh sikap refleksif terhadap pengalaman kongkretnya. Hal ini saya tangkap dari homili-homilinya bila memimpin misa di Domus. Pengalaman-pengalaman karyanya menghadirkan kata-kata mutiara untuk pegangan hidup. Berkaitan dengan prinsip “ngurmati, ngajèni, nggematèni”, ini saya dengar ketika Rm. Hartanta menyampaikan apa yang dialami dan dijalani di Domus Pacis Puren ketika mengikuti rapat daring pada Sabtu 12 Desember 2020 bersama Mgr. Rubiyatmoko, Uskup Agung Semarang. Di dalam tulisan ini saya akan mengetengahkan apa yang saya lihat yang dilakukan oleh Rm. Hartanta yang menghadirkan tiga macam pegangan untuk mengurus para rama tua. Barangkali yang terjadi pada Rm. Hartanta dapat menjadi referensi bagi siapapun yang memiliki dan mengurus para lanjut usia baik perorangan maupun kelompok.

Ngurmati

Kata Jawa ngurmati berarti menghormati. Dalam tata nilai kehidupan masyarakat tradisional hormat adalah sikap yang harus ada dalam diri orang yang lebih muda terhadap yang lebih tua. Pada hemat saya ini sama dengan sikap respek dalam hubungan sosial masyarakat umum. Sebetulnya sikap hormat-menghormati merupakan keutamaan yang diluhurkan di dalam hubungan satu sama lain tanpa pandang strata sosial tinggi rendah. Tetapi di kalangan masyarakat Jawa tradisional sikap hormat memang menjadi kewajiban orang yang lebih muda atau lebih rendah derajatnya terhadap yang lebih tua atau lebih tinggi derajat sosialnya. Tetapi dalam masyarakat Jawa tradisional yang lebih tua atau lebih tinggi derajat sosialnya harus mengimbangi dengan sikap ngrengkuh atau sikap menjadikan seperti adik atau anak atau cucu.

Dalam menghormat para rama tua, sikap Rm. Hartanta akan sangat tampak kalau ada salah satu mendapatkan ejekan. Yang biasa menjadi tukang ejek adalah saya dan Rm. Suntara. Sebenarnya antara saya dan Rm. Suntara juga biasa saling mengejek. Bahkan kami berdua sering tampak saling debat bahkan saling kecam. Menyaksikan hal ini Rm. Hartanta bisa akan menanggapi dengan tertawa bahkan terbahak-bahak sebagaimana pada umumnya orang serumah. Dalam Blog Domus berkaitan dengan peristiwa tanggal 19 November 2020, pada judul Rm. Suntara dalam kolom Historia Domus, Rm. Bambang mencatat "Wong sing dèrèng ngerti saget ngira Rm. Suntara lan Rm. Bambang padu" (Orang yang belum mengerti dapat mengira Rm. Suntara dan Rm. Bambang bertengkar) kata Rm. Hartanta di kamar makan pada suatu ketika. Tetapi para rama dan karyawan akan tertawa bahkan sampai terbahak-bahak kalau ada kata-kata saling serang antara Rm. Suntara dan Rm. Bambang di kamar makan. Meskipun sering muncul kata-kata tajam, semua paham bahwa itu model kedua rama menampakkan hubungan dekatnya. Namun Rm. Hartanta akan berekasi lain apabila itu terjadi pada rama lain, terutama yang kondisinya sudah tidak segar dan dalam banyak hal harus dibantu dengan pelayanan tenaga Domus. Kalau saya atau Rm. Suntara mengejek atau bahkan berkomentar negatif, Rm. Hartanta biasa berkata “Ampun, rama” (Jangan katakan begitu, rama). Dia akan menjaga agar jangan ada rama-rama sepuh mendapatkan kata-kata atau tidakan negatif sekalipun berasal dari sesama rama tua.

Ngajèni

Kata ngajèni berasal dari kata dasar aji yang berarti harga atau nilai atau bobot. Dari sini saya memahami kata ngajèni berarti menghargai. Rm. Hartanta amat menghargai para rama tua Domus Pacis Puren. Sejauh saya amati beliau selalu berjuang menemukan hal yang dapat dihargai dalam diri setiap rama. Bahkan dalam diri rama yang saya mengerti sudah tidak dapat apa-apa karena dalam segalanya harus dilayani, Rm. Hartanta bisa menemukan hal baik yang membuat rama tersebut memiliki hal yang paling tidak menampakkan kepositifan. Beberapa rama yang bagi saya sudah tak dapat menunjukkan jasa, saya terbantu melihat kebaikan-kebaikan seperti “beliau selalu mudah tersenyum menerima pelayanan yang diberikan”, “beliau masih memiliki ingatan yang terjadi di masa lalu”, “ketika ikut misa bisa ikut mengucapkan doa syukur agung kedua tanpa melihat teks”, “beliau punya perkembangan karena sekarang bisa memegang makanan dan menyantapnya”. Terhadap rama yang sudah akan bingung kalau memimpin misa, kehadiran Rm. Hartanta membuatnya bisa berperan ambilbagian membacakan bacaan dan bahkan menyanyikan mazmur dan atau aleluia  walau dengan nuansa getar ketuaan. Dengan prinsip ngajèni Rm. Hartanta berjuang untuk menemukan hal sekecil apapun dalam diri para rama untuk diberdayakan sesuai dengan perkembangan situasi hidup di rumah tua.

Nggematèni

Nggematèni adalah kata Jawa yang berarti penuh kasing sayang atau menyayangi. Dalam diri Rm. Hartanta bagi saya sungguh tampak kasih sayangnya kepada para rama tua Domus Pacis Puren. Beliau lebih banyak menampakkan wajah ceria berhadapan dengan para rama. Ungkapan kata-katanya terasa tak ada nada negatif kalau berbicara dengan para rama atau kalau memberi komtentar pada rama-rama tertentu. Saya yakin itu bukan basa-basi karena ada konsistensi tampilan sekalipun setiap hari berjumpa sudah lebih dari tiga bulan bersama. Terhadap rama yang bagi saya sebenarnya amat menjengkelkan, Rm. Hartanta dapat mendekati dan menemukan jalan keluar yang bisa menenangkan sikap rama tersebut. Meskipun demikian Rm. Hartanta tetap bersikap tegas dalam prinsip sehingga putusannya tidak membuat rama bermanjaria dengan seleranya sendiri. Bagi saya ini pasti muncul dari hati kasih sayang. Setiap rama mendapatkan kesempatan untuk diajak dan diantar pergi dengan mobil termasuk menengok bangunan rumah di Kentungan yang akan ditempati oleh para rama Domus Pacis Puren. Rm. Hartanta selalu mengantar rama yang periksa dokter di RS Panti Rapih. Kalau harus pergi meninggalkan Domus Pacis Puren untuk suatu keperluan seperti rapat, Rm. Hartanta selalu menyiapkan karyawan atau juga seringkali minta saya untuk secara khusus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan para rama. Kalau pulang beliau akan segera mencari tahu “bagaimana atau ada apa” selama ditinggal. Ketika harus berada di rumah selama sembilan hari karena ayahandanya kritis hingga wafat, beberapa hal yang harus terjadi seperti gaji bagi para karyawan sudah disiapkan dan dititipkan pada saya. Bahkan beliau juga menunjukkan kunci kalau saya membutuhkan uang. Begitu pulang Rm. Hartanta menemui para karyawan untuk bertanya keadaan para rama.

1 comments:

cherryblossom said...

Untuk mempermudah kamu bermain guys www.fanspoker.com menghadirkan 6 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
dimana lagi kalau bukan di www.fanspoker.com
WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

Post a Comment