Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, November 30, 2014

KETELADAN UTAMA LANSIA


Pada Minggu tanggal 23 November 2014 jam 10.00 Paroki Marganingsih Kalasan, Yogyakarta, mengadakan misa khusus untuk kaum lanjut usia (lansia). Di tengah misa sebelum doa umat ada penerimaan Sakramen Perminyaan secara massal. Rama Bambang menjadi selebran utama didampingi 3 imam Konggregasi OMI (Rama Susanto, Rama Sattu, dan Rama Yuli) dan Rama Teguh dari Komisi PSE KWI yang kebetulan sedang berlibur. Dalam penerimaan Minyak Suci Rama Tata, Pastor Kepala Paroki Kalasan, menggantikan Rama Bambang. Berdasarkan informasi bahwa gedung gereja yang penuh itu dapat menampung 800an umat dan ruang pendapa luar juga penuh, layaklah kalau Rama Tata mengatakan bahwa peserta berjumlah lebih dari 1.000 orang. Panitia memberikan tema misa untuk mengembangkan keteladanan lansia dalam beriman bagi kaum muda.

Di dalam khotbahnya Rama Bambang memulai dengan mengambil kata-kata panitia sebelum misa dimulai. Di situ disebutkan bahwa kaum lansia telah berjasa memberikan banyak hal dalam kehidupan Gereja dan TERUTAMA KETELADANAN bagi kaum muda. Dari sini Rama Bambang masuk dengan berbicara "Apa itu keteladanan utama dari kaum tua dalam Gereja?" Ada tiga pokok yang disampaikan dalam khotbah:
  • Keteladanan Berpandangan Kedepan  Dengan mengambil inspirasi Injil Matius 25:31-46 orang disadarkan bahwa kehidupan masa kini riil kongkret akan menjadi penentu terhadap sikap sungguh ikut Tuhan sebagai orang beriman atau tidak. Injil mengajak membuat masa kini bukan terutama menjadi akibat dari sebab-sebab perbuatan dan kejadian masa lalu. Orang diajak untuk membangun segala tindakan masa kini bagi kejadian iman di masa mendatang. Kaum tua dan lansia yang sungguh beriman tidak akan terlalu membanggakan prestasi, kejayaan, dan jasa masa lalu. Kaum tua dan lansia beriman akan tetap memiliki impian kedepan dengan tindakan-tindakan demi masa depan. Yang menjadi tolok ukur adalah kata-kata Tuhan Yesus "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Mat 25:40). Di sini kaum tua dan lansia diajak menyadari agar mengutamakan perhatian justru bagi yang dalam hati dirasa bahkan dianggap rendah dan hina baik karena kedudukan, kekayaan, atau usia.
  • Keteladanan Penaklukan Diri  Di dalam bacaan kedua Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam dalam misa Minggu itu, Rama Bambang mengutip kata-kata Santo Paulus "Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya ..." (1 Kor 15:28). Kristus sebagai penguasa yang mampu menalukkan segalanya termasuk maut, akhirnya berpuncak pada kemampuannya "menaklukkan diri-Nya" sendiri. Hal ini tentu harus menjadi sikap hidup pengikut Kristus yang harus selalu "menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Flp 2:5). Dari sini layaklah kalau Tuhan berkata "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Luk 9:23). Dari sini keteladan kaum tua dan lansia harus tampak dalam sikapnya dalam kemampuan menaklukkan diri atau menyangkal diri atau "ngampet" dan tak akan semaunya sendiri mentang-mentang lebih tua dari yang lain atau pernah memiliki jasa-jasa di masa lampau.
  • Keteladanan Kesediaan Mau Dipimpin  Akhirnya untuk mampu menjalani dua macam keteladanan di atas Rama Bambang mengutip Injil Yohanes 21:18 "Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Di sini Rama Bambang menyampaikan sharing bagaimana kini daya pikir segar dan kondisi menderita sakit tidak membuatnya sengsara. Dia berguru pada Rama Agoeng dengan membiasakan diri bergaul sebagai sahabat, mendengarkan saran dan kritiknya, dan kesediaan dilatih dengan ketrampilan-ketrampilan berinternet dan diberi informasi-informasi pengetahuan masa kini. Usia Rama Bambang lebih tua 22 tahun dibading Rama Agoeng, dan ketika Rama Bambang memulai imamatnya di Paroki Klaten Rama Agoeng masih kelas 2 SD. Rama Bambang berjuang mengembangkan diri dengan slogan yang berasal dari inspirasi Rama Agoeng "Tua Tidak Renta, Sakit Tidak Sengsara, Mati Masuk Surga". Maka bagi Rama Bambang "Lansia Tidak Pikun Karena Mau Dituntun" oleh yang muda.

0 comments:

Post a Comment