Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, January 8, 2015

TAMU MALAM


"Mangke tamune ben ditemponi Rama Harto mawon" (Nanti tamunya biar ditemui oleh Rama Harto saja) kata Rama Yadi yang disambung oleh Rama Bambang "Ning wau dhek telpon kula, kula takeni badhe ngunjungi sinten, wonten wangsulan Rama Tri Wahyono" (Tadi pada waktu telepon, saya tanya akan ketemu siapa, dia menjawab Rama Tri Wahyono". Ini omongan yang terjadi pada Selasa 6 Januari 2015 ketika sedang makan malam. Rama Agoeng, yang barangkali tidak tahu isi pembicaraan, bertanya "Tamu saking pundi, ta?" (Tamu dari mana?) yang dijawab oleh Rama Yadi "Ibu-ibu saking Klepu" (Ibu-ibu dari Klepu). Rama Bambang menambahkan "Wau nelpon yen le rawuh ajeng jam 07.00 dalu niki. Mula kalau wau Rama Yadi, sing nggih entuk SMS info kunjungan, rada keberatan" (Tadi ada telpon bahwa akan datang jam 07.30 malam ini. Rama Yadi, yang juga mendapat SMS info kunjungan, tadi agak keberatan). "Soale kula isa pun ngantuk" (Soalnya saya bisa sudah mengantuk) sahut Rama Yadi yang diteruskan oleh Rama Bambang "Kula niku nek lunga bengi nggih saget tampil seger. Nanging yen mboten kesah, bar mangan dalu nggih pun ngantuk banget terus tilem" (Saya kalau pergi dan tampil malam ya dapat segar. Tetapi kalau tidak pergi, sehabis makan sudah mengantuk sekali dan terus tidur).

"Domus Pacis pancen rumah pensiunan kok. Enak ngge tilem. Kula nek pas mboten kesah nggih dadi ngantukan" (Domus Pacis memang rumah pensiunan. Enak untuk tidur. Kalau tidak pergi, saya juga mudah mengantuk) Rama Agoeng mengomentari omong-omong tadi. Tiba-tiba bel tamu berbunyi. Karyawan pergi membukakan pintu ruang tamu dan sejurus kemudian terdengar suara orang-orang. "Kula nuwuuuun" (Spadaaaa). Sebuah suara lelaki terdengar disusul munculnya Rama Triwidianto, pastor dari Paroki Klepu, masuk ruang makan diikuti 8 orang ibu dan 2 orang bapak. Mereka menyalami satu persatu Rama Tri Wahyono, Rama Agoeng, Rama Yadi, Rama Harto, dan Rama Bambang. Ruang pertemuan dekat ruang makan dibuka dan kemudian, kecuali Rama Tri Wahyono yang tetap di kursi meja makannya, para tamu duduk omong-omong dengan rama-rama yang habis makan bersama. Rama Yadi yang berasal dari Klepu memulai omongan dan kemudian meminta Rama Harto mengenalkan satu persatu rama-rama yang ada di Domus dan aktivitasnya. Dalam pertemuan ini tidak ada pembicaraan serius tetapi diwarnai suasana kelakar penuh omongan humor bahkan saling mengejek. Hal ini bagi orang-orang Jawa memang menciptakan keakraban yang mendalam. Pertemuan ini diakhiri dengan Doa Tahun Hidup Bakti dan berkat dari Rama Harto.

Sebelum pulang para tamu menyempatkan diri mengunjungi Rama Harjaya di kamarnya. Mereka memang harus menunggu beberapa saat karena Pak Tukiran sedang membersihkan Rama Harjaya yang baru saja membuang hajat. Sesudah itu para tamu dipimpin oleh Rama Triwidianto berdoa untuk Rama Harjaya. Rama Yadi, Rama Harto, Rama Agoeng, dan Rama Bambang ikut sampai depan ruang tamu untuk mengantar para tamu menuju mobil dan meninggalkan Domus Pacis. Ternyata di kursi panjang dari bambu ada 2 karung beras. "Mugi-mugi cekap kangge sewulan" (Semoga cukup untuk sebulan) kata seorang bapak.

0 comments:

Post a Comment