Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, April 19, 2014

INSPIRASI PASKAH BAGI KAUM TUA


Apakah makna Paskah bagi kaum tua terutama yang sudah masuk golongan lanjut usia?

Pertanyaan ini muncul dalam benak Rama Bambang. Kebetulan selama Tri Hari Suci Rama Bambang berada di Paroki Kelor sebagai tamu bersama dua rama tamu lain, yaitu Rama Hari Kustana, Pr. dan Rama Suhardiyanto, SJ. Rama Suhardiyanto kini berusia 66 tahun. Beliau adalah pensiunan karyawan Pusat Kateketik (PUSKAT) Pradnyawidya, Kotabaru, dan juga pensiunan dosen Universitas Sanata Dharma (USD). Kini Rama Suhardiyanto menjadi Pimpinan Komunitas Rumah Serikat Yesus ATMI (Akademi Teknik Mesin Indonesia) Sala dan membantu pengembangan karya kateketik di PUSKAT. Rama Hari Kustana adalah dosen Kitab Suci Fakultas Teologi USD dan menjadi staf Seminari Tinggi Kentungan Yogyakarta. Rama Bambang melontarkan pertanyaan itu sesudah makan pagi di Kelor pada Sabtu 19 April 2014.

Inspirasi dari Yesus di Kayu Salib

Berkaitan dengan keutamaan iman masa tua Rama Hardiyanto mengatakan bahwa yang paling pokok adalah kemampuan untuk tidak menggunakan lagi kemampuan yang dimiliki. Sementara itu ternyata Rama Hari Kus mengatakan yang paling utama adalah menyadari tidak memiliki kemampuan lagi. Perbedaan pendapat ini ternyata menjadi perbincangan hangat. Tetapi yang berseberangan ini mendapatkan pencerahan ketika merujuk ke inspirasi iman Paskah yang muncul dalam momen Yesus tergantung dikayu salib. Rama Suhardiyanto mengatakan bahwa Tuhan Yesus sebenarnya punya kemampuan membebaskan diri untuk melepaskan tangan dan kakinya dari paku salib. Orang-orang tahu bahwa Tuhan Yesus mampu membuat banyak mukjizat dan memiliki kemampuan ilahi. Sementara itu Rama Hari Kus mengatakan bahwa peristiwa penyaliban adalah kondisi Yesus yang menyerahkan diri pada kehendak Bapa. Peristiwa di taman Jaetun menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sebenarnya ingin bebas dari penderitaan itu tetapi Dia toh mengatakan siap menjalani yang dihendaki Bapa sebagaimana ternyata dalam kata-kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Mat 26:39). Berdasarkan peristiwa salib ini kedua rama ini sepakat bahwa bagi orang tua yang sungguh beriman yang paling pokok adalah makin dapat hidup menurut kehendak Allah dan bukan kemauannya sendiri.

Kehendak Allah ini secara kongkret adalah kenyataan yang dihadapi dan dialami. Orang-orang yang sudah lanjut usia bagaimanapun sudah tidak mampu menjalani kerjaan-kerjaan masa dulu sesuai dengan tuntutan masa kini. Apalagi kalau sudah muncul generasi sesudahnya, kaum tua harus mampu untuk lepas dari yang dulu biasa dilakukan. Masa pensiun atau pergantian jabatan/kepengurusan adalah pertanda kehendak ilahi untuk berhenti dari yang biasanya dilakukan. Barangkali akan muncul penderitaan paling tidak secara batin. Tetapi ini adalah jalan salib yang buahnya adalah kemuliaan seperti dalam peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Orang sungguh dimuliakan dan dihormati kalau mampu mati atau berhenti dari yang dulu dan mau berjuang menghayati realitas masa kini. Barangkali ada kaum tua yang masih bisa bersaing dengan kaum muda dalam pekerjaan tertentu. Tetapi keberanian untuk menyerahkan pada yang muda, walau mungkin masih kalah mutu dibandingkan pekerjaan kaum tua, adalah tanda adanya perjuangan untuk menyerahkan diri pada kehendak Allah.

Inspirasi dari Dua Imam

Dari omong-omong pagi itu muncul sharing kisah berhenti dari tugas resmi. Rama Suhardiyanto berhenti dari tugas dosen selama 33 tahun dan Rama Bambang dari tugas di lembaga misioner Keuskupan Agung Semarang selama 27 tahun. Kini Rama Suhardiyanto, selain menjalani tugas resmi sebagai Pimpinan Komunitas SY ATMI Sala, ikut menangani pengembangan karya kateketik. Karya pengembangan ini sudah ada sejak lama tetapi tidak begitu berjalan karena yang mengurus adalah dosen-dosen aktif yang banyak kesibukannya. Kini Rama Suhardiyanto yang sudah lepas dari tugas jadi dosen dapat melaksanakannya sehingga karya pengembangan dapat berjalan dengan baik. Sementara itu Rama Bambang sudah melepaskan diri dari segala kegiatan yang menjadi program lembaga misioner yang kini berpusat di Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM). Rama Bambang yakin bahwa setiap orang sebenarnya diberi banyak karunia oleh Allah dan hanya sedikit yang dikembangkan karena kesibukan tugas khusus dan atau mencari nafkah. Bahwa ada kurnia lebih ini disetujui oleh Rama Hardiyanto dan Rama Hari Kus. Maka Rama Bambang sejak masih tugas resmi sudah menyiapkan diri untuk merancang hal-hal yang akan dilakukan sesudah berhenti. Ternyata selama lebih setahun yang sudah dirancang itu secara praktis gagal. Meskipun demikian Rama Bambang tidak mau menjalani kegiatan, selain pelayanan sakramen, yang sudah dilakukan oleh rama lain terutama oleh para rama muda. Tetapi justru karena kedekatannya dengan rama muda, yaitu Rama Agoeng, Rama Bambang menemukan karya yang relatif belum menjadi gelutan dari para rama lain, yaitu Pendampingan Iman Kaum Tua (PIKATU).


Dari sharing itu ternyata muncul dua hal inspiratif. Pertama, orang tidak perlu susah dan mempertahankan jabatan yang sudah diembannya. Tak sedikit rama, suster, bruder yang sulit untuk pensiun bahkan dipindahkan pun tidak mudah karena mau bertahan pada statusnya. Di paroki-paroki tidak jarang muncul soal karena orang-orang dengan berbagai alasan sulit melepaskan jabatan yang menurut pedoman sudah harus berhenti seperti menjadi prodiakon paroki dan kepengurusan lainnya. Dalam hal ini pengalaman Rama Suhardiyanto amat inspiratif. Karena Rama Suprihadi, Pr. yang jadi pastor pembantu Paroki Kelor ikut mendengarkan omong-omong pagi itu, hal ini menjadi inspirasi untuk memberdayakan orang-orang potensial yang pernah menjadi fungsionaris tertentu di paroki. Barangkali Tim Kerja Paroki, misalnya Prodiakon Paroki dan Pengembangan Umat Lingkungan, dapat beranggotakan mantan prodiakon paroki dan mantan ketua atau pengurus aktif umat Lingkungan. Kedua, pengalaman Rama Bambang dapat menjadi inspirasi bahwa dengan meninggalkan program dan kegiatan yang biasa dijalani, orang akan menemukan cakrawala baru dan dengan kemampuan yang dimiliki akan dapat membuat program kegiatan alternatif.

0 comments:

Post a Comment