Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, April 27, 2014

MARAHI PENGIN MRIKI MALIH


Ketika sedang makan pagi Sabtu 26 April 2014 bersama Rama Yadi, Rama Harto, Rama Tri Wahyono, dan Rama Agoeng, HP Rama Bambang berdering tanda ada telepon masuk. Ternyata Pak Adi dari Klaten yang menelpon. "Rama, niki kula kalih kanca-kanca pun meluncur nuju Domus" (Rama, saya dan teman-teman sudah meluncur ke Domus Pacis) kata Pak Adi dalam telepon yang langsung dijawab "Okeee" oleh Rama Bambang. Pada waktu itu jarum jam milik Rama Bambang menunjuk angka 07.38. Pak Adi adalah koordinator acara kelompok guru-guru Kristiani (Protestan dan Katolik) salah satu kecamatan di Klaten yang pada hari ini mengadakan Paskah bersama. Paskahan bersama ini dilakukan dengan meminta pendampingan penyegaran iman di Domus Pacis sebelum meneruskan ke tempat lain, yang menurut informasi adalah museum yang menghadirkan sosok almarhum mantan presiden Suharto.

Pada saat Rama Bambang sedang asyik mengupdate Blog Domus dengan komputer di kamarnya, dia terusik karena adanya informasi dari Mbak Tari bahwa para tamu pengunjung sudah datang. Saat itu baru jam 08.45 lebih sedikit. Tentu saja Rama Bambang mematikan komputernya dan keluar sambil menngalungkan tas kecil berisi Kitab Suci di lehernya. Tetapi ketika sampai di luar gedung induk Domus, Rama Bambang terkejut karena para tama sudah duduk rapi di kursi yang sudah tertata di ruang pertemuan luar. Mereka tampak sudah siap acara. "Lho, neng layang ki wiwite jam 10.00, je" (Dalam surat dinyatakan bahwa acara dimulai jam 10.00) kata Rama Bambang dalam hati. Mereka memang akan datang sekitar 30 atau 15 menit sebelumnya dan langsung menikmati minum dan snak. Karuan saja Rama Bambang segera mengirim SMS ke Mbak Tatik dari Ambarrukmo yang biasa membantu menyediakan konsumsi.

Ternyata acara penyegaran iman memang langsung dimulai. Mereka sudah menyiapkan fotocopi nyanyian, petugas doa, petugas memimpin nyanyian, dan lektor pembaca Kitab Suci. Ketika sampai pada giliran Rama Bambang, dia omong dipanjang-panjangkan yang disisipi dengan seloroh "Niki kula dawak-dawakke sinambi ngenteni tekane snak, nggih. Wong Jawa pancen biasa ora tepat waktu. Ning umume jam bar saat kesepakatan. Kanyata njenengan niku kelompok ora normal. Ora tepate ndhisiki wektu ha ha ha ...." (Pembicaraan saya panjang-panjangkan sambil menanti kedatangan snak. Orang Jawa memang biasa tidak tetap watu. Biasanya terlambat. Tetapi kelompok ini tidak normal karena mulainya mendahului ha ha ha ....). Untunglah suasannya dapat cair santai penuh dengan suasana humor. Rama Harto yang datang menyusul dapat ikut berbicara ketika terjadi tanya-jawab. Snak pun dibagikan ketika tanya jawab berlangsung. Pada jam 11.30 acara ditutup dengan makan siang bersama. Para tamu tampak senang. Kebetulan Mbak Tatik dalam penyediaan konsumsi selalu lebih dari pesanan. Tak sedikit yang mengambil tambahan sayur dan dua macam lauk yang masih tersisa. Salah satu dari 38 orang tamu itu berkata kepada Rama Bambang "Marahi pengin mriki malih" (Ini membuat kami ingin kembali ke seni lagi).

0 comments:

Post a Comment