Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, April 29, 2014

KIDUL BANTENG, LOR BANTENG



Sesudah sekitar 2 bulan 3 orang pendamping menyiapkan Paskahan di Domus Pacis, Minggu 27 April 2014 sejak pagi jam 08.00 ada anak-anak berdatangan. Bahkan 3 orang pendamping itu sudah datang sejak sebelum jam 07.00 untuk ikut menyiapkan tikar, meja dan perlengkapan lainnya. Pendampingan Iman Anak (PIA) Paroki Banteng hari ini mengadakan Perayaan Paskah sambil berkunjung ke para rama Domus Pacis. Seratus tiga belas orang datang terdiri dari mayoritas anak setingkat TK dan SD ditambah para pendamping (PIA) dan juga beberapa orang tua atau keluarga pengantar. Pelaksanaan dilakukan di ruang pertemuan luar gedung induk Domus Pacis yang multi fungsi termasuk untuk garasi dan tempat parkir. Bila digunakan untuk pertemuan, semua mobil dipindahkan ke tempat lain di kompleks Domus Pacis. Walaupun ada 185 buah kursi tersedia, para pendamping PIA minta lesehan (duduk bawah) dengan tikar di lantai. Sebenarnya mereka bersedia membawa tikar sendiri, tetapi kebetulan Domus Pacis memiliki banyak tikar panjang sehingga para pendamping tinggal menata saja. Acara dibuka dengan misa. Sedianya ada 3 orang Rama Domus Pacis yang akan memimpin, yaitu Rama yadi, Rama Harto, dan Rama Bambang. Tetapi karena mendadak tekanan darahnya meninggi, maka Rama Yadi mengirim SMS ke Rama Bambang mengatakan pamit dan akan tiduran. Rama Agoeng juga ada, tetapi beliau menempatkan diri untuk ikut mengambil gambar-gambar lewat kameranya.

Acara misa sungguh menjadi meriah dan membuat suasana menyenangkan dan menggairahkan. Teks nyanyian difotocopi dan semua bisa memegangnya. Kor anak-anak sungguh disiapkan dan seorang pemuda mengiringi dengan keyboard dengan bagusnya. Pembaca Kitab Suci dan doa umat juga amat siap. Bacaan Injil menjadi pegangan homili yang dikemas oleh Rama Bambang menjadi pendampingan kateketis. Di dalam "homili kateketis" 1 jam lebih ini juga diisi dengan sharing rama. Di dalam rencananya, pendamping PIA menuliskan sharing rama menjadi salah satu acara di luar misa. Tetapi Rama Bambang meminta untuk dimasukkan dalam homili. Pembacaan Injil yang dipoles secara dramatis dengan gesture dan nyanyian serta yel-yel membuat anak-anak kecil pun tak beranjak meninggalkan misa.

Sesudah misa anak-anak menikmati snak yang disediakan oleh pendamping dan minuman yang disediakan oleh Domus Pacis. Sambil menikmati konsumsi kecil tampil 2 macam atraksi anak, yaitu gerak-lagu dan lagu-lagu kor yang sungguh apik. Acara berikutnya adalah lomba mencari telor paskah. Sesudah pengantar penjelasan dari pendamping, semua anak diminta berfoto bersama Rama Bambang yang dari situ memberi komando pencarian telur paskah dimulai. Sesudah pencarian telur paskah selesai, acara makan siang yang disiapkan oleh Tim Relawati Domus yang dikoordinasi oleh Mbak Tatik dari Ambarrukmo. Barangkali suasana kebersamaan yang menyenangkan, persediaan makan dengan sayur dan lauknya hampir habis walau disediakan lebih dari pesanan. Bahkan sayur brongkos tahu yang ditaburi cabai utuh pun banyak disantap anak-anak dengan lahapnya. Pembagian hadiah dan bingkisan-bingkisan dijadikan acara penutup. Acara selesai pada hampir jam 01.00 siang.

Pada malam hari Mbak Tari berkata kepada Rama Bambang bahwa Rama Harto berkata "Mau aku isa gayeng, ya?" (Tadi saya dapat tampil meriah, ya?). Pada saat sharing rama dalam homili, Rama Bambang memang menampilkan Rama Harto. Rama Harto memulai dengan mengenalkan nama lengkap dan tanggal lahir serta tanggal tahbisannya. Ketika Rama Harto berkata "Saya berasal dari Bangirejo, Paroki Jetis", Rama Bambang berteriak yang ditujukan kepada anak-anak "Ngerti Jetis?" (Tahu Jetis?). Banyak anak berseru "Tidak tahuuuu." Rama Bambang pun berkata "Kuwi kidul Banteng" (Itu sebelah selatan Banteng). Rama Harto meneruskan "Saya sesudah lulus SMA masuk seminari 1 tahun di Realino dan 1 tahun di Mertoyudan." "Ngerti Realino neng Mrican?" (Tahu Realino di Mrican) yang disambut kebanyakan anak "Tidak tahuuu". Rama Bambang pun berkata "Kuwi kidul Banteng" (Itu sebelah selatan Banteng). "Ngerti Mertoyudan?" (Tahu Mertoyudan?) .... "Tidak Tahuuuu" ..... "Kuwi lor Banteng" (Itu sebelah utara Banteng). Setiap kali Rama Harto menunjuk tempat, Rama Bambang bertanya pada anak-anak yang selalu dijawab oleh kebanyakan dengan kata "Tidak tahu" dan Rama Bambang selalu menjelaskan "Kuwi kidul Banteng" (Itu sebelah selatan Banteng) atau "Kuwi lor Banteng" (Itu sebelah utara Banteng). Ini membuat para pendamping dan keluarga pengantar tertawa terbahak-bahak bahkan Rama Harto pun tertawa terkikik-kikik yang membuat matanya berair dan tremornya makin menjadi-jadi. Paling-paling Rama Bambang menambah dengan kata "Menggok" (Belok) seperti ketika Rama Harto menunjuk Nanggulan dan Semarang. Bahkan ketika Rama Harto mengatakan "Pematang Siantar di Sumatera", Rama Bambang berkata "Kuwi lor Banteng menggok" (Itu sebelah utara Banteng belok). Acara dengan Rama Harto memang menghadirkan kemeriahan khusus. Ketika pembagian hadiah, karena ada kuis, Rama Harto juga diminta untuk memberi pertanyaan. Ternyata yang diucapkan oleh Rama Harto selalu mengundang tertawa.

0 comments:

Post a Comment