Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, September 17, 2014

JAGONGAN IMAN 1 LINGKUNGAN MURANGAN



Program “Jagongan Iman” yang ditawarkan oleh Domus Pacis bertambah satu kelompok sebagai peminat. Dua belas orang (8 ibu dan 4 bapak) dari Lingkungan Santo Petrus Murangan Timur, Paroki Medari, berkumpul di rumah Bapak Bari pada Minggu 14 September 2014 dari jam 16.00-18.00. Kesemuanya adalah kesepuhan (golongan tua) dan banyak yang pensiunan. Akan tetapi mereka adalah warga Katolik yang masih aktif ikut terlibat dalam masyarakat dan Gereja.

Program “Jagongan Iman” bertujuan untuk ambil bagian dalam pendampingan iman kaum tua untuk menjadi kaum tua pewarta. Dengan pendampingan ini para peserta damping diharapkan mampu mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga, pergaulan dengan tetangga-tetanggan, dan kalau masih bekerja dengan teman-teman kerja. Untuk kepentingan ini Syahadat Katolik menjadi pegangan pokok dengan pegangan Katekismus Gereja Katolik. Dalam pertemuan pertama, dari program 12 kali pertemuan, para peserta disodori pertanyaan:
Bagaimana keyakinan “Aku percaya akan Allah,
Bapa yang Mahakuasa Pencipta langit dan bumi” dijalani dalam hidup sehari-hari
dalam keluarga, pergaulan dengan tetangga, dan kalau masih bekerja dengan teman-teman sekerja?

Terhadap pertanyaan itu para peserta di Murangan Timur diminta untuk berbicara dengan teman duduk dekatnya. Sesudah itu mereka menyampaikan hasil pembicaraan. Rama Bambang menemukan tiga hal yang dipakai untuk merangkum pengalaman yang sudah dijalani:
  • Olah batin. Ini muncul dari yang sudah dilakukan: berjuang menciptakan suasana tentram dan damai; menjaga perilaku sebagai putra-putri Tuhan; berjuang hidup ngemperi Allah (meneladan jejak Tuhan); berjuang mengembangkan jiwa tidak saling balas seperti dalam ajaran yang didapat dari pewayangan; berjuang menjadi teladan.
  • Kesaksian. Ini berkaitan dengan tindakan kongkret: ikut terlibat dalam hidup masyarakat; membantu beasiswa dan memberi pinjaman orang tak mampu untuk membangun usaha; menerima pasangan hidup baik dan buruknya; mengajak anak ke gereja dan menganjurkan ikut misdinar dan mudika; terlibat dalam masyarakat dengan tidak membawa “bendera Katolik”; tidak membeda-bedakan tukang-tukang yang bekerja; mencintai dan mengembangkan tanaman sebagai sarana mengembangkan “obat alami” untuk menghadirkan pembelajaran dalam masyarakat.
  • Kenabian. Ini berkaitan dengan sikap kritis dalam hidup bermasyarakat sehingga kalau baik akan meneguhkan dan kalau tidak baik berani meneguhkan. Pengalaman yang muncul: tidak ikut ngrumpi dan kalau perlu menegur; mengakui kebaikan orang lain dan tidak iri; berani menegur tindakan yang tidak baik.
Karena dalam pembicaraan pengalaman kata “cinta” dan “putra/putri Allah” banyak dijadikan dasar dari mayoritas tindakan, Rama Bambang membacakan dan mengulas Katekismus Gereja Katolik no. 239:
“Kalau bahasa iman menamakan Allah itu "Bapa", maka ia menunjukkan terutama kepada dua aspek: bahwa Allah adalah awal mula segala sesuatu dan otoritas yang mulia dan sekaligus kebaikan dan kepedulian yang penuh kasih akan semua anak-Nya. Kebaikan Allah sebagai orang-tua ini dapat dinyatakan juga dalam gambar keibuan, yang lebih menekankan imanensi Allah, hubungan mesra antara Allah dan ciptaan-Nya. Dengan demikian bahasa iman menimba dari pengalaman manusia dengan orang-tuanya, yang baginya boleh dikatakan wakil-wakil Allah yang pertama. Tetapi sebagaimana pengalaman menunjukkan, orang-tua manusiawi itu dapat juga membuat kesalahan dan dengan demikian menodai citra kebapaan dan keibuan. Karena itu perlu diperingatkan bahwa Allah melampaui perbedaan jenis kelamin pada manusia. Ia bukan pria, bukan juga wanita; Ia adalah Allah. Ia juga melebihi kebapaan dan keibuan manusiawi, walaupun Ia adalah awal dan ukurannya. Tidak ada seorang bapa seperti Allah.”

Dari perundingan disepakati bahwa pertemuan kedua akan terjadi di rumah bapak Ponidi. Hari yang disepakati adalah Rabu. Rama Bambang akan mengirimkan SMS aternatif tanggal.



0 comments:

Post a Comment