Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, September 16, 2014

KUNJUNGAN MANTAN GEMBALA


Kira-kira jam 16.30 Selasa 9 September 2014, ketika Rama Bambang sedang berbaring di tempat tidurnya menikmati acara televisi, pintu kamarnya dikethuk dan Rama Bambang berseru "Sekedhaaap" (Sebentaaaar) sambil segera membenahi kain sarung yang dipakai serta duduk di kursi rodanya. Ketika kursi roda sudah menghadap pintu seseorang masuk sambil berkata "Nembe napa, rama" (Baru apa, rama) menghampiri Rama Bambang dan menyalami dengan kencang dan hangat. Rama Bambang agak terkejut dan berkata "Oh, Monsinyur Haryo". Sesudah itu Mgr. Haryo bertanya keadaan Rama Bambang dan apakah masih melayani umat. Ketika dijawab "Tasih, Monsinyur" (Masih, Monsinyur) Mgr. Haryo bertanya "Nitih napa?" (Naik apa?) dan dijawab kadang motor roda tiga dan kadang mobil. Kemudian Rama Bambang mengajak Mgr. Haryo ke kamar makan untuk minum-minum. "Wonten kamare makan, ta?" (Ada kamar makan, ta?) tanya Mgr. Haryo. Pertanyaan ini memang layak karena Domus Pacis dahulu lain sekali keadaannya. Rama Bambang pun masih mengalami kondisi dan situasi Domus yang memprihatinkan. Pada umumnya rama termasuk rama tua tidak mau tinggal di sini. Maka kalau kini ada 8 orang imam bahkan saat itu ada Rama Sapto Margana, yang menginap dalam rangka liburan tugas di Keuskupan Banjarmasin, semua tampak membuat Mgr. terkagum-kagum.

Di kamar makan Rama Yadi, Rama Tri Wahyono, Rama Harto, Rama Sapto Margana, dan bahkan Rama Joko ikut menyambut dan omong-omong. Mgr. Haryo mendengarkan berbagai cerita tentang perkembangan bangunan, ternak, tumbuh, dan aktivitas rama-ramanya serta keadaan kekaryawanan sekarang. Ada juga kisah "Sakmenika wonten pembedaan Domus Pacis lan Komunitas Rama Domus. Domus Pacis berkaitan kalih penugasan struktural Keuskupan, lan Komunitas Rama Domus ngurus ingkang mboten magepokan kaliyan budget arta Keuskupan" (Sekarang ada pembedaan antara Domus Pacis dan Komunitas Rama Domus. Domus Pacis berkaitan dengan yang bertugas secara struktural Keuskupan, dan Komunitas Rama Domuss mengurus yang tidak berhubungan dengan budget keuangan Keuskupan). Tiba-tiba Mgr. Haryo berdiri dan berkata "Kula gadha dos teng mobil. Kula pendhetke" (Saya punya dos di mobil. Saya ambilkan). Ternyata beliau membawa 1 dos berisi banyak macam snak dari Keuskupan Malang. Omong-omong pun diteruskan dengan berbagai macam hal. Barangkali setelah tahu bahwa uang Komunitas Rama Domus berasal dari beberapa sumbangan dan usaha menjual hasil kebun dan ternak, beliau berkata "Wah, kudune aku nggawa luwih seka iki. Niki wau kula angsal pira ra ngerti. Ngga kangge rama-rama" (Wah, seharusnya saya membawa lebih dari ini. Ini tadi saya dapat berapa jumlahnya saya tidak tahu. Ini untuk rama-rama) sambil menyerahkan amplop berisi uang kepada Rama Bambang. Rama Bambang kemudian menyerahkan kepada Rama Yadi sambil berkata "Niki urusane Rama Yadi sing tanggungjawab arta komunitas" (Ini urusan Rama Yadi yang bertanggungjawab uang komunitas). Ketika Mgr. Haryo berpamitan, Rama Sapto berkata "Nyuwun sembahyangan rumiyin, Monsinyur" (Mohon doa dahulu, Monsinyur) yang disambung oleh Rama Harto "Kalih berkah" (Dan juga berkat). Mgr. Haryopun berdoa untuk para rama Domus dan menyampaikan berkatnya. Ketika pulang barulah diketahui bahwa Mgr. Haryo mengendarai mobil sendiri. Rama Agoeng yang menyusul saat Mgr. Haryo sudah di luar dan sudah berangkat pulang, bertanya pada Rama Bambang "Acara seminar Minggu Pertama diaturi pirsa mboten?" (Apakah tentang acara seminar Minggu Pertama juga diinformasikan?) yang dijawab "Empun. Termasuk jaringan-jaringan relawan-relawati" (Sudah. Termasuk juga jarangan-jaringan relawan-relawati).

0 comments:

Post a Comment