Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, February 1, 2015

ULTAH IMAMAT


Pada Kamis 29 Januari 2015 Domus Pacis tampak sibuk. Pagi jam 08.00 ada kendaraan masuk membawa barang-barang yang ternyata ketika dipasang di ruang Barnabas menjadi podium berukuran 3X7m. Ketika kursi-kursi ditata datang seperangkat gamelan pelog dari Pak Ipung di Kadisono, Berbah, dan kemudian ditata di podium itu. Kursi-kursi sebanyak 225 buah ditata. Dua meja disambung menjadi altar panjang. Menjelang siang beberapa ibu datang menata bunga hingga sekitar jam 13.00. Dua lilin dirangkai altar pun datang dari perusaan bunga yang dipesan oleh salah satu keluarga di Ambarrukmo. Pada hari ini Komunitas Rama Domus Pacis mengadakan peringatan ulang tahun imamat untuk Rama Harto yang ke 31 dan untuk Rama Bambang yang ke 34. Kebetulan pada tanggal itu Rama Harto berulang tahun ke 60 dan di hari berikutnya Rama Bambang ke 64.

Perayaan Ulang Tahun Imamat memang sudah rutin diadakan untuk rama-rama penghuni Domus Pacis sejak Desember 2011. Sejak Desember 2013 tamu yang diundang, selain keluarga rama yang berulang tahun, adalah umat Lingkungan Santo Fransiscus Asisi Puren, keluarga-keluarga rela masak Domus Pacis, kelompok relawan lain (Novena, sopir), karyawan Domus Pacis, Pengurus Domus Pacis, dan karyawan Komsos KAS. Tentu saja dalam kesempatan seperti ini beberapa rama luar Domus juga ada yang hadir.

Yang menjadi khusus untuk Misa Ulang Tahun Imamat tanggal 29 Januari itu adalah bahasa dan kor serta iringan musiknya. Misa menggunakan bahasa Jawa dengan kor gending yang diiringi gamelan. Ternyata suasana misa terasa amat dinamis dan tidak membosankan. Barangkali karena lubuk hatinya diwarnai aura budaya Jawa, banyak yang mengatakan tersentuh hatinya. Apalagi banyak imam tampil di belakang altar bahkan Mgr. Blasius Pujo Raharjo, Uskup Emiritus Keuskupan Ketapang, juga hadir. Imam yang ada di belakang altar adalah Rama Bambang sebagai selebran utama, Rama Harto, Rama Hantoro, Rama Purwatmo, Rama Yadi, Rama Tri Wahyono, Rama Kendar (Vikjen Keuskupan), dan Rama Ari Dewanto (Ekonom Keuskupan). Rama Agoeng menjadi pengacara. Sementara itu Rama Joko, Rama Toto Suprianto, dan Rama Bianto duduk bersama umat. Untuk menjadi selebran utama Rama Bambang meminta persetujuan lebih dahulu kepada Mgr. Pujo dengan alasan sudah ada latihan bersama para penabuh gamelan dan kor. Rama Purwatmo (Rektor Domus Pacis) menyampaikan homilinya yang disampung sharing singkat dari Rama Harto dan Rama Bambang. Berkat penutup oleh Mgr. Pujo dan kata perutusan disampaikan oleh Rama Vikjen KAS.

Seusai misa acara ditutup dengan santap malam disajikan oleh para petugas catering. Meskipun tanpa acara lain, suasana tampak hidup karena banyak yang hadir terlibat pembicaraan satu sama lain dengan akrab. Suasana seperti reuni kawan-kawan lama. Yang menarik adalah tampak gembiranya Pak Diaz dan Cicil yang keduanya dari Papua serta Pak Loly yang berasal dari Ambon. Mereka juga tampak menikmati suasana misa. Bahkan Pak Loly, yang datang dengan sound systemnya, berkata "Saya tadi merinding (meremang buku kuduk) ketika mendengar Injil dibacakan dan dilagukan." Injil memang dibacakan seperti dalang wayang kulit dan dinyanyikan dengan tembang macapat dengan diiringi gamelan.

0 comments:

Post a Comment