Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, April 30, 2015

WOROSEMEDI NANDAN


Pada hari Sabtu 25 April 2015 ada 13 orang ibu dari Paroki Nandan minta didampingi oleh Rama Bambang untuk rekoleksi di Domus Pacis. Mereka datang sebagai kelompok ibu-ibu janda yang bernama WOROSEMEDI. Pada jam 09.00 acara dimulai dengan minum dan makan snak. Segala menu konsumsi dari snak hingga makan siang mereka sediakan dengan saling berbagi (ada yang membawa jenis snak tertentu, ada yang membawa nasi, ada yang membawa sayuran, ada yang membawa lauk ....). "Lho, kok wis ana wedang teh?" (Lho, sudah ada minuman teh?) salah satu ibu nyelethuk. Ternyata salah satu ibu sudah menyiapkan teh dari rumah, padahal Domus Pacis juga menyediakan.

Sesudah menikmati minuman dan snak, rekoleksi dimulai dengan langkah pertama, yaitu saling berceritera tentang pengalaman hidup tanpa suami dengan menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh Rama Bambang "Pripun pengalaman Panjenengan dengan hidup sendiri ditinggal oleh suami?" (Bagaimana pengalaman Anda hidup ditinggal oleh suami). Mereka adalah ibu-ibu yang hidup menjanda antara 1 hingga 43 tahun. Sharing pengalaman ini berlangsung hingga lebih dari 90 menit. Dari berbagai pengalaman ternyata ada dua hal yang dihayati oleh ibu-ibu ini:
  • Masih merasakan ikatan batin sehingga hingga kini tetap sendiri walau beberapa ibu mengalami didekati oleh beberapa lelaki duda. Ikatan batin ini semakin mendalam justru sesudah suami wafat sekalipun ketika masih hidup kerap bertengkar.
  • Bagaimanapun ikatan kasih almarhum suami tidak sama bahkan melebihi dari pada ikatan kasih dan perhatian dari anak-anak.
Ketika itu disampaikan oleh Rama Bambang banyak tanggapan mengkaitkan dengan janji sakramen dan ikatan kasih Kristiani (salah satu ibu yang sudah menjanda 43 tahun menjadi Katolik sesudah lama ditinggal oleh suami). "Wonten ajaran lan aturan Greja nikah Katolik wis dipegatke Gusti yen salah setunggalipun seda. Pramila saget krama malih. Toh sok-sok ya ngalami pengin ana sing nyandhing, ta?" (Dalam ajaran dan tatanan Gereja pernikahan Katolik sudah diceraikan oleh Allah kalau salah satu wafat. Maka dapat nikah lagi. Kadang mengalami keinginan berada bersama lelaki, kan?) kata Rama Bambang. Tetapi para ibu termasuk yang paling muda berusia 68 tahun ini mengatakan tetap hanya dengan almarhum dalam keadaan apapun. Terhadap sikap ini Rama Bambang mengatakan bahwa mereka memiliki KEUTAMAAN IMAN total hidup berpegang pada Kristus. Hal ini ditandai bahwa hidup keagamaan yang melebihi model kaum farisi yang hanya berpegang pada segala bentuk aturan dan juga model ahli Taurat yang hanya pada ajaran. Rama Bambang mengutip kata-kata Tuhan Yesus: "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Mat 5:19) Rekoleksi ini ditutup pada jam 12.00 dengan makan siang bersama rama-rama Domus, yaitu Rama Agoeng, Rama Hantoro, Rama Yadi, Rama Tri Wahyono, Rama Harto Widodo dan Rama Bambang.

0 comments:

Post a Comment