Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, August 24, 2014

KELOMPOK IMOGIRI


Program Jagongan Iman untuk pendampingan iman kaum tua yang ditawarkan oleh Domus Pacis mulai dibicarakan oleh beberapa kelompok. Kelompok Wilayah Ngireng-ireng memang sudah memulai hingga pertemuan keenam. Kelompok-kelompok yang mulai membicarakan dan berminat adalah Medari, Imogiri, Bantul, dan Gondang. Bahkan mulai dengan 22 Agustus 2014 jam 16.00-18.00 kelompok dari Wilayah Imogiri sudah memulai dengan pertemuan pertama. Yang hadir dalam Kelompok Imogiri ada 22 orang (14 orang ibu dan 8 orang bapak). Sesudah kata pengantar dan doa pembuka, pertemuan diserahkan kepada Rama Bambang. Rama Bambang mendampingi pertemuan dalam langkah-langkah sebagai berikut :
  • Pengantar: Rama Bambang menyampaikan bahwa upaya ini untuk mendampingi para peserta dengan tujuan "Menjadi Kaum Tua Pewarta". Usia tua memberi kesempatan untuk ambil bagian dalam hidup menggereja dan memasyarakat. Dengan pendalaman Aku Percaya diharapkan ada pengembangan pemahaman dan penghayatan iman bagi para peserta.
  • Pembicaraan Kelompok: Para peserta dibagi dalam 4 kelompok (2 kelompok ibu dan 2 kelompok bapak). Dalam kelompok para peserta membicarakan pernyataan iman "Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi." Rama Bambang meminta setiap kelompok omong-omong tentang "Dengan pokok iman itu, ada pelajaran iman apa yang dapat dipakai dan dihayati dalam hidup sehari-hari kita?"
  •  Laporan per Kelompok: Setiap kelompok menyampaikan hasil pembicaraannya. Dari laporan-laporan ini Rama Bambang menemukan pokok-pokok pegangan iman untuk penghayatan hidup sehari-hari: 1) Kedamaian dan rasa syukur karena Allah jadi sumber segalanya; Hubungan mesra dengan Allah karena sebagai anak dari Bapa; 3) Allah adalah cinta karena menjadi Bapa; 4)  Pelestarian alam sebagai ciptaan Allah; 5) Kehidupan manusia adalah anugerah sebagai ciptaan tertinggi.
  • Masukan: Berdasarkan temuan para peserta Rama Bambang membacakan Katekismus Gereja Katolik no. 239 yang mengetengahkan "Bapa" sebagai bahasa iman: "Kalau bahasa iman menamakan Allah itu "Bapa", maka ia menunjukkan terutama kepada dua aspek: bahwa Allah adalah awal mula segala sesuatu dan otoritas yang mulia dan sekaligus kebaikan dan kepedulian yang penuh kasih akan semua anak-Nya. Kebaikan Allah sebagai orang-tua ini dapat dinyatakan juga dalam gambar keibuan, yang lebih menekankan imanensi Allah, hubungan mesra antara Allah dan ciptaan-Nya. Dengan demikian bahasa iman menimba dari pengalaman manusia dengan orang-tuanya, yang baginya boleh dikatakan wakil-wakil Allah yang pertama. Tetapi sebagaimana pengalaman menunjukkan, orang-tua manusiawi itu dapat juga membuat kesalahan dan dengan demikian menodai citra kebapaan dan keibuan. Karena itu perlu diperingatkan bahwa Allah melampaui perbedaan jenis kelamin pada manusia. Ia bukan pria, bukan juga wanita; Ia adalah Allah. Ia juga melebihi kebapaan dan keibuan manusiawi, walaupun Ia adalah awal dan ukurannya. Tidak ada seorang bapa seperti Allah." Dalam input Rama Bambang terutama mengetengahkan: Sebagai orang tua para bapak dan ibu jadi gambaran ilahi tetapi tidak ada yang seperti Allah sehingga antara yang tua dan yang muda semua adalah putra-putri ilahi. Semua saling belajar dan mengembangkan.
Pertemuan ditutup dengan makan bersama. Dari pembicaraan bersama pertemuan kedua akan terjadi pada hari Kamis 18 September 2014 di rumah Ibu Sumiyati.

0 comments:

Post a Comment