Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, August 20, 2014

Sabda Hidup

Kamis, 21 Agustus 2014
Peringatan Wajib St. Pius X
warna liturgi Putih
Bacaan:
Yeh. 36:23-28; Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Mat. 22:1-14. BcO Pkh. 6:12 - 7:28

Matius 22:1-14:
1 Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: 2 "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. 3 Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. 4 Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. 5 Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, 6 dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. 7 Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. 8 Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. 9 Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. 10 Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. 11 Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. 12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. 13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. 14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

Renungan:
Aku mencoba berkali-kali membaca kisah dalam Injil. Semakin kubaca semakin kuat pertanyaan: siapa raja itu, kok sampai tamu-tamu yang dipilihnya menolak bahkan menyiksa dan membunuh orang-orang yang diutus mengundang mereka? Semestinya orang yang diundang adalah orang yang dikenal, orang yang terpilih. Seorang raja pasti tidak sembarangan memilih undangan. Namun mengapa mereka menolak, menyiksa dan malah membunuh utusannya?
Setelah sejenak merenung kembali saya teringat kata-kata: musuh dalam selimut. Mereka yang bersama dalam selimut bisa menjadi musuh yang paling mematikan. Berada dalam satu selimut mengandaikan saling mengenal, saling percaya dan saling berbagi. Namun ternyata yang dipercaya mempunyai rencana yang berbeda. Kehangatan yang dibangun dirancang sebagai petaka.
Dalam hidup kita pun sering menemukan orang yang tampaknya manis, bersahabat dan hangat namun malah membuat kita sakit. Saat kita membutuhkannya, bahkan hanya untuk menghadiri perjamuan kita, mereka malah melakukan sesuatu yang menyulitkan dan mengecewakan. Marilah kita tetap berjaga dan waspada supaya tidak terperangkap oleh jebakan musuh dalam selimut.

Kontemplasi:
Duduklah dengan mata terpejam. Ingatlah kejadian di mana orang yang kaupercaya malah menelikungmu dari belakang. Ingat juga apa yang kaulakukan dan semestinya kaulakukan.

Refleksi:
Apa yang kaulakukan ketika yang kaupercaya malah menolakmu?

Doa:
Tuhan, sudilah selalu menjagaku agar aku tidak gampang menolakMu. Semoga aku selalu siap menanggapi undanganMu. Amin.

Perutusan:
Aku akan menanggapi undangan Tuhan dengan baik.

0 comments:

Post a Comment