Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, August 22, 2014

Sabda Hidup

Sabtu, 23 Agustus 2014
Rosa dr Lima, Berardus dr Offida
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Yeh. 43:1-7a; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; Mat. 23:1-12. BcO Pkh. 11:7 - 12:14

Matius 23:1-12: 
1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: 2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. 3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. 5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; 6 mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; 7 mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. 8 Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. 9 Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. 10 Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. 11 Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. 12 Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Renungan:
Suatu kali kala lagi mengerjakan taman ada seorang bapak dengan baju rapi dan memakai dasi menemuiku. Ia berkata, "Mas, digarap sendiri ta taman ini?" Aku, "Enggak kok Pak, kebetulan teman saya baru ada hajatan." Dengan gagah bapak, "Kerjain taman di rumahku bisa?" Aku, "Bisa saja Pak kalau cocok waktunya." Bapak, "Ya sudah nanti aku ke sini lagi. Aku mau nemui Rm Agoeng dulu. Kamarnya di sana ta?" Aku, "Iya Pak kamarnya di sana." Setelah bapak itu pergi, aku coba masuk kamar lewat jalan belakang. Kulihat bapak itu sedang ditemui sekretariat. Petugas sekretariat kukasih kode dengan lambaian tangan.
Kala itu aku memang akan mengisi acara di aula. Kala berhenti nukang waktunya masih sekitar 50 menit. Setelah mandi aku memakai jubah dan menemui karyawan sekretariat. Dia bilang bahwa bapak tadi salah satu guru agama di kabupaten itu tapi jarang tampak kala misa pelajar di hari jumat pertama. Katanya dia kebingungan karena aku kok gak ada padahal acara akan segera dimulai. Aku pun meninggalkan karyawan tersebut dan menuju aula. Para among tamu menyambutku dan mendudukkan aku di bangku depan bersama beberapa kepala sekolah yang hadir. Aku menengok ke belakang dan bertemu muka dengan bapak yang mencariku tadi. Dia tampak sungkan sekali padaku (aduh maaf bukan maksudku membuatmu sungkan pak, layak kok anda mengira aku tukang taman heheehe).
Kadang kita ingin tampil gagah di hadapan yang lain. Kita gampang menganggap rendah mereka yang sederhana. Padahal seringkali mereka yang sederhana itulah yang lagi kita butuhkan (bdk. Mat 23:11-12).

Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Ingatlah kembali bagaimana anda menilai seseorang.

Refleksi:
Catatlah perbuatan-perbuatan baik orang-orang yang ada di sekitarmu.

Doa:
Tuhan terima kasih atas saudara-saudari yang Kauutus mengitariku. Semoga aku mampu meneladan perbuatan-perbuatan baik mereka dan tidak gampang menganggap enteng yang tampak sederhana. Amin.

Perutusan:
Aku akan menghargai manusia sebagai manusia.

0 comments:

Post a Comment