Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, August 19, 2014

SUARA POLITIK LANSIA

oleh Lilis Heri Mis Cicih dalam opinikompas.blogspot.com 10 Mei 2014 jam 08.23
ilustrasi dari koleksi Blog Domus
SUARA politik lansia jangan disalahartikan sebagai lansia yang memaksa jadi elite politik. Juga bukan lansia sebagai obyek politik. Sebaliknya, suara politik lansia seharusnya dipandang sebagai dukungan dari para lansia dan menjadikan lansia sebagai aset bangsa demi masyarakat yang sejahtera. Namun, bagaimana supaya penduduk lansia bisa menyumbangkan suaranya dengan baik? Tentunya mereka harus punya kualitas yang baik. Jika tidak, suara politik mereka akan hilang percuma. Pengalaman pemilu legislatif lalu, beberapa kasus penduduk lansia mengalami kesalahan pengisian formulir atau karena ketidaktahuan mereka sehingga mengisi asal saja.

Memang secara umur mereka umumnya sudah mengalami penurunan berbagai kondisi tubuh. Namun, kecepatan penurunan tersebut sebenarnya bisa dicegah jika para elite politik sudah punya wawasan kelanjutusiaan sehingga dapat melakukan investasi sumber daya manusia dari sekarang. Jika para elite politik jeli, seharusnya dapat memanfaatkan potensi mereka karena penduduk lansia cenderung semakin meningkat jumlahnya di masa depan. Tahun 2014 ini jumlahnya 20,793 juta dan pada 2019 akan mencapai 25,901,9 juta. Suatu jumlah yang tidak bisa diabaikan dan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan bangsa.

Aset bangsa

Oleh karena itu, para bakal capres perlu mengusung program kelanjutusiaan sebagai aset bagi ketahanan nasional bangsa. Kenapa demikian? Sebab, ketahanan nasional bangsa akan terwujud jika penduduknya adalah manusia berkualitas baik. Ketahanan bangsa tak semata pada kemampuan militer dan pertahanan keamanan, tetapi juga dari segi penduduknya sebagai aktor ketahanan nasional.

Mengapa harus lansia? Mungkin saat ini lansia masih merupakan golongan penduduk yang terabaikan. Namun, siapa sangka bahwa penduduk lansia juga masih bisa jadi aset bangsa. Saat ini masih banyak penduduk lansia yang bekerja dan aktif beraktivitas. Dari data BPS tahun 2010, sekitar 87,9 persen penduduk lansia laki-laki dan sekitar 31,99 persen penduduk lansia perempuan masih menjadi tulang punggung keluarga. Lebih dari setengah penduduk usia 60-69 tahun atau 53,4 persen dari total kelompok umur tersebut tergolong masih bekerja. Bahkan, pada usia yang lebih tua (80 tahun ke atas) sebanyak 19,7 persen lansia yang masih bekerja.

Pada kelompok penduduk lansia tertentu kadang mereka baru menemukan karier saat sudah mencapai usia tua atau mencapai karier kedua di usia tua. Ini sekaligus menepis anggapan bahwa usia tua merupakan usia akhir bagi karier seseorang.  Guna mencapai kondisi seperti ini tentu perlu upaya untuk mempertahankan kondisi tubuh agar dapat bertahan dari berbagai risiko kehidupan.

Apakah kondisi seperti ini masih berlangsung di masa depan? Sebab, dilihat dari kondisi demografis, penduduk lansia cenderung mengalami peningkatan dibandingkan penduduk usia muda. Di masa depan, jika penurunan fertilitas sudah sangat rendah, peningkatan jumlah lansia jadi suatu hal yang tak dapat diabaikan. Hasil perhitungan ageing index terlihat meningkat dari 26,4 penduduk lansia per 100 penduduk usia kurang dari 15 tahun pada 2010 menjadi hampir tiga kali lipat pada 2035, yaitu 73,3 persen.

Ini menunjukkan persoalan di masa depan akan lebih kompleks jika tak diantisipasi dari sekarang. Jika kondisi mereka kurang baik, kita harus bersiap menghadapi serbuan tenaga kerja asing yang akan mengisi kesempatan kerja di Indonesia. Kondisi seperti ini sudah dialami Singapura yang mengalami penuaan penduduk lebih cepat daripada Indonesia. Di sana banyak lansia yang bekerja di sejumlah tempat umum seperti cleaning service.

Sudah seyogyanya para bakal capres punya wawasan mengenai penduduk lansia sebagai suatu investasi SDM untuk pembangunan. Suatu program komprehensif perlu dipersiapkan sejak dini sampai tua. Orientasi semacam ini suatu keharusan yang perlu dimiliki setiap capres demi masa depan bangsa yang sejahtera. Jika tidak dipersiapkan dari sekarang, negara akan menanggung penduduk usia tua yang lebih besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah.

Di masa depan, jika terjadi era lansia, dapat dijadikan sebagai aset bagi ketahanan nasional berbasis penduduk. Kerja sama dan harmonisasi antargenerasi dalam mengisi pembangunan merupakan suatu keharusan, bukan menganggap saingan antara satu sama lain.

Harmonisasi tua-muda

Dari segi ekonomi, mungkin sumbangan para lansia tidak dalam bentuk uang. Sumbangan mereka dapat diperhitungkan dalam bentuk keuntungan ekonomi bagi keluarga anak-anaknya. Seharusnya tenaga dan waktu yang dicurahkan para lanjut usia ini dapat diperhitungkan dari segi ekonomi dan keuntungan yang bisa diperoleh dari suatu keluarga.

Bayangkan berapa besar penghematan yang bisa dilakukan oleh suatu keluarga dengan menitipkan anak-anaknya kepada kakek-neneknya. Penghematan dimaksud, yaitu pengeluaran untuk membayar gaji pembantu atau pengasuh bayi. Selain itu, keuntungan lain yang diperoleh para keluarga adalah adanya rasa aman dengan menitipkan anaknya tersebut. Sebab, terdapat beberapa kasus anak yang dititipkan kepada bukan anggota keluarga mengalami tindak kekerasan atau pelecehan.

Meski para keluarga yang menitipkan anak-anaknya kepada kakek-neneknya merasa khawatir anak-anaknya menjadi lebih manja, mereka merasa tenang ada yang mengurus anak-anaknya. Kondisi ini bisa membantu konsentrasi para keluarga untuk bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja.

Harmonisasi antara yang muda dan yang tua tetap harus dipertahankan dan perlu berbagi informasi dan pengalaman. Yang tua sudah begitu sarat dengan berbagai pengalaman dan kearifan kiranya bisa berbagi dengan yang muda untuk mencapai kesuksesan hidup. Yang muda diberi pengetahuan bagaimana mempersiapkan menjadi penduduk lansia yang masih bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Yang muda tetap berbakti, menghormati, dan menghargai para lansia untuk bersama membangun bangsa.
* Ide tulisan ini diambil dari disertasi penulis mengenai ”Ketahanan Penduduk Lansia dalam Perspektif Penuaan Sehat, Aktif, dan Produktif dalam mewujudkan Ketahanan Nasional Bangsa”. Demi masa depan bangsa yang lebih baik dan lebih sejahtera, mari dukung bakal capres yang pro program kelanjutusiaan! 
Lilis Heri Mis Cicih, Peneliti di Lembaga Demografi FEUI; Kandidat Doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

0 comments:

Post a Comment