Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, August 10, 2014

Sabda Hidup

Senin, 11 Agustus 2014
Peringatan Wajib St. Klara
warna liturgi Putih
Bacaan:
Yeh. 1:2-5,24 - 2:1a; Mzm. 148:1-2,11-12ab,12c-14a,14bcd; Mat. 17:22-27. BcO Yun. 3:1 - 4:11

Matius 17:22-27:
22 Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia 23 dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali. 24 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" 25 Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" 26 Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya. 27 Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga."

Renungan:
Saya tertarik dengan percakapan Yesus dan Petrus ini: "Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya" (Yoh 17:25-26).
Percakapan tersebut membawaku pada kesadaran akan fakta dan harapan. Dari sisi harapan, rasanya memang rakyat berharap para penguasa memberi kemudahan kepada rakyatnya untuk hidup dan tidak membebani dengan aneka macam pajak. Dari sisi fakta kita menemukan kenyataan bahwa rakyat malah menjadi sumber utama penghasilan negara karena semua bidang kehidupannya terkena pajak.
Berhadapan dengan kondisi tersebut bisa saja kita mangkir untuk membayar pajak. Namun Yesus mengajarkan: "Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka....Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga" (ay 27). Kita bayar pajak yang semestinya kita bayar sekaligus amati para penerima dan pengguna pajak.

Kontemplasi:
Bayangkan negeri kita menjadi negeri yang tak berbiaya mahal bagi rakyatnya sekalipun tampak mahal bagi orang asing.

Refleksi:
Apa yang perlu kulakukan agar tidak menjadi batu sandungan?

Doa:
Tuhan, terima kasih atas kebijaksanaan sederhana dalam urusan pajak. Semoga para pegawai pajak dan pemanfaat pajak sungguh bijaksana dalam menjalankan tanggungjawabnya. Amin.

Perutusan:
Aku akan menjadi warga yang tak menjadi batu sandungan sekaligus tak jemu menjaga perilaku penguasa.

0 comments:

Post a Comment