Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, August 31, 2014

KUMPUL RAMA PRAJA


Pada Rabu 27 Agustus 2014 UNIO Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengadakan perayaan menyambut Pesta Perak Imamat 8 orang rama dan Pesta 40 Tahun Imamat 2 orang rama. UNIO adalah lembaga persaudaraan para rama praja. UNIO KAS dalam perayaan ulang tahun imamat anggotanya selalu menjadikannya sebagai momen perjumpaan semua rama praja KAS bersama keluarganya. Para pestawan diberi kesempatan mengundang banyak sanak saudara sementara rama-rama yang lain mendapatkan jatah 2 orang dan biasanya ayah dan ibunya bila masih ada. Bagi para rama tua biasa datang dengan sanak keluarga lain karena orang tua sudah menghadap Tuhan. Pada Rabu itu pelaksanaan terjadi di kompleks Gereja Paroki Maria Assumpta Klaten. Acaranya adalah misa kudus dan ramah tamah makan bersama. Memang, ketika berdatangan panitia menyediakan minum dan snak. Yang berpesta perak adalah Rama Trasno, Rama Pranowo, Rama Yatno, Rama Yamto, Rama Prasetya, Rama Kristanto, Rama Insaf, dan Rama Jarot. Sedang yang merayakan 40 tahun imamat adalah Rama Djono dan Rama Biyanto. Tetapi Rama Biyanto tidak hadir karena sedang dirawat di RS Panti Rapih. Mgr. Puja menjadi selebran utama dan Rama Dodit, sebagai Ketua UNIO KAS, juga ikut jadi selebran.

Karena juga menjadi anggota UNIO KAS, para rama Domus Pacis pun dapat undangan. Tetapi Rama Harjaya dan Rama Yadi tidak dapat hadir. Kalau Rama Harjaya sudah diketahui oleh banyak orang kondisinya, Rama Yadi pada hari itu sedang mengalami flu yang membutuhkan istirahat khusus. Rama Jaka datang bersama keluarganya dengan mobil sendiri, demikian juga Rama Bambang. Mobil Domus Pacis disopiri oleh Pak Kus, adik Rama Harjaya, yang bersama Pak Tukiran menjadi pendamping Rama Harto dan Rama Tri Wahyono. Rama Sugiyono, yang sementara tinggal di Domus Pacis, didampingi oleh salah satu kemenakannya. Sedang Rama Agoeng mendokumentasi peristiwa bersama staf Komsos KAS. Kehadiran Rama Tri, Rama Harto, dan Rama Bambang tampaknya mendapatkan perhatian banyak orang yang hadir. Rama Tri yang sudah tak dapat melihat sehingga harus berjalan dengan dituntun membuat banyak orang terharu. Beberapa membandingkan kondisi Rama Tri dengan ketika masih segar. Rama Harto dan Rama Bambang berada di kursi roda. Walau tidak membawa sendiri kursi rodanya, ternyata Pak Kus menyediakan satu kursi roda di mobil Domus untuk Rama Bambang. Banyak orang melayani Rama Harto, Rama Tri, dan Rama Bambang untuk santap siang. Karena tidak dapat menolak kebaikan umat, kecuali yang berbahaya untuk kesehatannya, Rama Bambang harus menyantap banyak menu. Padahal Rama Bambang mudah buang hajat sehabis makan. Maka ketika pulang dan mencapai gedung gereja Berbah, dia berhenti dan dengan tergesa-gesa masuk WC.

Sabda Hidup

Senin, 01 September 2014
Maria Margareta Redi
warna liturgi Hijau
Bacaan:
1Kor. 2:1-5; Mzm. 119:97,98,99,100,101,102; Luk. 4:16-30. BcO 1Tim. 6:1-10

Lukas 4:16-30:
16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." 22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" 23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" 24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." 28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Renungan:
Hari ini kita memasuki bulan Kitab Suci Nasional. Bulan Kitab Suci ini diadakan salah satu alasannya agar kita biasa membuka, membaca, mencecap dan mengaplikasikan Sabda Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebiasaan membaca Kitab Suci memang perlu dilatih dan diusahakan. Yesus pun melakukannya.  "....menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab" (Luk 4:16). Ketika Yesus mengurai isi Kitab yang dibaca kita bisa mengandaikan bahwa Yesus sudah biasa membaca Kitab Suci.
Dalam kesempatan ini saya hanya ingin mengajak anda untuk menemukan kembali KS anda, membukanya, membacanya, mencecapnya dan menjalani perutusannya. Kalau tidak mampu mengerti isinya tidak perlu merasa minder, tapi terus saja membacanya. Kata-kata dalam KS itu sendiri yang  akan berbicara pada kita kala kita terus membacanya.

Kontemplasi:

Duduklah dengan tenang. Bacalah Kitab yang dibaca Yesus dan biarkan teks itu memberikan arti bagi hidupmu.

Refleksi:
Apa yang bisa menggerakkanmu untuk membangun kebiasaan membaca KS?

Doa:
Ya Tuhan, singkirkanlah penghalang sabdaMu. Semoga aku selalu mempunyai kerinduan untuk membaca dan mendengarkan sabdaMu. Amin.

Perutusan:
Aku akan mulai membiasakan diri membaca KS.

SERING TERJADI, TAPI BANYAK YANG AWAM SOAL HENTI JANTUNG MENDADAK

Rahma Lillahi Sativa - dalam health.detik.com  Rabu, 27/08/2014 18:46 WIB
 
Yogyakarta, Penyakit jantung bukan lagi 'keistimewaan' bagi orang tua. Siapapun bisa kena. Salah satu gangguan jantung yang cukup menjadi momok, baik bagi orang tua maupun generasi muda namun tidak dikenal luas adalah henti jantung mendadak (HJM).

Apa itu? Henti jantung mendadak (HJM) merupakan kematian tak terduga yang disebabkan oleh gangguan jantung. Biasanya hanya berlangsung kurang dari satu jam.

HJM kerap dialami seseorang yang mungkin memang mengidap penyakit jantung atau memiliki penyakit jantung tapi yang bersangkutan tidak tahu kalau ia mengidap sakit jantung.

"Jadi gini, semua orang meninggal pasti henti jantung ya. Cuma masalahnya henti jantungnya bukan mendadak. Sedangkan henti jantung yang ini mendadak, kita tidak memprediksi (kapan terjadinya), tiba-tiba jantung mendadak berhenti memompa," terang Dr dr Budi Yuli Setianto, SpPD(K), SpJP(K) dalam acara bedah buku 'Peran Awam dalam Kasus Henti Jantung Mendadak' di Perpustakaan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, Rabu (27/8/2014).

Akan tetapi Kepala bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran UGM/RSUP Dr Sardjito ini mengatakan HJM sebenarnya masih bisa dicegah dan digagalkan dengan cara yang sederhana.

Secara global, kasus kematian akibat HJM mencapai 300.000-400.000 kasus pertahunnya. Itu pun 250.000 kasus di antaranya terjadi di luar rumah sakit atau tidak tertangani dengan baik. Ini artinya sebagian besar masyarakat awam di negara maju pun tidak tahu persis apa yang harus dilakukan dengan pasien HJM dan bagaimana cara menggagalkannya sebelum bantuan medis datang.

Lantas bagaimana dengan 'tren' henti jantung di Yogyakarta? "Saya kira tinggi. Tapi kalau angka pastinya saya belum tahu," kata dr Budi saat ditemui detikHealth usai acara bedah buku.

Dr Budi menambahkan di tempatnya berpraktik, RSUP Dr Sardjito, sebenarnya sudah ada prosedur untuk mengetahui secara pasti apa penyebab gangguan jantung pada pasien, yaitu primary PCI.

"(Sayangnya) kebanyakan (pasien) tidak dilangsung dibawa ke Sardjito, atau dibawa ke Sardjito dalam keadaan sudah meninggal di rumah. Kendalanya ya kalau ada yang serangan jantung atau mungkin HJM, mereka cuma pasrah. Padahal sebenernya HJM masih bisa digagalkan," keluh dr Budi.

Seperti yang dikatakan dr Budi sebelumnya, beberapa literatur medis mengungkapkan sekitar 30 persen kematian akibat penyakit pada jantung terjadi karena henti jantung mendadak. Namun yang dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan dengan baik hanya 15 persen saja.

(lil/up)

Saturday, August 30, 2014

BERANI MENDERITA KARENA IMAN


pasien by life site news
By on August 31, 2014 dalam www.sesawi.net

GAGASAN pokok dari Kitab Suci.
Penderitaan itu sejak semula seakan-akan menyatu dengan nasib orang beriman. Karena seseorang yang menerima Sabda Tuhan itu biasanya lalu dimusuhi oleh orang lain.(Yer 20:7-9).

Tetapi santo Paulus mengatakan bahwa: Hal ini merupakan syarat mutlak, kalau orang ingin mengikuti Yesus atau ingin menjadi manusia baru. Karena mengikuti Yesus itu tidak boleh menyesuaikan diri dengan dunia atau mentolerir kejahatan masyarakat. Penderitaan atau kersengsaraan jasmani itu kadang merupakan pengorbanan yang berkenan kepada Tuhan. (Rom.12:1-2).

Hal ini secara jelas diungkapkan dalam SabdaNya: ”Setiap orang yang mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku.” (Mat 16:21-27).

Merenungkan pengalaman

Setelah misa ada seorang ibu yang menemui saya dan bertanya:

“Apakah orang beriman itu mesti harus menderita?”

“Ya ‘harus’ sih tidak. Mengapa ibu bertanya demikian?.

“Pengalaman saya itu begini, rama: Saya itu tiap-tiap hari ke gereja. Anak-anak juga sudah saya didik baik-baik sebagai orang Katolik. Saya juga mesti ikut doa lingkungan dan novena, tetapi kok ada-ada saja. Suami saya itu setelah di kena PHK lalu sakit, sampai sekarang tak sembuh-sembuh. Satu bulan yang lalu rumah saya itu malahan kebobolan pencuri. Dan anak perempuan saya itu malahan sampai sekarang juga belum dapat pekerjaan,Lalu saya itu bertanya dalam hati: ‘Dosa saya itu apa, mengapa kok saya harus menderita begini.’

Lalu saya menjawab: Ibu, saya tidak mau mengecilkan apa yang ibu alami dan yang ibu derita. Tetapi yang jelas: penderitaan itu bukan hukuman dari Tuhan. Penderitaan itu suatu hal yang alami, karena datang sewaktu-waktu dan pada setiap orang. Yang penting sebenarnya bagaimana cara kita menerima penderitaan atau kemalangan itu.

Dengan menerima kemalangan itu sebenarnya iman seseorang (kita) diuji: masih dapatkah kita melihat bahwa Tuhan tetap mahakasih dan ingin membahagiakan UmatNya.

Misalnya serperti ibu katakan tadi: Ada orang yang kena PHK, tetapi keadaan ini diterimanya sebagai kesempatan yang diberikan oleh Tuhan untuk alih pekerjaan. Dan nyatanya sukses. Ada orang yang kecurian, tetapi ia bersyukur kepada Tuhan dan mengatakan untung keluargaku masih selamat, untunglah bahwa yang dicuri bukan seluruhnya.

Dengan lain kata ia tetap dapat bersyukur. Kalau orang belum dapat pekerjaan, tidak perlu menyalahkan Tuhan, karena itu mungkin suatu peringatan, bahwa kita harus semakin menampakkan kemampuan kita. Hal ini penting, karena banyak orang menjadi sakit, stres berat, karena diganggu oleh pikiran-pikiran yang negatif, bahkan bisa tensi tinggi, migrain atau stroke.

Banyak diantara kita dulu berfikir kalau menjadi orang Katolik dan mengikuti Yesus itu semua pasti akan beres, tak pernah susah, tak pernah menderita. Tetapi penderitaan itu sejak semula seakan-akan menyatu dengan nasib orang beriman. Karena seseorang yang menerima Sabda Tuhan itu biasanya lalu dimusuhi oleh orang lain.

Nabi Yeremia juga mengalami hal ini.

Ia mengeluh karena ia telah diutus kepada orang-orang jahat untuk memberitakan kehancuran mereka. Ia merasa kecil hati kalau harus melaksanakan tugas mengritik bangsanya. Namun di lain pihak ia juga tidak bisa menghindar dari tugas ini.

Demikian pengakuannya: “Sepanjang hari aku telah dicemooh dan dicela oleh orang-orang, tetapi kalau aku menolak panggilan Tuhan, maka hatiku lalu merasa panas oleh nyala api yang terkurung dalam tulang-tulangku.”

Banyak nabi yang menghadapi kesulitan besar karena harus menghadapi perlakuan buruk dari masyarakat, justru karena mewartakan Sabda Tuhan, kadang-kadang harus menerima celaan atau bahkan kadang-kadang diusir oleh Umat sendiri.

Banyak orang juga salah tangkap. Seolah-olah kalau orang menyebut Yesus Mesias itu akan diselamatkan semua, secara otomatis tanpa usaha. Pokoknya dibaptis.

Itu sama dengan Petrus yang salah tangkap mengenai arti Mesias, karena bagitu Yesus menyatakan bahwa Ia harus menderita, maka Ia langsung protes: “Hal ini tidak mungkin terjadi” karena Ia mempunyai gambaran lain tentang Mesias, yaitu bahwa Mesias akan datang sebagai Pembebas dan Pemenang dengan kekuatan dari Allah, yang nantinya akan mengalahkan para penjajah dan penindas di negerinya serta akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran kepada seluruh bangsa.

Oleh karena itu apakah gunanya bahwa Ia harus menderita? Tetapi apa yang terjadi? Petrus malahan dimarahi oleh Tuhan Yesus dan dikatakan “iblis”. Pergilah Engkau Iblis: itu mengungkapkan bahwa sikap demikian itu bertentangan dengan rencana Allah. Kalau Tuhan Yesus tidak menderita sengsara dan wafat , maka keselamatan Umat manusia tidak terjadi. Keselamatan hanya akan terjadi melalui kesengsaraan dan wafatNya di kayu salib.

Dengan menegur Petrus, ini Tuhan Yesus mau menekankan pentingnya kesengsaraan dan wafatNya di salib itu untuk karya keselamatan.

Dan itu juga penting bagi semua pengikutNya. Kalau orang menolak hal ini, maka ia tidak layak menjadi pengikutNya. Juga kalau Umat Katolik menghindari salib, itu berarti ia tidak mau ikut jalan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sendiri datang ke dunia ini hendak mewartakan Kerajaan Allah dan memaklumkan kebenaran Allah. Ia harus menderita sengsara dan mati di kayu salib.

Itulah sebabnya Ia menasehatkan kepada para muridNya: “Setiap orang yang menjadi pengikut-Ku hendaklah Ia menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku.”

Kredit foto: Ilustrasi (Courtesy of Life Site News)

Sabda Hidup

Minggu, 31 Agustus 2014
Hari Minggu Biasa XXII
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Yer. 20:7-9; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Rm. 12:1-2; Mat. 16:21-27. BcO 1Tim. 5:3-25.

Matius 16:21-27:
21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. 22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." 23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." 24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Renungan:
Pilihan mewartakan kebenaran, keadilan dan bahkan kebaikan Tuhan selalu akan berhadapan dengan mereka yang berperilaku tidak benar, tidak adil dan tidak mencintai Tuhan. Konsekuensi dari situasi itu adalah fitnah, bahkan sampai pada kematian. Mereka yang berperilaku tidak adil, tidak benar dan tidak mencintai Tuhan akan tega menghabisi yang dianggap mengusiknya, bahkan yang hanya diam namun tidak sepaham dengan mereka.
Akhir-akhir ini hati kita miris dengan kondisi yang ada di Suriah. Hampir separuh penduduk negeri itu mengungsi akibat dari kekerasan perang juga radikalisme kelompok tertentu. Sangat mengherankan dunia terlambat terusik hatinya ketika melihat banyak korban yang berjatuhan, bahkan dengan cara yang sangat sadis. Di antara mereka yang menjadi korban, kita sungguh bisa menyaksikan kesaksian iman yang mendalam. Derita yang luar biasa yang pantas menggerakkan hati kita untuk berbela rasa.
Kita tidak mengalami derita seperti mereka, dan kita tidak berharap terjadi derita seperti itu. Namun demikian tentunya ada derita-derita kecil atau besar dalam hidup kita dalam memperjuangkan kebenaran, keadialan dan cinta pada Tuhan. Namun kita tidak perlu khawatir atau menghindari derita ini karena Tuhan akan memberikan daya dan kemampuan untuk melewatinya.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu dan ingatlah ada daya dan kemampuan dari Tuhan untuk melewati derita harianmu.

Refleksi:
Apa yang paling menguatkanmu melewati deritamu?

Doa:
Tuhan ulurkanlah pertolonganMu pada para korban perang. Siapkanlah bala bantuan untuk membebaskan mereka. Amin.

Perutusan:
Aku akan menjalani hidupku dengan tekun walau ada derita yang mungkin harus kulalui.

Friday, August 29, 2014

DAPAT GEGAR BUDAYA

Perilaku orang amat berkaitan dengan pola budaya masyarakat di mana orang itu hidup. Padahal masyarakat adalah bagian dari dunia yang selalu berubah. Dunia masyarakat agraris amat berbeda dengan masyarakat industri. Perkembangan dunia global menghadirkan pola hidup yang amat berbeda dengan masyarakat industri apalagi yang agraris. Dapat saja dalam hal perlengkapan hidup lahiriah orang mampu mengikuti perkembangan. Tetapi dalam hal mentalitas orang, yang tidak mengembangkan sikap berdasarkan kesadaran perkembangan zaman, dapat mengalami gagap dan gegar budaya dalam hubungan satu sama lain. Hal ini terutama amat mudah terjadi dalam hubungan antara kaum tua dan kaum muda. Latar belakang budaya ini akan mewarnai pembicaraan tema WONG TUWA ORA KAJEN? dalam Novena Ekaristi Seminar Domus Pacis 7 September 2014. Sebagai orang yang pernah studi sosiologi pastoral, Rama Bambang akan mendampingi pembicaraan.

Seperti biasa, mengingat penyediaan konsumsi, para peserta harus mendaftarkan diri lebih dahulu. Senin 1 September 2014 adalah hari akhir pendaftaran. Untuk mendaftar dan atau mengubah jumlah yang sudah didaftarkan, semua dapat dilakukan dengan menghubungi Rama Bambang lewat HP no. 087834991969. Yang menyatakan pamit adalah Kelompok Lingkungan Nicolas Bintaran dan Kelompok Lingkungan Kepuh Ganjuran. Hingga Jumat 29 Agustus 2014 sudah ada 206 orang yang menjadi pendaftar sebagaimana dapat diihat dalam tabel di bawah.

ASAL PESERTA
JUMLAH
RAYON KOTA KEVIKEPAN DIY
125 ORANG
01.  Paroki Pringwulung
83 orang
02.  Lingkungan Sendowo, Kotabaru
5 orang
03.  Paroki Administratif Pringgolayan
18 orang
04.  Paroki Pugeran
10 orang
05.  Paroki Baciro
9 orang
RAYON SLEMAN KEVIKEPAN DIY
54 ORANG
06.  Paroki Minomartani
10 orang
07.  Paroki Babadan
2 orang
08.  Paroki Babarsari
7 orang
09.  Paroki Medari
23 orang
10.  Paroki Kalasan, Berbah
3 orang
11.  Paroki Mlati
5 orang
12.  Paroki Pakem
2 orang
13.  Paroki Nandan
2 orang
RAYON BANTUL KEVIKEPAN DIY
 5 ORANG
14.  Paroki Bantul
5 orang
KEVIKEPAN SURAKARTA
14  ORANG
15.  Paroki Wedi
 orang
16.  Wanita Katolik RI, Banjarsari, Sala
   orang
17.  Paroki Gondang
14 orang
KEVIKEPAN KEDU
8 ORANG
18.  Paroki Ignatius Magelang
8 orang
JUMLAH
206 orang

Lamunan Pekan Biasa XXI

Sabtu, 30 Agustus 2014

Matius 25:14-30

25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
25:17 Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang atau kelompok orang mencari donator dalam program kegiatan karena tidak atau kurang memiliki beaya yang mencukupi. Kalau sudah punya bahkan punya lebih orang atau kelompok orang tidak akan mencari bantuan.
  • Tampaknya, donator atau penyedia dana akan memberikan bantuan kepada yang tidak punya atau berkekurangan. Kaum miskin dan tak beruntung biasa menjadi sasaran pemberian.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa pemberian sejati hanya dapat bermakna untuk orang atau kelompok orang yang sudah memiliki yang dibutuhkan sehingga pemberian akan sia-sia bagi orang yang tak berkepunyaan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan berkembang dan mengembangkan diri bertolak dari kekuatan yang dimiliki.
Ah, pemberian pada yang sudah punya hanya seperti mengasinkan air laut.