Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, September 9, 2018

Tari Ular??



"Mangke jam pinten le mangkat?" (Nanti jam berapa kita berangkat?) tanya Rm. Yadi ketika makan pagi Minggu 9 September 2018 yang dijawab oleh Rm. Bambang "Ren-ca-na-ne jam sanga" (Di-ren-ca-na-kan jam sembilan). Rm. Bambang mengucapkan kata rencana dengan tekanan dan mengucapkan per suku kata agar beliau siap apabila pada persis jam 09.00 belum berangkat. Hari itu rama-rama Domus Pacis Puren memang mempunyai rencana acara khusus. "Niki wajib mboten, rama?" (Apakah acara ini wajib diikuti?) tanya Mbak Tri, salah satu pramurukti, yang ikut pertemuan para tenaga Domus yang diadakan oleh Rm. Bambang pada tanggal 1 September 2018. Terhadap pertanyaan itu Rm. Bambang berkata "Mboten. Niki bebas" (Tidak. Bebas saja). Para pramurukti yang memiliki hak libur pada hari Minggu memang memilih tidak mengikuti acara itu. Tetapi semua karyawan (Pak Tukiran, Mas Abas, Mas Ardi, dan Mas Tono) tidak ada yang tidak ikut. Dan relawan yang akan menjadi sopir dan atau membantu mobilitas para rama sudah siap sebelum jam 08.45. Mereka adalah Pak Handoko dan Mbak Sri, istrinya, yang membawa anak kecilnya, Mbu Rini, Bu Riwi, Mas Tian, dan Mbak Rachel.

Ketika membuka WA pada jam 15.00 Rm. Bambang menemukan pesan masuk pada jam 14.38 dari Mgr. Rubiyatmoko, Uskup Agung Semarang, "Selamat piknik nggih, Romo. Salam buat romo2 sepuh." (Selamat piknik ya, Rama. Salam buat para rama tua). Kata-kata itu tertulis di bawah sebuah foto lima rama Domus yang duduk berjejer dan ada ular kuning besar dalam pangkuan Rm. Harto, Rm. Bambang, dan Rm. Tri Wahyono. Terhadap pesan Bapak Uskup Rm. Bambang menjawab "Wela, kok pirsa? Kala wau pangkat jam 09.00 lan dumugi Gembira Loka jam 09.25. Dados tamu khusus. Pikantuk pelayanan istimewa numpak kereta sakkursi rodanipun lan wonten sak"gerbong" kangge para pengantar. Mubeng-mubeng ningali kewan-kewan lan katutup nedha ing resto nglebet kebun binatang. Dumugi Domus wangsulipun jam 13.30an." (Lo, bagaimana bisa tahu? Tadi kami berangkat pada jam 09.00 dan sampai Kebun Binatang Gembira Loka jam 09.25. Kami menjadi tamu khusus. Kami mendapatkan pelayanan istimewa dengan naik kereta bersama kursi roda kami. Ada juga satu "gerbong" untuk para pengantar. Kami diajak berkeliling melihat satwa yang beraneka macam dan ditutup dengan jamuan makan siang di restoran yang ada di dalam kebun binatang. Kami kembali sampai Domus Pacis pada jam 13.30an). Jawaban Rm. Bambang disertai beberapa foto termasuk joget ular dari Rm. Bambang dan video ketika rama-rama diturunkan dari kereta dengan tetap duduk di kursi roda.

Pada hari itu para rama tua yang tinggal di Domus Pacis Puren memang pergi ke Gembira Loka, Kebun Binatang kebanggaan Yogyakarta. Hal ini sebenarnya sudah menjadi gagasan yang muncul pada tanggal 8 Mei 2018. Ketika itu Rm. Bambang, Bu Rini, dan Mas Tono mengantar Rm. Yadi yang kesakitan di RS Panti Rapih. Pada saat mengurus kamar untuk opname Rm.Yadi, Rm. Bambang dan Bu Rini berjumpa Bapak Joko Tirto pemilik Kebun Binatang Gembira Loka. Ternyata Pak Joko masih memiliki hubungan keluarga dengan Bu Rini. Ketika berbicara tentang rama-rama yang ada di Domus Pacis, Pak Joko melontarkan kata-kata yang meminta para rama pergi ke Gembira Loka. Dan undangan lisan ini dilakukan beberapa kali diulang-ulang lewat Bu Rini. Akhirnya pada akhir Agustus 2018 disepakati bahwa para rama akan pergi ke Gembira Loka pada hari Minggu tanggal 9 September 2018.

Sebenarnya Keluarga Pak Joko dan orang tuanya meminta pada Jumat atau Sabtu sebelumnya karena mereka ingin sekali ikut menyertai para rama. Dan pada Minggu itu mereka harus ada di Jakarta karena ada kerabat yang mantu. Pak Joko memang tampak amat antusias sehingga ketika sudah kembali ke Domus Bu Rini menerima telepon dari beliau yang kemudian juga diberikan pada Rm. Bambang. Pak Joko amat mengharap bahwa suatu saat para rama kembali lagi dolan ke Gembira Loka. Bahwa para rama Domus tidak dapat pergi pada hari biasa, hal ini disebabkan kesibukan kerja para relawan yang ikut membantu mendampingi para rama. Yang jelas pada hari itu para rama termasuk para pengantarnya tampak amat bergembira. Mereka amat senang melihat adanya macam-macam ular, kadal, biawak, dan satwa-satwa lain. "Kok macan lan singane mboten ketingal?" (Mengapa tak ada tampak macan dan singa?) tanya Rm. Harto di restoran kepada Bu Armi yang menjawab "Papanipun angel kangge kursi roda amargi kathah undak-undhakanipun" (Tempatnya sulit untuk kursi roda karena ana banyak trapnya). Bahwa piknik ke Gembira Loka jadi peristiwa khusus, hal ini juga dapat dikaitkan dengan WA dari Bapak Uskup. Ketika Bapak Uskup menjawab "Wonten intelipun, Romo" (Kami punya intel, Rama) terhadap pertanyaan Rm. Bambang "Wela, kok pirsa?" (Lo, bagaimana bisa tahu? [bahwa kami ke Gembira Loka]), pikiran Rm. Bambang melayang ke sosok Rm. Darmadi yang bersama beberapa warga Katolik dari Ungaran yang menyusul ke Gembira Loka. Beliau dan rombongan kecilnya datang berkunjung ke Domus dan karena kosong lalu menelpon Bu Rini yang memintanya menyusul saja.

0 comments:

Post a Comment