Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, January 14, 2020

Lansia Bersikap seperti Anak Kecil, Faktor Medis atau Psikologis?




Kondisi lansia bersikap seperti anak kecil memang bisa terjadi. Sikap tersebut disebabkan faktor medis atau psikologis?

Lansia Bersikap seperti Anak Kecil, Faktor Medis atau Psikologis? (StockLite/Shutterstock)
Klikdokter.com, Jakarta Tak cuma gangguan kesehatannya yang kian menurun, makin tua usia seseorang sikap mereka bisa menjadi seperti anak kecil. Ya, lansia bisa bersikap demikian. Menjadi anak kecil tentu bukan berbicara layaknya balita, melainkan lebih pada ketidakmampuan lansia dalam melakukan aktivitas sederhana. Lansia juga makin sulit mengendalikan emosi, sehingga jadi mudah mengambek. Lalu, mengapa para lansia bisa begitu?

Dipengaruhi faktor penurunan fungsi kognitif

Persoalan itu lantas ditanggapi oleh dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter. Menurutnya, memang ada sebagian lansia yang semakin tua usianya justru berubah menjadi seperti “anak kecil”.
“Penyebab mengapa mereka seperti itu, sebenarnya bisa dijelaskan secara medis. Jadi, faktor utama yang paling memengaruhinya adalah faktor medis dari segi penurunan kognitif,” jelas dr. Karin.
Penurunan fungsi kognitif sendiri terjadi secara alami. Kondisi tersebut tak bisa dicegah, tetapi bisa diperlambat. Ketika seseorang makin menua dan masuk ke fase lansia, maka otaknya akan menciut. Akibatnya terjadi penurunan kualitas memori dan fungsi kognitif. Jika tadinya mereka bisa melakukan hal-hal rumit, karena ada perubahan pada otaknya akibat faktor usia, hal yang sederhana pun bisa terlupakan.
Kondisi tersebut paling sering terjadi pada wanita. Sebab, ada pengaruh dari peranan hormon terhadap perubahan fungsi kognitif, serta perubahan fungsi reseptor estrogen di otak terhadap fungsi belajar dan memori.

Penurunan fungsi kognitif memengaruhi sisi psikologis

Nah, ketika penurunan kognitif terjadi terus-menerus pada lansia, otomatis itu akan membuatnya merasa tidak becus dan “benci” terhadap dirinya sendiri. Kurang lebih, perasaannya seperti seorang atlet profesional yang harus turun level ke amatir karena pertambahan usia.
Pada akhirnya, hal itu akan memengaruhi mood sehari-hari dan membuat lansia jadi mudah cranky alias ngambek seperti anak kecil.
“Jadi, perubahan mood lansia yang menjadi lebih sensitif atau cranky seperti anak kecil itu tak langsung datang begitu saja. Hal tersebut dipicu terlebih dahulu oleh penurunan fungsi kognitif. Semakin signifikan penurunannya, maka akan semakin tinggi sensitivitasnya terhadap lingkungan sekitar,” tambah dr. Karin.
Perubahan menjadi seperti anak kecil akan bertambah parah bila lansia juga menderita suatu penyakit kronis dan telah ditinggal orang terkasihnya. Rasa tak puas karena di masa tuanya justru tak bisa apa-apa dan merasa kesepian akan membuatnya semakin sensitif dan cenderung manja terhadap anggota keluarga yang tersisa.

Menghadapi lansia yang bersikap seperti anak kecil

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa memori jangka panjang lansia lebih baik ketimbang memori jangka pendeknya. Alhasil, mereka akan sangat senang menceritakan pengalaman-pengalamannya di masa dulu ketimbang menceritakan kehidupan di masa sekarang. Ceritanya pun diulang-ulang, seperti anak kecil yang sedang menghafal, lalu mendeskripsikannya kembali pada orang lain.
Hal itu wajar terjadi karena ada proses regresi (kemunduran) pada otak mereka dan Anda tak perlu menunjukkan rasa kesal terhadap kondisi tersebut. Pahamilah bahwa sewaktu-waktu Anda mungkin akan berada di posisi mereka. Tentu akan sangat menyakitkan bila tak ada yang mau mendengarkan ketika Anda sedang berbicara, bukan?
Apabila Anda sudah sangat sering mendengarnya dan ingin melakukan aktivitas yang lain, lebih baik katakan langsung, seperti, “Bu/Pak, saya mendengarkan sambil melakukan ini, ya.”
Dengan berkata seperti itu, mereka akan lebih bisa mengerti ketimbang langsung didiamkan. Jangan lupa juga untuk tetap memberikan respons sederhana, misalnya, “Oh, begitu, ya, Pak/Bu?” Atau, bisa juga respons lain tergantung dari cerita yang dilontarkan.
Intinya, jangan biarkan lansia merasa sendirian. Sebab, mereka sangat rentan mengalami depresi.
Jika mereka marah hanya karena masalah sepele, lebih baik Anda jangan memasukkannya ke dalam hati. Ingat bahwa itu sebenarnya hanya wujud dari ketidakpuasan atau kesedihan mereka terhadap dirinya sendiri, sehingga tak perlu ditanggapi serius.
Untuk mengurangi risiko lansia bersikap seperti anak kecil, Anda bisa mengajaknya melakukan kegiatan yang melatih otak. Misalnya, membaca buku, bernyanyi (karaoke), ikut organisasi, berkebun, memasak, ikut seminar, dan lain sebagainya.
Semakin banyak kegiatan yang dilakukan, maka penurunan kognitifnya juga bisa diperlambat. Dengan begitu, risiko lansia akan bersikap seperti anak kecil pun semakin rendah. Satu lagi, tingkatkan juga kesabaran Anda dalam merawat atau menghadapi lansia.
[MS/ RVS]

0 comments:

Post a Comment