Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, January 29, 2020

Santo Gildas

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3342 Diterbitkan: 25 Juli 2013 Diperbaharui: 31 Mei 2014

  • Perayaan
    29 Januari
  •  
  • Lahir
    Tahun 516
  •  
  • Kota asal
    Clydeside, Scotlandia
  •  
  • Wilayah karya
    Inggris, Perancis
  •  
  • Wafat
    Sekitar tahun 570 di Houat, Brittany (Sekarang wilayah Perancis)
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

Santo Gildas dilahirkan sekitar tahun 516 di Clydeside, Scotlandia dalam keluarga bangsawan. Sebagai seorang pemuda ia bertekad untuk mempraktekkan gaya hidup mengurbankan diri. Ia melakukan ini guna membantu dirinya sendiri semakin dekat pada Tuhan. Gildas bersungguh-sungguh dengan komitmen Kristianinya. Ia merasa bertanggung jawab untuk berdoa dan berkurban demi silih atas dosa-dosa yang dilakukan orang sejamannya.
Ia menulis khotbah-khotbah berusaha meyakinkan orang untuk meninggalkan kejahatan. Ia mendorong mereka untuk menghentikan hidup penuh skandal. Sebab Gildas begitu peduli, tulisan-tulisannya terkadang terasa terlalu kritis. Sesungguhnya, ia tidak bermaksud mengutuk siapapun. Ia memohon orang untuk berbalik kepada Tuhan.

Gildas adalah seorang rohaniwan yang mengamalkan hidup seorang pertapa. Ia memilih hidup doa yang hening sebab ia hendak melarikan diri dari dunia sekelilingnya. Ia memilih gaya hidupnya demi membantu diri bertumbuh semakin dekat pada Tuhan. Ia lebih sadar dari orang kebanyakan mengenai hal-hal yang sangat keliru dalam masyarakat. Sayangnya, banyak orang tidak cukup sadar akan Tuhan dan hukum-Nya. Mereka bahkan tidak menyadari kejahatan yang tengah membinasakan mereka. Itulah sebabnya mengapa sebagian orang dalam Gereja - para imam, uskup, dan kaum awam baik laki-laki maupun perempuan - pergi kepada Gildas mohon nasehat mengenai hal-hal rohani yang mendalam.

Menjelang akhir hidupnya, Gildas mengamalkan hidup bertapa di sebuah pulau kecil di Brittany. Meski ia menginginkan kesendirian guna mempersiapkan jiwanya menyongsong maut, para murid mengikutinya juga ke sana. St. Gildas menyambut mereka sebagai suatu pertanda bahwa Tuhan menghendakinya untuk membagikan karunia-karunia rohaninya kepada yang lain. Gildas adalah bagaikan “nurani” masyarakat. Terkadang, kita tak suka mendengar mengenai dosa, tetapi dosa itu nyata. Terkadang kita juga dicobai untuk melakukan yang salah atau menjadi lalai. Pada saat itulah kita dapat memanjatkan sebuah doa singkat kepada St. Gildas. Kita memohon bantuannya untuk memperolehkan bagi kita kekuatan niat untuk melakukan hal yang benar.

0 comments:

Post a Comment