Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, January 31, 2020

Santa Marcella

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 10802 Diterbitkan: 22 Maret 2015 Diperbaharui: 14 Maret 2017

  • Perayaan
    31 Januari
  •  
  • Lahir
    Sekitar tahun 325
  •  
  • Kota asal
    Roma - Italia
  •  
  • Wafat
    Martir - meninggal akibat dianiaya oleh pasukan Goth ketika menyerbu kota Roma pada bulan Agustus tahun 410
  •  
  • Beatifikasi
    -
  •  
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation

Santa Marcella berasal dari keluarga bangsawan Romawi Kristen di kota Roma. Nama ayahnya tidak diketahui; namun ibunya yang bernama Albina, diketahui sebagai seorang kristen yang saleh dan terkenal akan kekayaan dan kebajikannya. Ketika masih kecil, Marcella sudah tertarik mendengarkan kisah-kisah para orang kudus yang dikisahkan oleh ibunya. Dalam hatinya ia ingin menjalani hidup yang kudus seperti mereka.
Keinginannya untuk menjalani kehidupan rohani seperti para pertapa semakin bertambah setelah patriark Konstantinopel, Athanasius, tinggal dirumah mereka. Patriark Athanasius saat itu mengalami pengucilan dan pembuangan oleh kaisar, dan mengungsi ke Roma. Pola hidup asketis dan kisah-kisah ajaib tentang para kudus yang dituturkan Athanasius sangat memikat hati Marcella. Ketika Athanasius akan kembali ke Konstantinopel, ia memberikan hadiah perpisahan kepada Marcella berupa sebuah buku tentang kisah hidup Santo Anthonius Pertapa.
Kecantikan dan kekayaan Marcella membuat ia sangat populer di kalangan masyarakat kelas atas di kota Roma. Banyak pangeran datang melamarnya namun semuanya ditolak. Hingga sebuah lamaran dari seorang pangeran yang berasal dari keluarga bangsawan yang sangat berkuasa tidak mampu ditolak keluarganya. Mereka pun kemudian menikah; namun tujuh bulan kemudian suaminya itu meninggal.
Marcella segera merasa bahwa hidup berumah-tangga bukanlah jalan yang ditentukan Tuhan baginya. Ia lalu memutuskan untuk mengabdikan sisa hidupnya dalam karya amal, doa, dan menjalani hidup asketis dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan telah mengarahkan hidupnya untuk hidup kudus dalam kemiskinan. Marcella dengan sungguh-sungguh meninggalkan pola hidup ningrat yang penuh dengan kemuliaan duniawi. Ia menanggalkan gaun indah dan mahal yang selalu dikenakannya dan menggantinya dengan jubah cokelat kasar seperti yang biasa dipakai oleh pelayan. Sejak saat itu Marcella tidak pernah lagi menjalani rutinitasnya setiap hari sebagai seorang wanita bangsawan yaitu: menata rambut dan mengenakan make up.
Bersama dengan beberapa orang wanita (salah seorang diantaranya adalah Santa Lea), Marcella membentuk sebuah komunitas rohani yang kemudian dikenal masyarakat Roma dengan sebutan komunitas “Jubah Coklat” karena memang mereka selalu mengenakan jubah coklat dari kain kasar. Komunitas ini berupaya keras untuk hidup dalam kesucian. Setiap harinya mereka jalani dengan berdoa, bernyanyi, membaca Alkitab, dan melayani orang-orang miskin. Rumah megah milik Marcella dijadikan pusat kegiatan mereka dan sebagai tempat penampungan dan perlindungan bagi para peziarah dan masyarakat miskin.
Pada tahun 382 santo Hieronimus tiba di Roma atas panggilan Paus Santo Damasus I. Paus telah mengatur agar Hieronimus tinggal di rumah keluarga Marcella. Hal ini sangat menggembirakan hati Marcella dan para rubiah (pertapa wanita) pengikutnya. Sebagai seorang wanita terpelajar yang mahir berbahasa Yunani dan Ibrani, Marcella merasa amat bersyukur karena bisa menjamu seorang pemikir besar pada zaman itu.
Santo Hieronimus tinggal selama tiga tahun di Roma untuk mengerjakan berbagai tugas yang diberikan Paus kepadanya (termasuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin). Selama itu juga Santo Hieronimus menjadi seorang pembimbing rohani yang sangat terkenal. Banyak orang datang memohon bimbingannya; seperti : Santa PaulaSanta FabiolaSanto PaulinusSanto Pammakius dan tentu saja Santa Marcella dan komunitas Jubah Cokelat yang menjadi tuan rumah bagi bapa gereja tersebut. Bertahun-tahun kemudian, dalam sebuah suratnya, Santo Hieronimus menulis tentang muridnya Marcella:
…. Betapa banyaknya kebajikan dan kecerdasan, berapa tingginya kekudusan dan kemurnian yang saya temukan dalam dirinya…….; apa pun yang telah saya pelajari dalam waktu panjang dan dengan terus menerus bermeditasi hingga menjadi bagian dari diri saya, dapat dia rasakan, dapat dia pelajari dan dapat ia jalani sendiri…...
Ketika Santo Hieronimus kembali ke pertapaannya di padang gurun di Tanah Suci Yerusalem, banyak pengikutnya yang ikut hijrah bersamanya. Santa Marcella tidak ikut bersama mereka dan tetap tinggal di Roma karena ia harus memimpin komunitas biarawati yang didirikannya. Komunitas religius asketis ini terus berkembang pesat. Pengikut-pengikutnya semakin bertambah banyak dan Marcella harus membangun lagi beberapa biara di seluruh kota Roma. Bersama Santa Marcella, para rubiah jubah cokelat mengabdikan diri untuk melayani orang-orang miskin dan terlantar.
Pada tahun 410 kota Roma diserbu dan dijarah oleh bangsa Goth (Jerman). Santa Marcella yang saat itu sudah berusia tujuh puluh tahun tidak ikut mengungsi keluar kota. Ia pun ditangkap oleh para penyerbu dan disiksa dengan kejam karena mereka menginginkan emas permata dan harta kekayaan keluarganya. Namun setelah ia disiksa sampai sekarat, mereka harus kecewa dan melepaskannya pergi karena ia memang sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Semua harta bendanya sudah ia jual untuk mendanai biara-biara dan karya-karya amal yang mereka laksanakan selama ini.
Santa Marcella yang sedang sekarat dibawa pergi oleh seorang muridnya bernama Principia ke Gereja Santo Paulus di Roma. Tubuhnya yang renta tidak mampu menahan siksaan kejam yang dialaminya. Ia pun meninggal pada keesokan harinya.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

0 comments:

Post a Comment