Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, June 20, 2013

NGANGGO UNDHANGAN ORA?

Rabu malam jam 7 tanggal 20 Juni 2013 Ruang Barnabas (tempat pertemuan besar di Domus Pacis) dipakai oleh kantor Komsos KAS untuk mengadakan nonton bareng film hasil karyanya. Judul film itu "Percikan Kemanusiaan Rama Mangunwijaya" yang berdurasi 50 menit. Di sebut percikan karena berisi berbagai segi karya Rama Mangun demi kemanusiaan di tengah masyarakat luas. Pendukung utama nonton bareng ini adalah umat Katolik Lingkungan Fransiscus Assisi dimana Domus Pacis termasuk di dalamnya. Rama Bambang, yang karena kondisi sehabis opname belum kuat untuk ikut nonton, bertanya kepada Rama Agoeng lewat BBM di pagi berikutnya"Pinten jumlahe sisng rawuh ndherek nonton?" (Berapa orang yang ikut menonton). Rama Agoeng menjawab 70an orang.

Dalam makan pagi Kamis, 21 Juni 2013, Rama Bambang bertanya kepada Rama Harto "Wau dalu tumut nonton?" (Tadi malam ikut nonton?). "Inggih, sae" (Ya, bagus) jawab Rama Harto. "Sing nonton kathah, nggih?" (Yang nonton banyak ya?) Rama Bambang menginterviu. Jawab Rama Harto "Pitungdasa gansal" (75 orang) dan kemudian meneruskan kata-katanya "Visi-misi Rama Mangun jelas terutama option for teh poor." "Rama Yadi nggih sida nonton?" (Rama Yadi jadi nonton?) Rama Bambang ganti bertanya kepada Rama Yadi. "Mboten nganti rampung merga weteng kula terus lara" (Tak sampai selesai karena perus saya mulas) Rama Yadi menjawab. Ketika Rama Agoeng datang, beliau berceritera bahwa tanggapan evaluasi banyak yang memberikan. Dari segi isi banyak kesan yang berbeda, karena isinya memang macam-macam segi perjuangan Rama Mangun. Mereka pada umumnya merasa bangga memiliki Rama Mangun. Tetapi yang menonjol adalah perhatiannya kepada kaum miskin, pembelaan kemanusiaan, dan pendidikan. Dari segi tekhnis, kaum awam tekhnologi merasa sudah bagus. Tetapi bagi yang menegerti, mereka melihat ada banyak kekuragan, misalnya shootingnya monoton dan pencahayaan kurang.

Ketika Rama Tri Wahyono datang, Rama Bambang bertanya "Mau bengi mangan khusus ora?" (Tadi malam ada makan khusus tidak?" Jawabnya dengan nada rendah dan tempo lambat "Oraaaa" (Tidak). Ternyata omongan ini membuat semua rama lain yang ikut di meja makan tertawa terbahak-bahak. Mereka pasti ingat ketika pada Rabu 20 Juni saat makan pagi Rama Tri bertanya pada Rama Agoeng tentang nonton bareng tersebut "Engko nganggo undhangan ora?" (Nanti pakai undangan atau tidak?). Rama Agoeng menjawab singkat "Ora" (Tidak). Ternyata Rama Yadi mencari alasan pertanyaan itu kepada Rama Tri "Nek nganggo undhangan terus apa, nek ora terus kepiye?" (Memakai undangan atau tidak, apa bedanya?) Rama Tri menjawab tetap dengan nada rendah dan tempo lambat "Nek nganggo, ana mangan enak" (Kalau pakai undangan akan ada konsumsi khusus).


0 comments:

Post a Comment