Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, June 8, 2013

PAK MUJI PEMANDU TANI

Sebenarnyalah karunia Tuhan pada satu orang, secacad apapun, selalu tidak sedikit. Talenta itu multigenre (banyak jenis) dan multifungsi (dapat dimanfaatkan untuk banyak kebutuhan). Stok karunia atau talenta tak pernah habis dan selalu ada persediaan sampai akhir hayat. Yang berkembang biasanya hanya sebagian kecil. Apalagi dengan penjurusan studi dan komitmen untuk bidang kerja tertentu, itu berarti hanyalah pembangan karunia bakat tertentu. Dari sini jelaslah bahwa pensiun atau berhenti dari pekerjaan tertentu adalah kedaluwarsanya kemampuan kerja tertentu yang berkembang. Di sini untuk yang memiliki keterbukaan diri, orang selalu masih memiliki lahan amat banyak untuk kerjaan tertentu lain. Di sini, sekali lagi, akan diketengahkan pengalaman Pak Mujiana sebagai salah satu sharing.

Untuk katekis sekolah se Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Pak Muji sangat mendapatkan hati. Kesetiaannya mendampingi dan mengembangkan fungsi dan pengabdian mereka adalah kehidupan Pak Muji sebagai orang Departemen Agama DIY. Beliau termasuk yang berkedudukan tidak rendah dalam institusi kenegaraan. Di dalam kehidupan Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS), peran pak Muji terutama dalam gerakan misioner menempatkan beliau dapat duduk sejajar dalam sidang-sidang dan rapat-rapat Dewan Karya Pastoral KAS. Maka tidak mengherankan, ketika beliau pensiun dari pegawai negri, pimpinan KAS amat berminat untuk menarik Pak Muji jadi tenaga karyawan di Kevikepan atau di Pusat Pastoral Pastoran Sajaya Muntilan. Kisah "Lansia Ceria 'Anak Tua Nakal'" dalam PASTORAL KETUAAN www.domuspacispuren.blogspot sudah memberi gambaran sosok beliau.

Yang jelas salah satu kegiatan Pak Muji sesudah pensiun adalah HADIR DALAM PERTEMUAN KAMPUNG. Orang dapat membayangkan bahwa di situ beliau menjadi salah satu sosok orang gedhe, yang dalam struktur masyarakat tradisional Jawa disebut golongan priyayi. Di kalangan masyarakat desa, beliau tinggal di dusun dengan warga masyarakat yang umumnya tradisional, Pak Muji adalah orang yang masuk golongan orang besar. Beliau adalah guru (sehingga disebut mas guru) dan punya pangkat tidak rendah sebagai pegawai negri. Tamunya di rumah banyak dengan sepeda motor bahkan mobil. Memang, Pak Muji dikenal sebagai sosok sederhana sehingga masih ikut turun ke sawah untuk bertani. Untuk masyarakat desa tradisional, golongan tani termasuk golongan rakyat jelata atau wong cilik (orang kecil).

Kehidupan Pak Muji sebagai petani ternyata memiliki pengaruh besar bagi kehidupan bertani orang-orang sekampung. Ketika berjumpa dengan Rama Bambang dalam program Novena Ekaristi Seminar Domus Pacis tahap 4 tanggal 5 Juni 2013, beliau berceritera tentang kegiatannya menjadi pendamping kelompok tani di dusunnya. Pak Muji memang termasuk pendekar dalam pelayanan dan pendampingan pemuka jemaat baik di kalangan kaum tua, remaja, dan anak. Ini terbukti dalam kegiatan-kegiatan Bidang Edukasi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) yang menjadi sarana perutusan Komisi Karya Misioner dan Karya Kepausan Indonesia KAS. Ternyata sebagai pensiunan beliau memanfaatkan "sisa-sisa" kemampuannya untuk menghayati salah satu hidup barunya sebagai golongan kaum petani. Talenta tertentu yang berkembang sebagai animator, motivator, dan fasilitator telah menjadi rahmat untuk pendampingan dan pengembangan kaum tani daerahnya. Dan dalam berceritera tampak sekali kegembiraan dan keceriaan terpancar dalam rona wajah Pak Muji yang dekat dengan usia 70 tahun. Ternyata makin tua beliau, makin gembira hidupnya. Apakah hal ini karena ada penghayatan iman seperti yang dinasihatkan Paulus "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia" (Fil 2:5-7)?

0 comments:

Post a Comment