Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, June 5, 2013

OLEH-OLEH TAMU RAMA HARTA (?)


Kemarin siang, Rabu 5 Juni  2013, Rama Julius Sukardi dari Paroki Mlati mengunjungi Rama Bambang di kamarnya. Rama yang sudah menuju usia 71 tahun ini masih tampak gagah, rapi, dan selalu tampil ceria penuh senyum. Tidak mengherankan kalau hingga kini masih mendapatkan tempat berkarya di paroki. Hanya karena kerendahan hati sajalah yang membuat beliau tidak mau menjadi pastor kepala. Pada umumnya umat amat mencintai beliau sehingga ada saja rombongan yang ingin dolan ke Samigaluh, Kulon Progo, untuk tahu tempat kelahiran beliau. Rombongan ibu-ibu sudah menjadi pelopor bertandang ke rumah asal Rama Kardi. Besuk Minggu tanggal 10 Juni juga ada rombongan kelompok Prodiakon Paroki Mlati akan ke rumah beliau. "Kowe suk Minggu jarene arep neng nggonku?" (Katanya besuk Minggu kamu akan ke tempatku?) tanya Rama Yadi. Rama Bambang menanggapi "Lho jarene Prodiakon Mlati arep rekoleksi neng ngomahmu" (Katanya Prodiakon Mlati akan rekoleksi di rumahmu). "Pira ta jumlahe?" (Berapa orang yang akan datang?) Rama Bambang melanjutkan dengan bertanya. "Rong atusan, sebab dha nggawa pasangane" (Dua ratusan karena mereka akan membawa istrinya). "E, ibu sing seda ki sing endi ta?" Rama Kardi tiba-tiba bertanya tentang ibu Rama Bambang yang baru saja meninggal. Pertanyaan Rama Kardi memang dapat dipahami karena pada umumnya yang diketahui adalah Ibu Mari Magdalena Rubinem yang sebenarnya adalah ibu tiri yang membawa Rama Bambang menjadi Katolik pada saat
akhir SMP. Kebetulan Rama Kardi pernah berkarya di Paroki Kalasan dan mengenal sanak-saudara Rama Bambang yang beragama Katolik. Maka pembicaraan tentang almarhum ibu menjadi pembicaraan keluarga Berbah, Paroki Kalasan, karena ibu kandung Rama Bambang dari sana.

"Yok ngombe-ngombe neng kamar makan" (Yok kita minum di kamar makan) ajak Rama Bambang dan kemudian berdua menuju kamar makan. Melihat dua bungkus tas plastik Rama Bambang langsung berseru "Wah lumayan, ana tambahan panganan. Mungkin tamune Rama Harta sing nggawa" (Lumayan, ana tambahan snak. Barangkali oleh-oleh dari tamu Rama Harta). Rama Kardi tersenyum sambil berkata "Kuwi sing ngenehi umat Semarang sing mau mampir neng Mlati". Oooooo, ternyata dari Rama Kardi. Isinya baru diketahui ketika makan siang. Rama Yadi, Rama Tri Wahyono, dan Rama Harta menikmati isi dos yang berwarna hijau: wingko babad. Mas Raharjo, salah satu pramurukti, berkata "Bandeng prestonipun kula simpen ing kulkas" (Bandeng prestonya saya simpan dalam almari es).

0 comments:

Post a Comment