Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, January 7, 2018

Lansia dan Keluarga


Sering terdengar bahwa orang-orang lanjut usia yang berada di panti-panti jompo memiliki kegalauan karena terpisah dari keluarganya. Mereka dapat merasa tersingkir bahkan terbuang dari anak-cucu dan sanak saudara. Kecenderungan hati lansia melekat dengan keluarga dapat dilihat dari kisah yang berasal dari WA Agnes yang dikirim ke Rm. Bambang:

"JAMAN tambah MODERAN....sifat manusia sudah ada perubahan pada generasi muda sekarang......????
Mr Lin Sao Gen telah menikah selama lebih dari 35 tahun. Setelah meninggal, ia meninggalkan 2 putra dan 2 putri, serta warisan 10 juta US dolar. Suatu jumlah yang sangat fantastis besarnya.
Setelah di pemakaman, istrinya mrs Lin, membagikan warisan sama rata kepada empat anaknya, dengan berpikir kelak anak-anak akan merawatnya!
Tapi setelah anak-anaknya mendapatkan uang warisan, ia dibuang di sebuah panti jompo dan tidak mau mengurusnya lagi. Empat anaknya tidak pernah datang untuk menjenguknya. Beberapa tahun kemudian, mrs Lin bunuh diri karena Depresi!
Dalam waktu yang sama, ada seorang janda yaitu Mrs Liu, berusia sama dengan mrs Lin. Suaminya juga meninggalkan 2 putra dan 2 putri serta uang 10 juta dolar US untuk warisan nya.
Mrs Liu menempatkan uangnya dalam tabungan dan deposito, hanya dengan Bunga dari Deposito itu dia bisa menjalani kehidupan dengan sangat Baik dari warisan suaminya!
Dia memilih hidup di sebuah Panti Jompo yang cukup mewah. Dia mengatakan kepada anak-anak dan cucu-cucunya :
"Setiap kali kalian datang mengunjungi saya, Kalian akan mendapat US 100. Menemaniku ke Restoran untuk makan, saya 
yang akan membayarnya. Siapa yang ada disampingku saat saya meninggal, akan mendapat setengah dari Warisan saya".
Dengan cara ini selama beberapa tahun, dia telah tinggal dengan Biaya sendiri di sebuah Panti Jompo Senior. Anak laki-laki dan anak perempuan serta cucu-cucunya hampir setiap liburan mengunjunginya. Dia menjalani kehidupannya dengan sangat Bahagia!
Anda orang Bijak, membaca contoh kehidupan yang nyata seperti ini. Suatu ketika, kita akan menjadi seperti keadaan Mrs Liu, kita tidak perlu berharap Terlalu Banyak terhadap Anak-anak dan cucu-cucu kita ..
Mereka pasti akan sering menemani kita, jika kita menerapkan Metode yang Tepat. Kita tidak hanya diperlakukan dengan ber Martabat, tetapi juga dapat menikmati Kasih Sayang keluarga.
Cerita diatas bukan hanya Cerita Fiktif belaka. Tetapi banyak Orang Tua yang Sudah Mengalami Nasib yang sama seperti Mrs Lin diatas.
Juga supaya kita Jangan sampai di Remehkan oleh Anak, Menantu ataupun Cucu kita. Sebaiknya kita Siap-siap menjalani hidup di Hari Tua kita ...
Karena jaman sekarang didunia ini Agama bisa tumbuh Subur. Tetapi Pelajaran Moral Ethic terhadap Orang Tua tidak mencapai ke Hati Sanubari anak-anak sekarang.

Melekatnya kaum lansia dengan keluarga juga diketemukan oleh Rm. Bambang ketika mengisi rekoleksi lansia di Paroki Administratif Cawas. Rekoleksi ini diselenggarakan oleh Tim Kerja Pendampingan Iman Usia Lanjut (PIUL) pada hari Minggu 31 Desember 2017. Rm. Bambang memulai pembicaraan dengan melemparkan pertanyaan "Apakah yang sering membuat hidup kita gemetar atau khawatir atau ketakutan sebagai kaum usia lanjut?" Menanggapi pertanyaan ini sekitar 150 orang yang hadir berbicara dengan orang-orang terdekatnya. Beberapa pokok pengalaman yang muncul adalah sebagai berikut:
  • Ada anggota keluarga yang menderita sakit.
  • Anak/cucu pergi dan tidak pulang tanpa kabar.
  • Anak usia lebih dari 30 tahun belum menikah.
  • Anak-cucu tinggal jauh sehingga di rumah sendirian.
  • Anak pergi tanpa keterangan pasti.
  • Masalah hukum.
  • Sehabis kerja sering gemetar yang ternyata karena belum/lupa makan.
Dari para peserta ternyata ada satu orang yang tampil dan menyatakan tampaknya di usia lanjut ini mengalami rasa bahagia dan lega. Hal ini disebabkan karena merasakan telah menyelesaikan tanggungjawab sebagai orang tua. Anak-anak sudah menyelesaikan pendidikan dan kemudian mendapatkan kemapanan dengan bekerja dan berkeluarga. Dia mengikhlaskan anak-anak memiliki cara hidup sendiri-sendiri. Dan kini dia siap dipanggil oleh Tuhan.

Barangkali para peserta masih memiliki masalah-masalah lain seperti penyakit yang biasa menjangkiti kaum lansia. Hal ini diketahui dari data tangan terangkat ketika Rm. Bambang bertanya tentang penyakit-penyakit yang oleh Rm. Bambang sendiri dimiliki: hipertensi, asam urat, kolesterol, trigiserid, gula darah. Meskipun ada berbagai soal yang dapat melanda kaum lansia, tetapi dalam rekoleksi ini ternyata DOMINASI SOAL LANSIA TERUTAMA MUNCUL DARI IKATAN KELUARGA.

Terhadap pengalaman itu, pertama-tama Rm. Bambang mengajak para peserta untuk menyadari diri dengan paparan gambaran tentang keluarga dalam perubahan masyarakat:
  • Masyarakat agraris: Di dalam masyarakat agraris orang hidup lebih secara alami. Perubahan pola hidup sosial ditentukan oleh perubahan alam misalnya bencana alam. Ikatan kesukuan amat mewarnai. Di sini orang menghayati hidup keluarga dalam ikatan silsilah. Latar belakang masyarakat seperti ini membentuk keluarga sebagai extended family (keluarga besar).
  • Masyarakat industri: Dengan muncul dan berkembangnya mesin-mesin, muncullah pabrik-pabrik yang menarik orang-orang dari berbagai daerah dan suku untuk bekerja mencari nafkah. Pusat-pusat perindustrian mengembangkan perkotaan. Orang-orang yang datang dan tinggal di kota-kota hidup meninggalkan dan berjauhan dengan orang tua, saudara-saudari, dan sanak famili. Kalau dalam masyarakat agraris orang biasa mencari jodoh dengan orang sesama suku dan daerah, maka dalam masyarakat industri keluarga-keluarga kurang bahkan tidak memperhitungkan lagi perbedaan suku. Di sini keluarga terutama berbentuk kecil atau nucleus family yang merupakan ikat suami-istri dan orangtua-anak.
  • Masyarakat global: Sebenarnya keluarga di era global juga berbentuk kecil (nucleus family). Akan tetapi setiap orang anggota keluarga di dalam masyarakat global banyak terikat oleh jaringan hubungan sesuai dengan kerja, kegiatan, dan kesibukan lain. Apalagi dengan pesatnya tekhnologi informasi yang amat mewarnai masyarakat global, orang tidak hanya mengalami hubungan dengan orang-orang lain secara face to face. Orang juga amat menghayati hubungan masyarakat maya yang terjalin lewat alat-alat digital elektronik seperti HP dan tentu saja dunia internet. Dengan demikian, di tengah masyarakat global, orang menghayati keluarga yang barangkali dapat dikatakan sebagai keluarga kecil dengan otonomi individual (individual autonimous nucleus family). 
Dengan cakrawala perubahan masyarakat itu, ternyata kaum lansia (paling tidak dalam pengalaman dalam rekoleksi Cawas 31 Desember 2018) hidup di tengah masyarakat global dimana setiap anggota punya urusan sendiri-sendiri. Kaum tua tidak dapat memutuskan bahkan menguasai kehidupan anak dan cucunya. Akan tetapi, kaum lansia, dalam hal sikap batin, masih menghayati kejiwaan hidup berkeluarga model agraris atau transisi antara agraris ke industri. Dalam hal ini barangkali pengalaman salah satu peserta yang tidak begitu mengalami masalah berkaitan dengan anak dan cucu dapat menjadi rujukan. Dia dapat merasakan tenang dan bergembira "karena merasakan telah menyelesaikan tanggungjawab sebagai orang tua. Anak-anak sudah menyelesaikan pendidikan dan kemudian mendapatkan kemapanan dengan bekerja dan berkeluarga. Dia mengikhlaskan anak-anak memiliki cara hidup sendiri-sendiri. Dan kini dia siap dipanggil oleh Tuhan". Sebenarnya di dalam kenyataan hidup masa kini, makin tua seseorang apalagi makin lanjut usianya, orang harus makin siap mengahayati kesendirian. Apalagi berkaitan dengan anak-anak yang sudah berkeluarga, orang tua harus siap ditinggalkan oleh anak untuk menjadi satu dengan jodohnya (band Kej 2:24). Secara rohani makin tua dan makin lanjut usianya, orang seharusnya makin mampu sendiri dan mesra dengan Tuhan sehingga dapat menghayati kata-kata Santo Paulus "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa.  Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tes 5:16-18).

0 comments:

Post a Comment