Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, January 4, 2018

Natalan Domus Pacis


"Nafs-i-gira ..... Apa, ta, arti kata ini?" tanya Rm. Bambang ketika membuka homili dalam misa di Kapel Santo Barnabas, Domus Pacis, pada Sabtu sore 30 Desember 2017. Pak Yus yang memimpin koor beberapa anak dan remaja menjawab "Terang". Dari sini Rm. Bambang mengembangkan hikmah iman bagaimana menjadi terang atau cahaya kehidupan untuk anak, orang tua, dan bahkan kaum lansia. Misa sore itu menjadi Misa Pesta Keluarga Kudus. Dan ini menjadi peristiwa Natalan Domus Pacis yang diikuti oleh rombongan tamu, anggota relawan Domus yang biasa standby untuk acara-acara Domus, dan para rama Domus Pacis. Bacaan Injil, yang mengisahkan Bayi Yesus dipersembahkan ke Kenisah oleh Maria-Yusuf dan kemudian datang seorang lansia Simeon, menjadi inspirasi iman bagi anak-anak (para anggota paduan suara dan pemusik), ora tua (para pengantar dan relawan Domus), dan yang sudah usia lanjut (Rm. Ria, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto Widodo, dan tentu termasuk Rm. Bambang yang memimpin misa). Barangkali karena merujuk ke kejadian-kejadian kongkret, homili menjadi segar dan kerap menimbulkan tawa ceria.

Sebenarnya ketika Pak Yus datang untuk rencana mengajak anak-anak kunjungan ke Domus Pacis, maksud kedatangannya adalah untuk menghibur para rama Domus. Mereka adalah anak dan remaja yang belajar musik dan olah vokal di Sanggar Nafs-i-gira Musik dan Komunitas PeMusik Akustik B 01. Di dalam rencananya mereka akan menampilkan lagu-lagu Natal. Dari sini Rm. Bambang mengajukan usulan "Piye nek sisan nggo ngiringi misa?" (Bagaimana kalau sekalian untuk mengiringi misa?) Ternyata usulan ini disetujui. Di dalam pembicaraan juga disetujui yang berkaitan dengan konsumsi: 1) Rombongan tamu membawa snak; 2) Rm. Bambang mengkoordinasi pengadaan minuman dan makan malam. Maka ketika mereka datang pada Sabtu sore sekitar jam 16.00, mereka langsung dapat menikmati teh dan snak.

Pada hari pelaksanaan, Rm. Yadi dan Rm. Wito tidak ada. Mereka sudah memiliki acara luar yang dijanjikan sebelum rencana Natalan Domus ini ada. Beberapa relawan Domus pun ada yang datang menyusul sesudah misa karena harus mengikuti Misa Pelantikan Pengurus Lingkungan di Paroki Pringwulung. Tetapi yang datang menyusul masih dapat menikmati kepiawaian anak-anak dalam bermusik dan bernyanyi. Sesudah makan malam ternyata anak-anak masih menyuguhkan lagu-lagu dan permainan musik di ruang pertemuan dalam di hadapan Rm. Tri Wahyono, Rm. Ria, Rm. Tri Hartono, dan Rm. Harto. Rm. Bambang dan semua tamu dan relawan melihat dari luar sehingga nuansanya seperti pengamen menjajakan musik dan nyanyian. Sore dan malam itu Domus Pacis seakan diwarnai oleh suasana full music yang terasa amat profesional. Maka tak mengherankan kalau Bu Rini berkomentar "Apik banget, ya. Le nyanyi ora mung waton sero" (Bagus sekali, ya. Mereka menyanyi tidak asal keras).

0 comments:

Post a Comment