Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, January 1, 2018

Seyegan


"Kanthi mekaten awake dhewe angsal cepengan: sabar, andhap asor, pasrah sumarah, ora rewel, manut, lan wis akeh ijen mula kudu akeh sembayange" (Dengan demikian kita mendapatkan pegangan: sabar, rendah hati, berserah diri, tidak banyak ulah dan tuntutan, ikut ketentuan, dan karena banyak ada dalam kesendirian maka harus banyak doa). Inilah kata-kata Rm. Bambang yang memberikan kesimpulan terhadapan kata-kata Rm. Harto, Rm. Tri Hartono, Rm. Ria, dan Rm. Yadi. Keempat rama ini secara bergilir diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tentang pengalaman menjadi tua yang muncul dari para pengunjung pada sore hari Jumat 22 Desember 2017 di ruang pertemuan rumah induk Domus Pacis. Pada sekitar jam 16.00 keempat rama itu dan Rm. Bambang menyambut kedatangan rombongan tamu dari Seyegan. Mayoritas yang datang adalah kaum lansia yang ada dalam koordinasi Tim Kerja PIUL (Pendampingan Iman Usia Lanjut) dalam kerjasama dengan Panitia Natal Seyegan. Ketika masuk Domus, mereka langsung diajak menikmati minum dan snak yang disiapkan oleh Bu Rini dan Mas Handoko bersama para karyawan Domus.

Di ruang pertemuan ada lagu Berkah Dalem dalam teks yang dibagikan untuk dinyanyikan bersama. Rm. Bambang mengiringi dengan keyboard. Ketika lagu ini dinyanyikan Rm. Bambang mengajak para tamu setiap kali mengubah kata-kata tertentu untuk membuat suasana bernuansa sukacita. Setelah selesai dengan nyanyian, ada sambutan pengantar dari Ketua Dewan Seyegan dan kemudian dilanjutkan dengan omong-omong tanya jawab dalam suasana sarasehan. Selain pertanyaan tentang bagaimana menghayati hidup sesudah jadi tua, sebagaimana ternyata dalam awal tulisan berita ini, ada pertanyaan yang tampaknya amat menarik bagi semua. Sebenarnya yang ditanyakan adalah soal saat makan dimana ada rama yang harus disuapi sehingga kalau tidak disuapi dia tidak akan dapat makan sendiri.

Pertanyaan itu oleh Rm. Bambang dibelokkan penjadi pengalaman makan di Domus Pacis yang dalam menjawab diserahkan kepada Rm. Yadi. Rm. Yadi menceriterakan sejarah sajian makan di Domus Pacis dari dulu hingga kini. Dari sini Rm. Bambang kemudian menyampaikan besarnya peran umat dalam menopang kehidupan para rama Domus Pacis dalam berbagai hal yang menyangkut berbagai fasilitas. Maklumlah, para anggota pengurus Domus Pacis kesemuanya tidak tinggal di Domus. Maka dalam hal kebutuhan-kebutuhan kongkret selain yang menyangkut anggaran rutin banyak dibantu penangannya oleh para relawan-relawati warga Katolik. Sesudah acara omong-omong, para tamu bersama para rama masuk Kapel untuk merayaan misa. Para tamu sungguh membuat misa semarak dengan lagu-lagu termasuk organis pengiring dan lektor. Rm. Bambang yang memimpin misa dalam khotbahnya mengetengahkan renungan tentang iman kaum usia lanjut dengan inspirasi pengalaman Hana, ibu Samuel dari bacaan pertama dan Zakaria, ayah Yohanes Pembaptis, dari bacaan Injil. Usai misa kunjungan ditutup dengan makan malam bersama yang dimasak oleh Bu Tatik dari Ambarrukmo.

0 comments:

Post a Comment