Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, September 20, 2019

Percikan Nas Sabtu, 21 September 2019

Pesta St. Matius Rasul dan PengInjil
warna liturgi Merah

Bacaan-bacaan:
Ef. 4:1-7,11-13; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 9:9-13.
BcO Ef. 4:1-16.

Bacaan Injil: 
9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" 12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Memetik Inspirasi: 
Hidup dalam komunitas yang dicap berdosa membuat seseorang masuk dalam lingkaran stigma dosa. Keberadaannya pun dipandang sebagai orang berdosa. Masyarakat pun sulit menerimanya secara wajar. Mereka pasti mempunyai kecurigaan.
Matius, sang pemungut cukai, dianggap orang berdosa. Semua teman kerjanya pun dianggap sebagai orang berdosa. Maka ketika mereka berkumpul makan bersama Yesus orang-orang pun seakan-akan tidak terima. Mengetahui rasa dan pikiran mereka Yesus pun menjawab, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit” (Mat 9:12). Jawaban ini menghentikan rasa penasaran mereka.
Hidup dalam cap berdosa itu tidak mudah. Kiranya kita perlu membongkar cap-cap tersebut dalam hidup kita. Sebagaimana Yesus mau makan bersama orang-orang yang dicap berdosa, kita pun perlu menghapus cap kita pada sesama. Biarlah ketulusan mereka membantu dan menguatkan pertobatannya. Penerimaan kita menghidupkan kembali dian yang kita pasang.

Refleksi: 
Bagaimana cara menghilangkan cap?

Doa:
Tuhan bantulah kami untuk melepaskan diri dari cap-cap berdosa kepada sesama. Semoga kami mampu menerima mereka yang bertobat. Kami pun ingin selalu bertobat dan memperbaiki diri.  Amin.

Cap
MoGoeng
Wates

0 comments:

Post a Comment