Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, September 28, 2019

Rm. Harto Mulai


Kalau Rm. Tri Hartono dalam memimpin Misa Komunitas Rama Domus Pacis Puren adalah atas permintaan sendiri. Ini terjadi pada Rabu 28 Agustus 2019. Sehari sebelumnya beliau meminta kepada Rm. Bambang untuk memimpin misa pada hari Rabu. Pada hari itu Rm. Tri Hartono memang secara khusus mau memperingati pesta pelindungnya, yaitu Santo Agustinus. Tetapi sejak itu pada setiap hari Rabu beliau memimpin Misa Komunitas. Tentu saja untuk Rm. Tri Hartono soundsystem Kapel St. Barnabas, yang ada dalam gedung induk Domus, harus dihidupkan. Maklumlah, volume suara Rm. Tri Hartono amat lemah sehingga tanpa pengeras suara sulit terdengar oleh orang lain.

Dalam hal bersuara Rm. Harto juga mengalami penderitaan yang sama dengan Rm. Tri Hartono. Memang, kadang-kadang Rm. Harto dapat bersuara agak keras. Tetapi suara juga dapat hilang sama sekali sehingga tak dapat berbicara. Karena Rm. Tri Hartono sudah mendapat giliran memimpin misa, Rm. Bambang juga menawari Rm. Harto. Tetapi jawabannya adalah "Mangke pripun yen macet" (Nanti bagaimana kalau suara saya macet). Sebenarnya Rm. Bambang memang tidak akan mendesak. Tetapi ketika makan pagi Kamis 26 September 2019 Rm. Bambang berkata kepada Rm. Harto "Rama, mangke sonten mimpin misa nggih. Kula dhampingi. Yen macet kula sing muni neruske" (Rama, nanti sore memimpin misa, ya. Saya akan mendampingi. Kalau macet saya yang akan bersuara untuk meneruskan). Maka pada Kamis 26 September 2019 sore Rm. Bambang menyiapkan buku-buku di altar dan menghidupkan soundsystem. Tujuh menit sebelum misa mulai Rm. Harto masuk dan dengan kursi rodanya didudukkan pada posisi pemimpin misa. Rm. Bambang dengan kursi rodanya berada di kanannya. Pada tanda salib pembuka sampai "Saya mengaku" artikulasi Rm. Harto amat tidak jelas. Tetapi mulai "Tuhan kasihanilah kami" mulai jelas. Rm. Bambang melayani bagian-bagian yang harus dibaca. Ketika akan Injil terjadi kemacetan suara dan Rm. Bambang langsung membaca Injil. Tetapi mulai homili sampai berkat penutup sungguh jelas. Pada awal-awal tremor dari tangannya bergetar hebat. Tapi lama-lama menghilang. Ketika berada di kamar makan Rm. Bambang berseru kepada Rm. Yadi "Rama Yadi, pripun wau Rama Harto" (Rama Yadi, bagaimana tadi Rama Harto) yang mendapat jawaban dari Rm. Yadi "Cethaaa" (Jelaaas). Dan Rm. Bambang meneruskan "Yen ngaten pendhak Kemis sing mimpin Rama Harto" (Kalau begitu setiap Kamis Rm. Harto memimpin misa).

0 comments:

Post a Comment