Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, August 24, 2019

Beato Miroslav Bulešić

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 2346 Diterbitkan: 24 Agustus 2017 Diperbaharui: 13 November 2017
ilustrasi dari koleksi Blog Domus

  • Perayaan
    24 Agustus
  • Lahir
    13 Mei 1920
  • Kota asal
    Čabrunići, Istria, Kroasia
  • Wafat
    Martir | Tewas dibunuh kaum Komunis Kroasia pada tanggal 24 Agustus 1947
  • Venerasi
    20 Desember 2012 oleh Paus Benediktus XVI (decree of martyrdom)
  • Beatifikasi
    28 September 2013 oleh Paus Fransiskus
  • Kanonisasi
    - Sumber : Katakombe.Org

Beato Miroslav Bulešić lahir pada tanggal 13 Mei 1920 di Čabrunići sebuah desa di Istria, Kroasia (pada masa itu Istria adalah wilayah Kerajaan Italia dibawah Raja Victor Emmanuel III).  Ayah dan ibunya, Miha Bulešić dan Lucija Butković adalah pasangan katolik yang saleh. Mereka selalu memperhatikan kehidupan rohani Miroslav dan empat orang saudara-saudarinya : Maria, Lucija, Zora dan Beppo. Miroslav kecil mendapat pelajaran agama dari kedua orang tuanya dan ia diketahui mempelajari iman Katolik melalui sebuah buku rohani yang ditulis sesuai dengan kultur rakyat Kroasia hasil karya Uskup Juraj Dobrila.
Pada tahun 1930, saat baru berusia 10 tahun, Miroslav sudah bercita-cita untuk menjadi seorang imam. Untuk itu ia berangkat ke Alojzjevišče di Gorica pada tahun 1931 untuk memulai studinya di Seminari. Ia menyelesaikan pendidikan dasar di Seminari Rendah pada tahun 1936 dan Seminari Menengah pada tahun 1939. Setelah lulus dari Seminari Menegah, Pater Ivan Pavić, pembimbing rohaninya menuliskan surat rekomendasi dengan menyebutkan Miroslav sebagai seorang seminaris yang "bijaksana, jujur, saleh dan baik". Pada musim gugur 1939, Uskup Poreč-Pula Trifone Pederzolli mengirimnya ke Roma untuk melanjutkan studinya di Universitas Kepausan Gregoriana (Pontifica Università Gregoriana), atau yang dikenal dengan sebutan : Gregorianum.
Frater Miroslav tinggal di Roma untuk belajar Filsafat dan Teologi  sejak tahun 1939 sampai tahun 1943. Selama Perang Dunia II berkecamuk; Uskup Agung Zagreb, Alojzje Viktor Stepinac banyak memberinya bantuan finansial selama masa studinya di Gregoriana. Pada tanggal 31 Oktober 1942 dia ikut hadir di lapangan Basilika Santo Petrus saat Paus Pius XII mengumumkan Devosi dunia pada Hati Maria yang Tak Bernoda (The Immaculate Heart of Mary).
Studinya selesai pada awal musim semi tahun 1943 dan Miroslav dipanggil Uskupnya kembali ke Kroasia untuk dapat ditahbiskan menjadi imam. Ia ditahbiskan di Istria pada tanggal 11 April 1943 oleh uskupnya Raffaele Mario Radossi di Gereja paroki Svetvinčenat. Kedua orang tua serta saudara-saudarinya turut hadir dalam misa pentahbisan dan menangis dalam kebahagiaan. Pater Miroslav Bulešić lalu merayakan misa pertamanya dua minggu kemudian pada tanggal 26 April 1943 di tanah kelahirannya Istria, di paroki tempat dimana ia dulu dibabtis.
Imam muda ini kemudian ditugaskan di paroki Baderna pada musim gugur 1943 di mana pasukan Komunis dan pasukan Fasis tengah berperang satu sama lain. Dua tahun kemudian ia dipindahkan ke tempat yang lebih aman di paroki Kanfanar. Pater Miroslav Buleši dikenal sebagai seorang pemberani dan tak kenal takut namun ia dianggap sebagai ancaman oleh otoritas Komunis di Istria yang saat itu menjadi wilayah Republik Federal Yugoslavia, sebuah negara Komunis yang terbentuk pasca berakhirnya Perang Dunia Kedua.
Kehadiran Pater Miroslav Buleši membangkitkan kembali kehidupan umat beriman di paroki. Ia memperkenalkan adorasi kepada Hati Kudus Yesus dan Bunda Maria di paroki, mendorong umat untuk selalu berdoa rosario bersama-sama, dan lebih sering menerimakan sakramen ekaristi dan sakramen tobat bagi anak-anak.
Pemerintah Komunis yang ingin mencegah perkembangan kehidupan rohani berupaya mencegah rakyat Kroasia menghadiri Upacara misa di Gereja dengan memperkenalkan pernikahan sipil dan pemakaman sipil yang dapat dilaksanakan tanpa kehadiran imam. Namun umat tidak peduli. Mereka tetap menghadiri misa di Gereja untuk mendengarkan homili dari pater Miroslav Bulešic, imam kesayangan mereka.
Pada tahun 1946 beberapa pemuka partai Komunis mengamati umat yang berbondong-bondong datang mengikuti misa yang dipersembahkan oleh Pater Miroslav. Umat dengan setia mendengarkan kotbah pater Miroslav yang penuh semangat dan berapi-api, serta dengan tertib mengikuti upacara liturgi sampai selesai. Dikemudian hari para Komunis yang menyaksikan pengaruh besar Miroslav memutuskan bahwa imam kharismatis ini harus dilenyapkan bila mereka ingin memperoleh kontrol penuh atas rakyat di wilayah Kroasia.  
Rezim Komunis Yugoslavia mulai melakukan pendekatan pada pater Miroslav dan memintanya untuk kembali ke Italia.  Ia menolak dengan berkata : "Ada kebutuhan yang lebih besar untuk para imam di sini ". Hal ini membuat namanya tercantum dalam daftar orang-orang yang diawasi oleh pemerintah Komunis. Umat paroki dan para kerabatnya yang khawatir menasihatinya untuk berhati-hati dan mengungsi ke Italia. Namun ia menolak dan tetap bekerja seperti biasa.  
Pada tahun 1946 pater Miroslav diangkat menjadi guru dan wakil kepala sekolah di Seminaris di Pazin. Di awal bulan Maret 1947 dengan berani Miroslav mengembalikan sebuah salib besar ke tempat asalnya di atrium Seminari setelah sebelumnya dirusak oleh sekelompok orang tak dikenal. Seiring waktu berlalu, intimidasi terhadapnya semakin sering terjadi.  Jelas baginya bahwa dia telah ditargetkan untuk dilenyapkan. Dimasa-masa itu ia kerap mengatakan kepada para siswa seminari  bahwa untuk menjadi seorang imam Kristus, Kesediaan untuk menumpahkan darah demi iman adalah atribut yang harus dimiliki seorang imam. Pada akhir Juni 1947 pater Miroslav menulis dalam jurnalnya :  "Jika itu kehendak-MU, aku ingin datang kepada-MU sesegera mungkin".
Pada 19 Agustus 1947, ia mendampingi delegasi Monsignor Jakob Ukmar dalam kunjungan ke beberapa paroki seperti di paroki Buzet pada tanggal 23 Agustus dan merayakan satu misa disana. Ditengah perayaan misa, tentara Komunis memasuki Gereja dan berusaha menghentikan upacara liturgi. Mereka mengusir umat keluar gereja, menduduki altar dan berupaya menghancurkan tabernakel. Pater Miroslav berhasil menghadang mereka dan mempertahankan tabernakel tersebut.  Wajahnya pucat namun dengan tenang imam ini berkata : "Kalian baru bisa mencapainya setelah melangkahi mayat saya". Para pengacau menjadi gentar dan beranjak pergi. Sebelum meninggalkan paroki para komunis menanyakan apakah ia takut datang ke Lanišće.?. Miroslav terkejut karena mereka telah mengetahui jadwal kegiatannya. Dengan ambigu ia menjawab : “Anda hanya bisa mati satu kali ”.
Ia tetap melanjutkan kunjungannya ke Lanišće pada tanggal 24 Agustus 1947. Setelah selesai mempersembahkan misa ia bersama Monsignor Jakob Ukmar beristirahat di rumah paroki. Sekitar pukul 11:00 pagi beberapa pendukung Komunis menyerbu rumah paroki dan mencarinya. Mereka menemukannya di dekat pintu lalu menikamnya dengan pisau berkali-kali di bagian lehernya hingga ia rebah di lantai.  Monsignor Jakob Ukmar menyelamatkan diri ke kamar tidur namun ia dikejar dan dipukuli sampai babak-belur bersimbah darah. Para penyerangnya mengira ia telah tewas dan meninggalkannya menggeletak dalam genangan darahnya. Dalam sakratul maut, hamba Tuhan Miroslav Bulešić dua kali berseru : "Yesus, ambillah jiwaku!" sebelum ia menutup matanya dan kembali ke rumah Bapa di Surga.
Awalnya ia dimakamkan di Lanišće sampai pada tahun 2003. Makamnya sekarang berada di Gereja Svetvinčenat, Kroasia. Ia dibeatifikasi oleh Paus Fransiskus pada tanggal 28 September 2013 di Istria Kroasia. Misa beatifikasi dipimpin oleh Kardinal Angelo Amato SDB, Prefek Congregatio de Causis Sanctorum (The Congregation for the Causes of Saints atau Kongregasi bagi Penyebab Penganugerahan Gelar Santo-Santa) dengan didampingi oleh Uskup Agung Belgrade Mgr.Stanislav Hočevar.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment