Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, August 22, 2019

Santo Simforianus

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3844 Diterbitkan: 19 Juli 2014 Diperbaharui: 20 Agustus 2016

  • Perayaan
    22 Agustus
  • Lahir
    Hidup di abad kedua
  • Kota asal
    Autun - Gaul (sekarang wilayah Perancis)
  • Wafat
    Martir - dipenggal kepala pada tahun 178 di Autun
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

“Nate, nate, Symphorianus, in mente habe Deum vivum.
Hodei tibi vita non tollitur, sed mutatur in melius”

Santo Simforianus adalah seorang martir Kristus yang hidup di abad kedua. Ia berasal dari keluarga bangsawan tinggi dalam kekaisaran Romawi.  Ayahnya adalah seorang senator bernama Faustus dan ibunya adalah Beata Augusta. Sebagai seorang pemuda ia melanjutkan studinya di kota Autun – Gaul (sekarang Perancis).
Di Autun setiap tahun biasanya diselenggarakan perarakan besar untuk menghormati dewi pagan Cybele. Patung dewi pagan itu diusung mengelilingi kota dan orang–orang akan memberi sujud dan menyembah berhala tersebut.  Santo Simforius tidak sudi memberikan sikap hormat dan sujud-sembah seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir di sekelilingnya. Karena itu ia kemudian ditangkap dan dihadapkan pada Gubernur Autun yang bernama Heraklius. Atas pertanyaan sang Gubernur, pemuda itu dengan tegas menjawab: “Namaku Simforianus. Aku seorang Kristen.”
Pada waktu itu jumlah orang Kristen sangat sedikit. Tidaklah mengherankan kalau Heraklius tidak memahami maksud kata-kata Simforianus. Ia mengira Simforianus belum mengetahui semua peraturan kaisar. Karena itu ia menyuruh orang membacakan peraturan mengenai penyembahan kepada dewi Cybele. Seusai pembacaan, Simforianus dengan lantang berkata : “Semua perintah itu sudah aku tahu, tetapi aku harus lebih menaati perintah Tuhanku Yesus Kristus, Raja segala raja”, selanjutnya untuk menantang Heraklius, Simforianus berkata: “Berikan kepadaku sebuah palu, maka aku akan menghancurkan dewi-mu itu. Aku mau melihat apakah perbuatanku atas dewimu itu akan mengakibatkan malapetaka besar atas seluruh rakyat kota ini.”
Perkataan Santo Simforius ini membuat Heraklius sangat marah.  Namun karena Simforianus berasal dari keluarga bangsawan, maka Heraklius masih memberikan kesempatan untuk memberinya pengampunan asalkan ia mau mengakui kesalahannya dengan memberikan penghormatan kepada Dewi Cybele. Namun Simforius menolak. Heraklius kemudian menawarkan suap untuk kebebasannya, namun dengan tegas simforius menolak.
Karena itu Simforius kemudian dibelenggu, dihukum cambuk lalu digiring ke penjara. Beberapa hari kemudian ia dikeluarkan dan dibawa ke tempat hukuman mati.  Penganiayaan hebat yang ditimpakan atas dirinya membuat badannya sangat lemah dan wajahnya pucat pasi. Namun Simforianus tetap tegak berdiri dan siap menghadapi sang algojo. Saat itulah dari atas dinding kota ibunya berseru dengan lantang : “Nate, nate, Symphorianus, in mente habe Deum vivum. Hodei tibi vita non tollitur, sed mutatur in melius” (artinya kira-kira : “Anakku.., oh anakku Simforianus, Ingatlah selalu akan Tuhan; hidup tidak dicabut melainkan hanya diubah menjadi lebih baik.”).
Santo Simforianus menjadi martir Kristus dengan cara dipenggal kepalanya pada tanggal 22 agustus 178 M.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment