Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, August 21, 2019

Percikan Nas Rabu, 21 Agustus 2019

Peringatan Wajib St. Pius X
warna liturgi Putih

Bacaan-bacaan:
Hak. 9:6-15; Mzm. 21:2-3,4-5,6-7; Mat. 20:1-16a;
BcO Ef. 2:11-22.

Bacaan Injil:
1 "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. 2 Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. 3 Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. 4 Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. 5 Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. 6 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? 7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. 8 Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. 9 Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. 10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. 11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, 12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. 13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. 15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? 16 Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."

Memetik Inspirasi:
Sering terdengar kalimat Tuhan tidak adil. Kalimat ini muncul karena merasa Tuhan tidak berpihak pada dirinya, atau Tuhan membiarkannya kesulitan dan lain-lain. Saya pernah menemui seorang anak yang merasakan itu. Karena rasa itu, hidupnya diliputi oleh suasana protes. Segala sesuatu diprotes. Segala sesuatu dirasa tidak adil baginya. Hidupnya pun tampak lelah. Benarkah Tuhan tidak adil?
Bacaan Injil hari ini pun mengisahkan Tuhan yang mencari pekerja. Satu pekerja dengan pekerja lain masuk dalam jam yang berbeda tapi Tuhan memberi upah yang sama. Hal ini pun diprotes pekerja yang masuk lebih awal. Namun dijawab, “Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?” (Mat 20:13). Lalu diteruskan, “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (Mat 20:15).
Tuhan bebas menggunakan kemurahan hati-Nya, namun manusia seringkali iri hati. Rasa iri hati ini yang membuatnya tidak terima dengan apa yang didapat. Ia akan selalu membandingkan dengan yang diterima orang lain, bukan berpikir dan mencari cara agar mendapat seperti yang didapat orang lain, sokur bisa lebih. Tuhan bermurah hati pada mereka yang mau berusaha. Ia adil.

Refleksi:
Apa ada keirian hati terhadap kemurahan hati Tuhan?

Doa:
Tuhan Engkau bebas bermurah hati. Semoga kami tidak jatuh dalam rasa iri hati. Semoga kami lebih mengedepankan semangat berusaha bukan iri hati. Engkau adil. Amin.

Tuhan Adil
MoGoeng
Wates

0 comments:

Post a Comment