Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, August 26, 2019

Terharu


Sebenarnya acaranya tidak megah dan membutuhkan panitia perancang khusus. Bahkan misa yang biasa terjadi dalam acara khusus untuk rama juga tak ada. Maka layaklah kalau Rm. Ria, salah satu imam tua yang ada di Domus Pacis Puren, bertanya kepada Rm. Bambang dengan nada ekspresi negatif  pada waktu makan pagi 25 Agustus 2019 "Kena apa ora ana misa?" (Mengapa tak ada misa). Pertanyaan ini muncul ketika beliau bertanya "Engko misane jam pira?" (Nanti misa dimulai jam berapa?) dan dijawab oleh Rm. Bambang "Ora nganggo misa" (Tidak pakai misa). Ketika ada pembicaraan ini Rm. Yadi menambahkan "Le misa wis wingi sore, ta" (Kita sudah misa kemarin Sabtu sore, kan).

Pada hari itu, Minggu 25 Agustus 2019, memang ada perhelatan di Domus. Acara ini datang dari inisiatif  (Paseduluran Umat Pemerhati Imam Praja) Paroki Ungaran, Kevikepan Semarang. Karena Rm. Antonius Tri Wahyono, salah satu imam penghuni Domus Pacis Puren yang pernah berkarya di Ungaran dan pada tanggal 19 Agustus 2019 genap 32 tahun menjadi imam, kelompok itu akan secara khusus merayakannya. Hari yang disepakati adalah Minggu 25 Agustus 2019. Ternyata rencana ini didukung oleh PUPIP DIY. Kedua PUPIP bersepakat bahwa DIY menyediakan snak dan Ungaran makan dan lauk pauknya. Domus Pacis hanya menjadi penyedia minuman teh beberapa jumbo. Memang, karena salah satu pengurus Uangaran minta Bu Rini bilang ke Rm. Bambang "Mbok rama ngundangke organ tunggal" (Minta rama menghadirkan organ tunggal), Rm. Bambang minta Bu Rini untuk mengurus hal ini.

Pemain organ bersama satu penyanyi perempuan sudah hadir sejak jam 08.00. Kursi Domus memang sudah ditata pada Sabtu sore 24 Agustus 2019. Bahkan Mas Tono menambah kain untuk latarbelakang arena acara. Beberapa relawan Domus (Mas Handoko dan istrinya, Bu Rini, Bu Ratmi, Bu Mardanu) juga bersiap sejak awal. Pada jam 09.00 tamu-tamu anggota PUPIP mulai berdatangan. Mereka langsung menikmati teh dan snak. Batik-batik dagangan Domus Pacis, yang keuntungannya disumbangkan untuk SMK Kanisius Pakem, juga digelar. Pak Sri, salah satu guru sekolah itu, ikut membantu melayani para pembeli. Penyanyi yang didatangkan melantunkan lagu-lagu kenangan diiringi playernya. Para rama pun didorong keluar dari bangunan induk Domus dengan kursi roda masing-masing. Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono, dan Rm. Jaya duduk di tempat terdepan. Rm. Ria berada di deretan para tamu terdepan. Rm. Harto duduk bergabung dengan yang jual batik dan penerima tamu. Sedang Rm. Tri Wahyono didudukkan di depan arena menghadap semua tamu.

Acara dipandu oleh Bu Sofi dari PUPIP DIY dan mulai pada jam 10.15. Sebagai pembuka semua diajak untuk melantunkan doa untuk para imam dan calon imam. Kemudian ada kisah tentang Rm. Tri Wahyono dari imamat tahun pertama, ketika berkarya di Ungaran, dan kini di Domus Pacis Puren. Rm. Yadi tampil mengisahkan periode pertama imamat Rm. Tri, karena dulu bersama-sama di Paroki Kalasan. Rm. Yadi menekankan kesungguhan Rm. Tri Wahyono dalam menjalani tugas. Paroki Ungaran mengetengahkan model episode khotbahnya yang biasa dengan memainkan gitar dengan lagunya. Rm. Bambang berkisah kondisi kini. Setiap kisah selalu disusul dengan nyanyi-nyanyi baik dari penyanyi yang didatangkan maupun spontan para ibu dan bapak yang datang. Bahkan Ungaran mengenalkan lagu PUPIP. Sebenarnya acara ditutup dengan makan siang dengan berbagai macam lauk dan sayuran sharing anggota-anggota PUPIP Ungaran. Tetapi keyboard tetap terus berbunyi karena muncul nyanyian-nyanyian bersama meriah spontan dari yang belum antri ambil konsumsi.

Acara yang sederhana itu tampak membuat yang hadir mengalami kegembiraan hati yang tercermin dalam rona wajahnya. Dan yang banyak muncul diomongkan adalah kesan bahwa Rm. Tri Wahyono juga tampak bahagia. "Mulutnya kerap bergerak-gerak ikut mengucapkan syairnya" beberapa mengatakan demikian. Tetapi kebanyakan berkata "Tadi air matanya meleleh. Pasti terharu." Sekalipun sudah tidak berkemampuan untuk omong dalam komunikasi, memang ada sambung rasa yang masih dapat terjadi.

0 comments:

Post a Comment