Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, July 8, 2013

Sabda Hidup

Selasa, 09 Juli 2013
Antonius Fantosat, Gregorius Grassi, Agustinus Zhao Rong, Hermina, Fransiskus Diaz, Leo Ignasius Mangin
Warna Liturgi Hijau
Bacaan
Kej. 32:22-32; Mzm. 17:1,2-3,6-7,8b,15; Mat. 9:32-38

Bacaan Injil Mat. 9:32-38
32Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. 33Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." 34 Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." 35Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 36Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. 37Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 38Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

Renungan
Suatu kali ada seorang pemudi datang ke Domus Pacis. Wajahnya tampak bingung. Lalu kusapa: "Ada yang bisa kubantu mbak?" Lalu dia mengatakan, "Rama saya baru ketemu dengan Rama, tapi saya kok pingin omong dengan Rama, apa boleh?" "Tentu saja boleh," kata saya.
Ia kuajak duduk di kursi depan kamar. Ia pun mengulangi kata-katanya tadi sambil menangis. Setelah beberapa tetes air matanya keluar ia menceritakan apa yang sedang dialaminya. Wajahnya murung karena sedih, kecewa dan mungkin juga karena tidak terima dengan kejadian yang baru saja dialami. Saya pun mendengarkan dengan seksama semua ceritanya lalu saya lontarkan beberapa pertanyaan yang menggugah kesadarannya. Jawaban-jawaban dia mengubah raut wajahnya dari murung ke arah senyum, dari putus asa ke situasi berpengharapan. Saya kemudian menegaskan, "Jawabanmu bagus sekali dan mulailah kembali hidupmu sesuai dengan jawabanmu tadi."
Yesus menyembuhkan orang bisu dengan melepaskan setan yang mengikatnya. Ia pun kemudian mengutus para murid melakukan hal yang sama: mengusir setan. Tentu cerita saya tadi jauh dari mukjijat yang dibuat Yesus dan para murid. Namun rasaku, kita pun masih bisa membantu banyak orang yang sedih, kecewa dan marah dengan keadaannya untuk menemukan pengharapan dan semangat hidup lagi. Semua dari kita dengan anugerah baptisan diberi rahmat untuk itu. Mari kita menaburkan harapan.

Kontemplasi
Duduklah dengan tenang. Hadirkan pengalamanmu didatangi "orang bisu". Wajahnya murung. Kusut. Sedih. Kecewa dan putus asa. Temanilah dengan hati dan rasakan perubahan ekspresinya.

Refleksi
Bagaimana memberi pengharapan pada mereka yang berputus asa, "bisu"?

Doa
Tuhan, semoga dengan segala berkatMu aku pun mampu membuka ikatan-ikatan setan yang menjauhkan orang-orang daripadaMu. Amin.

Perutusan
Aku akan berusaha menjadi teman baik bagi yang sedang mengalami masalah.

0 comments:

Post a Comment