Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, February 5, 2018

Rm. Hantoro Opname


Jam belum sampai angka 03.00 di sore hari Senin 5 Februari 2018. Rm. Bambang yang baru berada di depan laptop agak terkejut dengan suara di depan pintu kamarnya "Iki ana kiriman seka Mak Landa" (Ini ada kiriman dari Mak Landa) sambil menenteng 5 bungkus plastik kerupuk dengan cap Laksa. Ternyata itu suara Rm. Hantoro yang kini menjadi pastor di Paroki Katedral Semarang. Kehadiran Rm. Hantoro diantar oleh kemenakannya, yang membawa satu tas berisi bermacam-macam snak, dan Pak Andreas. Bu Rini, relawan yang baru berada di ruang karyawan, ketika melihat Rm. Hantoro menjadi amat gembira. Bu Rini dulu memang secara rutin mengantar Rm. Hantoro kontrol ke RS Panti Rapih ketika Rama tinggal di Domus Pacis setahun lebih untuk pemulihan kesehatan.


Mereka semua masuk dan duduk-duduk di kamar Rm. Bambang. Kamar menjadi meriah dengan cerita ini itu yang penuh dengan kelucuan. Apalagi Rm. Hantoro memang pandai berceritera dengan berbagai pengalaman yang terasa aneh sehingga menimbulkan gelak tawa. Semua tetap berada di kamar Rm. Bambang ketika Rm. Hantoro ke kamar Rm. Ria teman seangkatan masuk Seminari Mertoyudan. Ketika kembali di kamar Rm. Bambang, teringatlah Rm. Bambang bahwa hari itu adalah Hari Ulang Tahun Imamat Rm. Hantoro (tentu juga Rm. Ria) yang ke 45. Rm. Hantoro kembali berceritera dengan bersemangat tentang pengalaman di Seminari baik Mertoyudan maupun Kentungan. Tiba-tiba ..... di tengah berceritera Rm. Hantoro mengejang dan wajah memucat. Tangan dan telapaknya kaku bahkan jari-jari dan jempol telapak tangan kiri dalam pandangan Rm. Bambang seperti orang stroke. Bibirpun memerot. Kemenakan beliau tergagap dan langsung berjongkok menghampiri sambil berkata dengan sendu "Kena apa, eyang?" (Eyang=kakek sebagaimana anaknya menyebut Rm. Hantoro). Bu Rini memijat-mijat jari-jari dan jempol tangan kiri. Sesaat kemudian kondisi Rm. Han mengendor dan kemudian tertawa sambil bilang "Aku ora papa" (Aku tak apa-apa). Tetapi karena wajah pucat dan tangan-tangan dingin, beliau langsung dibawa ke RS Panti Rapih dengan dipandu oleh Bu Rini yang juga mengurus surat untuk tanggungan Keuskupan. Kata Bu Rini tensi atas Rama 179. Rm.Hantoro kemudian dirawat di Ruang Lukas 305.

0 comments:

Post a Comment