Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, May 29, 2019

Santa Joan of Arc

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 8005 Diterbitkan: 23 Agustus 2013 Diperbaharui: 19 Jun 2015

  • Perayaan
    30 Mei
  • Lahir
    6 January 1412
  • Kota asal
    Greux-Domremy, Lorraine, Perancis
  • Wafat
    30 Mei 1431; Martir. Dibakar hidup-hidup di Rouen, Perancis
  • Beatifikasi
    11 April 1905 oleh Paus Santo Pius X
  • Kanonisasi
    16 Mei 1920 oleh Paus Benediktus XV Sumber : Katakombe.Org

Joan Of Arc (Jeanne d’Arc) lahir di Greux-Domremy, Lorraine, sebuah desa kecil di Perancis. Jacques d'Arc, ayahnya, adalah seorang petani yang memiliki tanah yang cukup luas dan ibunya bernama Isabelle Romee, seorang wanita yang lembut dan penuh kasih.  
Joan muda suka sekali berdoa, terutama pada tempat-tempat suci bagi Bunda Maria. Dalam doanya, gadis petani kecil yang jujur ini sering menerima penglihatan (vision) dari para kudus seperti Santa Margaret dari Antiokhia, Santa Catherine dari Alexandria, dan yang paling sering ia sebutkan adalah penampakan dari Malaikat Agung Michael.  Suatu hari ketika dia sedang menonton domba-dombanya, St. Michael Malaikat Agung, menampakkan diri kepadanya dan berkata, "Putri Allah, pergilah selamatkanlah Perancis!"
Setelah selama tiga tahun Joan terus-menerus mendengar suara orang-orang kudus memanggilnya untuk bertindak; ketika ia berumur enam belas tahun, Joan memulai misinya. Ia menghadap raja dan meminta agar diberikan pasukan untuk membebaskan tanah Perancis yang sudah dikuasai Inggris.
Pada waktu itu, terjadi peperangan antara Perancis dan Inggris yang berlangsung selama seratus tahun. Karena itu, peperangan ini disebut dengan Perang Seratus Tahun. Inggris telah memenangkan banyak wilayah Perancis. Begitu banyaknya sampai-sampai raja Inggris juga menyebut dirinya sebagai raja Perancis.
Awalnya tidak mudah bagi Joan untuk menyakinkan Raja agar memberinya pasukan. Ia hanyalah seorang gadis petani, berasal desa terpencil dan buta huruf pula. Namun Joan tidak menyerah. Ia mengatakan pada raja bahwa Tuhan telah mengutusnya untuk memimpin pasukan Perancis di medan perang. Agar raja percaya kepadanya, Joan meramalkan bahwa peperangan yang saat itu sedang terjadi di Herrings akan berakhir dengan kekalahan Perancis. Ramalan Joan kemudian terbukti benar. Dan raja Charles VII pun mulai percaya pada kata-kata Joan.
Dengan izin Raja, Joan memimpin pasukan Perancis ke kota Orleans, dimana ia sendiri berdiri paling depan menghadapi musuh.  Dalam baju zirah yang putih berkilau, gadis remaja ini berkuda menerjang pasukan Inggris dengan panji kebesaran yang berkibar di atas dirinya. Pada panji kebesarannya tertera nama-nama YESUS dan MARIA.  Dia terkena anak panah dalam pertempuran itu, tapi dia terus maju bertempur dan menyemangati anak buahnya untuk tidak menyerah. Ia berkata kepada mereka bahwa Tuhan menghendaki agar Inggris keluar dari tanah Perancis. Prajurit Perancis mendengarkan kata-kata panglima wanita ini dan bertempur dengan penuh semangat. Akhirnya setelah bertempur mati-matian mereka berhasil menghancurkan sebagian besar pasukan Inggris. Pasukan yang tersisa mundur dari medan pertempuran lalu melarikan diri.  Kemenangan ini disambut dengan penuh sukacita karena selama ini mereka selalu saja kalah oleh bala tentara Inggris.
Kemenangan demi kemenangan kemudian diraih pasukan Perancis dibawah kepemimpinan St. Joan.  Ia  memimpin pasukannya menghancurkan pos–pos pertahanan pasukan Inggris,  lalu merebut  sebuah benteng Inggris yang sangat kuat di Ies Tourelles. Pada pertempuran di les Tourelles Joan terkena anak panah dibahunya; namun seperti tidak merasakan apa-apa, Joan mencabut panah tersebut lalu diiringi pekikan yang menyemangati pasukannya, ia kembali maju bertempur.
Satu demi satu kota–kota Perancis yang dikuasai Inggris direbut kembali oleh Joan. Kota Jargeau direbut Joan pada tanggal 12 Juni 1429. Tiga hari kemudian, tanggal 15 Juni,  Joan menghancurkan pasukan Inggris di Meung-sur-Loire dan merebut kota itu. Dua hari selanjutnya Joan menuju Beaugency dan merebut kota tersebut tanpa perlawanan berarti dari pasukan Inggris.
Ketika pihak Inggris mengirimkan pasukan bantuan dalam jumlah besar; Joan segera menyongsong  pasukan tersebut. Pertempuran dahsyat terjadi. Di kemudian hari pertempuran ini dikenal dengan nama pertempuran Patay. Joan memerintahkan Pasukan perintis (vanguard) Perancis untuk secepatnya menyergap pasukan Inggris sebelum pasukan panah mereka dapat menyiapkan pertahanan. Serbuan mendadak ini membuat Pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Sir John Fastolf kocar-kacir. Sebagian besar pasukan dan para komandannya tewas. Pasukan yang tersisa lari pontang-panting menyelamatkan diri, termasuk juga Jendral Sir John Fastolf.
Nama Joan of Arc kemudian menjadi momok bagi pasukan Inggris. Kenyataan tentang seorang perawan suci yang memimpin pasukan Perancis dibawah panji bertuliskan YESUS dan MARIA, membuat nyali pasukan Inggris ciut.  
Setelah pertempuran Patay, St. Joan memimpin Pasukan Perancis berbaris menuju Reims dari Gien-sur-Loire pada tanggal 29 Juni. Semua kota yang dikuasai Inggris di sepanjang jalan menuju Reims menyerah tanpa syarat kepada pasukan Perancis. Di kota Troyes, Pasukan Inggris takluk setelah dikepung selama empat hari, tanpa adanya pertumpahan darah.
Sebuah kisah mukjizat menyertai St. Joan saat ia merebut Troyes. Pasukan Perancis menderita krisis logistik pada saat mencapai Troyes. Tapi sungguh ajaib;  beberapa bulan sebelum kedatangan mereka, seorang biarawan pengelana bernama Richard telah berkhotbah akan datangnya akhir dunia di Troyes. Ia berhasil meyakinkan penduduk Troyes untuk menanam kacang-kacangan yang memiliki masa panen pendek. Pasukan St. Joan tiba tepat pada saat panen tiba dan ribuan anggota pasukannya tidak menderita kelaparan. Mujizat ini membuat pasukan Perancis dan masyarakat kota itu percaya bahwa Joan of Arch adalah seorang utusan Tuhan. Bahkan para sejarawan saat ini juga menyimpulkan bahwa Joan of Arc sepertinya bukanlah seorang pemimpin militer yang cakap. Ia lebih tepat disebut sebagai seorang yang “diberkati”.
Setelah kemenangan demi kemenangan diraih, waktu penderitaan Joan dimulai. Dalam satu pertempuran dia ditangkap oleh Pasukan Burgundi. Kemudian ia dijual ke Inggris.  Charles VII  Raja Perancis yang tidak tahu berterima kasih itu bahkan tidak pernah berusaha untuk menyelamatkannya. Raja pengecut itu ternyata takut akan popularitas Joan yang bisa menjadi ancaman bagi tahtanya. Joan dimasukkan ke dalam penjara dan setelah melalui sebuah persidangan yang penuh intrik politik dan ketidak-adilan ia dijatuhi hukuman mati.
Catatan di pengadilan menunjukkan bukti kecerdasan Joan yang luar biasa. Ia mampu memberi jawaban yang briliant pada pertanyaan jebakan yang disusun dengan sangat teliti oleh para pendakwanya yang sangat terpelajar. Seperti sewaktu ditanya :  “Apakah anda tahu bahwa anda berada dalam berkat Tuhan (God's grace)..?”. Pertanyaan ini adalah jebakan. Jika Joan menjawab iya, maka ia akan dituduh bidaah karena mengganggap dirinya sebagai seorang nabi atau seorang utusan Tuhan. Tapi jika menjawab tidak, maka dengan sendirinya Joan telah mengakui kesalahannya. Jawaban Joan sungguh diluar dugaan.  Gadis desa yang buta huruf ini berkata : “Jika tidak, semoga Tuhan menempatkan saya di sana; dan jika iya, semoga Tuhan tetap memberkati saya." Mendengar jawaban ini mereka yang menginterogasinya menjadi takjub dan langsung menunda interogasi pada hari itu.  (jadi ingat kisah di Mat 22:15-22).
Saat dihukum mati Joan bahkan belum mencapai umur dua puluh tahun. Namun dia dengan gagah  berani menyambut kematiannya pada tanggal 29 Mei 1431. Ia diikat pada sebuah tiang yang tinggi dan dibakar sampai mati. Kata-kata terakhirnya adalah "Yesus."
Setelah perang berakhir Paus Kallixtus III mengesahkan proses pengadilan ulang atas Joan d’Arc. Proses ini melibatkan banyak pihak dari seluruh Eropa dan mengikuti prosedur standar pengadilan saat itu. Para ahli teologi menganalisis kesaksian dari 115 saksi mata. Kesimpulan akhir dimumkan pada bulan Juni 1456, yang menyatakan bahwa Joan adalah seorang martir yang tidak bersalah. Pengadilan ini juga menyimpulkan bahwa hakim yang memutuskan hukuman bagi Joan telah menjatuhkan hukuman mati kepada seorang wanita yang tak berdosa demi balas dendam politik. Pengadilan secara resmi memutuskan Joan of Arc tak bersalah pada tanggal 7 Juli 1456.
Empat ratus delapan puluh sembilan tahun kemudian, pada tanggal 16 Mei 1920, Paus Benediktus XV mengumumkan Joan sebagai seorang Kudus.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment