Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, May 10, 2019

Santo Ignasius dari Laconi

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3040 Diterbitkan: 16 Agustus 2013 Diperbaharui: 31 Mei 2014

  • Perayaan
    11 Mei
  • Lahir
    17 Desember 1701
  • Kota asal
    Laconi, Italia
  • Wafat
    11 May 1781 di Cagliari, Italy | Oleh sebab alamiah
  • Venerasi
    26 Mei 1869 oleh Paus Pius IX
  • Beatifikasi
    16 Juni 1940 oleh Paus Pius XII
  • Kanonisasi
    21 Oktober 1951 oleh Paus Pius XII Sumber : Katakombe.Org

Ignasius adalah putera seorang petani miskin di Laconi, Italia. Ia dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1701. Ketika usianya sekitar tujuh belas tahun, ia sakit parah. Ia berjanji, apabila ia sembuh kembali, ia akan menjadi seorang Biarawan Fransiskan.
Tetapi, ketika ia sungguh sembuh dari sakitnya, ayahnya meyakinkannya untuk menunda janjinya itu. Beberapa tahun kemudian, Ignasius nyaris tewas ketika ia kehilangan kendali atas kudanya. Namun, sekonyong-konyong, kuda itu berhenti berlari dan berderap dengan tenang. Ignasius yakin bahwa Tuhan telah menyelamatkan nyawanya. Ia bertekad untuk segera mengikuti panggilan hidup religiusnya.  Ignasius kemudian masuk biara Kapusin sebagai seorang Brouder dan mengucapkan kaulnya pada tahun 1722.

Broeder Ignasius tidak pernah menduduki jabatan penting dalam Ordo Fransiskan. Selama lima belas tahun ia bekerja di bangsal anyaman. Kemudian, selama empat puluh tahun lamanya, ia termasuk dalam kelompok biarawan yang pergi meminta sedekah dari satu rumah ke rumah lainnya. Mereka menerima makanan dan derma demi kepentingan biara. Ignasius mengunjungi keluarga-keluarga serta menerima derma mereka. Orang banyak segera menyadari bahwa mereka menerima berkah berlimpah setiap kali memberi derma pada biarawan yang rendah hati ini.
Broeder Ignasius menghibur mereka yang sakit dan menggembirakan hati mereka yang kesepian. Ia mendamaikan orang-orang yang bermusuhan, mempertobatkan mereka yang keras hati karena dosa, dan juga memberikan nasehat bagi mereka yang ditimpa masalah. Orang banyak mulai menanti-nantikan kunjungannya.
Namun demikian, Broeder Ignasius sering juga mengalami saat-saat sulit. Kadang-kadang pintu dibanting di mukanya, juga seringkali cuaca buruk menghambat langkahnya. Selalu, bermil-mil jauhnya jarak yang harus ditempuhnya dengan berjalan kaki. Tetapi, Igansius seorang yang penuh pengabdian.
Orang mulai memperhatikan bahwa Ignasius biasa melewatkan suatu rumah tertentu. Pemilik rumah itu adalah seorang lintah darat yang kaya. Ia mengumpulkan hartanya dengan memaksa orang-orang miskin membayar hutangnya jauh melebihi kemampuan mereka. Lintah darat ini merasa terhina karena Ignasius tidak pernah mengunjungi rumahnya untuk meminta sedekah. Ia melaporkan Broeder Ignatius kepada pemimpin biara. Bapa Prior, yang tidak mengetahui masalah ini, mengutus Ignasius ke rumahnya. Ignasius tidak mengatakan sesuatu pun; ia melakukan seperti yang diperintahkan kepadanya dan kembali dengan satu karung besar makanan. Pada saat itulah Tuhan mengadakan mukjizat. Ketika karung itu dibongkar, darah mulai menetes. “Inilah darah kaum miskin,” kata Ignatius perlahan, “Oleh sebab itulah saya tidak pernah meminta sedekah dari rumah itu.” Kemudian, para rahib pun mulai berdoa demi bertobatnya sang lintah darat.

Broeder Ignatius wafat dalam usia delapan puluh tahun pada tanggal 11 Mei 1781. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1951.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment