Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, May 22, 2019

Sekilas tentang Kematian


Sebenarnya yang dibicarakan ini berasal dari peristiwa kunjungan umat Lingkungan Bedog I, Paroki Kumetiran, di Domus Pacis Puren pada Minggu 12 Mei 2019. Jumlah para pengunjung lebih dari 50 orang. Para rama Domus yang menyambut adalah Rm. Yadi, Rm. Tri Wahyono, Rm. Harto, Rm. Jayasewaya, Rm. Bambang, dan Rm. Ria. Suasana pertemuan memang penuh keakraban. Dalam bagian acara wawan hati yang dipandu oleh Rm. Bambang memang terjadi tanya-jawab atas beberapa hal. Tetapi ada pertanyaan yang menyangkut realitas ketuaan bahkan kelansiaan. Seorang bapak yang sudah masuk golongan lansia bertanya kepada Rm. Bambang "Rama, kula kaliyan rama punika ketingalipun seusia. Kula menika sok mikir-mikir bab pejah. Ing ngriki kula kepingin nyuwun pirsa kados pundi caranipun cecawis pejah menika" (Rama, tampaknya saya dan rama itu sebaya. Saya sering berpikir tentang kematian. Di sini saya mau bertanya bagaimana menyiapkan diri berhadapan dengan kematian).

Menanggapi pertanyaan itu ternyata Rm. Bambang berkata "Wah, ing bab pejah, saene sing paring wangsulan Rm. Ria lan Rm. Yadi. Rm. Ria pun nate dikabarke seda rikala wonten ICU Panti Rapih mergi kecelakaan. Rm. Yadi paling dangu wonten Domus lan kerep ngandika kok ora mati-mati kamangka umure wis luwih wolung puluh taun" (Dalam hal mati, sebaiknya yang menjawab adalah Rm. Ria dan Rm. Yadi. Rm. Ria pernah diberitakan meninggal dunia ketika berada di ICU RS Panti Rapih karena kecelakaan. Sedang Rm. Yadi adalah yang paling lama di Domus dan sering bicara kok tidak mati-mati padahal usia sudah di atas 80 tahun). Rm. Ria dan Rm. Yadi kemudian bergantian menanggapi pertanyaan itu. Ternyata keduanya memiliki pandangan yang sama. Kematian adalah urusan Tuhan. Menjalani yang ada dalam keseharian adalah yang utama. Rm. Yadi pun berkata bahwa dengan itu orang akan tenang berhadapan dengan kematian. Rm. Bambang menambahkan bahwa di usia ketika sudah tidak terikat oleh tugas atau pekerjaan dinas, orang harus mengharuskan diri melakukan kebiasaan kegiatan sehari-hari. Apapun ujudnya harus punya kesibukan rutin harian yang harus diciptakan sendiri. Kematian adalah haknya Tuhan dan urusan orang-orang hidup. Semua tertawa terbahak-bahak ketika Rm. Bambang menutup dengan berkata "Tahu kenapa Rm. Yadi sudah tua dan Rm. Ria sudah amat parah tetapi tidak mati? Hal ini disebabkan karena Rm. Yadi sudah budheg dan Rm. Ria ndableg. Ketika Tuhan memanggil, Rm. Yadi tidak mendengar dan Ria tak memperhatikan."

0 comments:

Post a Comment