Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, August 17, 2013

GEMBIRA TANPA HIBURAN


Tadi malam, Sabtu 17 Agustus 2013, DAPUR.COM (Pemuda Puren Community) menyelenggarakan acara "Syawalan Warga RW 39 dan Memperingati Proklamasi 17 Agustus". Acara ini terjadi di SD Negri Puren. Komunitas Rama Domus Pacis juga mendapatkan undangan. Setelah selesai makan dan omong-omong di meja makan tadi malam, Rama Bambang berangkat menuju tempat penyelenggaraan. Dalam hati Rama Bambang berkata "Aku mewakili rama-rama Domus". Ketika sampai di SDN Puren, sudah ada cukup banyak yang datang dan duduk bersila dengan alas tikar dan karpet di ruang 3 kelas yang dibuka sehingga seperti ada di aula yang cukup luas. Warga Puren RW 39 dan tamu undangan yang berdatangan menulis nama dan alamat dalam buku presensi yang ada di 4 meja panitia pendaftaran. Setiap orang, yang ikut acara dan sudah menulis nama, alamat dan bertanda tangan, mendapatkan kertas kecil. Dalam kertas ini tercantum tulisan angka yang dapat dicocokan dengan angka yang akan diumumkan dalam pembagian door prize. Karena baru kali itu ikut acara Kampung Puren, Rama Bambang menjadi orang asing yang hanya beberapa gelintir warga Katolik yang mengenalnya. Mayoritas lebih dari 400 orang yang hadir belum mengenal Rama Bambang. Ketika seseorang datang, Mas Kus berkata sambil menunjuk Rama Bambang "Ini Rama Bambang". Dengan bersalaman orang itu berkata "Oh, ramanya sudah ganti lagi, ta?" Mas Kus menyahut "Rama Bambang bukan Rama Greja Pringwulung tetapi dari rumah rama-rama tua." Ternyata orang itu adalah ketua RW yang menjadi pemilik rumah makan Jogja Chicken. Tetapi Pak RW berlalu begitu saja. Yang jelas orang-orang dan juga kaum mudanya amat memberikan perhatian ketika Rama Bambang akan masuk ke tempat acara dilangsungkan. Banyak yang akan menolongnya ketika harus naik beberapa tangga. Seorang pemuda membawa kursi dan berkata "Nanti bapak duduk di kursi saja di luar dekat pintu." Rama Bambang sudah tidak dapat duduk bawah dengan bersila.

Rama Bambang mengira bahwa dalam acara itu akan ada pertunjukan dengan organ tunggal. Seorang bapak main organ dengan ritm apik sebelum acara. Beberapa lagu disuguhkan. Acara dibagi 2 bagian, yaitu peringatan 17an dan syawalan. Bagian acara 17an dikemas menjadi acara upacara bendera dengan inspektur upacara dan komandan upacara. Pelaksanaan ada di podium yang tidak luas. Para petugas sungguh serius dan upacara berjalan  khidmat selama 30an menit. Ada pengibaran bendera yang sudah dipasang dalam tiang yang dibawa oleh seorang pemuda, lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama, pembacaan teks Proklamasi dan Pacasila yang ditutup dengan lagu kebangsaan lain. Ternyata organ hanya untuk mengiringi lagu Indonesia Raya. Sesudah itu tidak lagi dimainkan. Selesai upacara bendera minuman dan dos isi snak diedarkan. Sementara itu ada pembagian door prize 10 bungkus tas plasik yang masing-masing berisi beras. Pengacara mengumumkan bahwa itu adalah pemberian Rama Bambang. "Lho, kok aku? Kuwi seka rama-rama Domus Pacis. Ah, ya wis. Nikmati wae he he he ...." (Lho, mengapa aku yang disebut? Itu kan pemberian rama-rama Domus Pacis. Ah, biarlah. Nikmati saja ha ha ha ...." kata Rama Bambang dalam hati.  Kemudian ada 3 sambutan: Ketua Panitia (pemuda), Wakil Bupati Kabupaten Sleman (ibu), Kepala Dukuh Pringwulung (bapak). Semua sambutan berlangsung dengan bagus baik isinya, artikulasinya, dan volume suaranya. Sekalipun dalam suasana resmi, para pembicara tampil dengan enak penuh keakraban. Sesudah sambutan-sambutan ada pembagian  door prize 3 buah setrika listrik. Kemudian disambung dengan bagian acara Syawalan yang diisi dengan pembacaan ayat-ayat Al'Quran, salam-salaman antar warga yang hadir, dan penyampaian Hikmah Syawal. Pembaca Al'Quran melantunkan dengan bagus sekali sehingga audiense dapat hening menikmati. Suasana salam-salam sungguh penuh keakraban dan kegembiraan dan kelakar. Pembicara yang menyampaikan Hikmah Syawal juga amat menarik karena tampil secara populer.

Acara malam itu ditutup dengan pembagian door prize terakhir yang terdiri dari tiga barang unggulan. Unggulan ketiga adalah blender, kedua rice cooker, pertama TV 21 in. Sebagaimana 13 orang penerima sebelumnya, yang mendapatkan harus maju sendiri dan tidak boleh diwakilkan. Ketika sampai pada rice cooker, pengacara mengumumkan nomor 220 dan menyebut nama "bapak Bambang Sutrisno". "Wela, aku entuk" (Lho, aku dapat) batin Rama Bambang. Sebenarnya Rama Bambang sudah berencana kalau dapat, kertas bernomor yang dimilik akan diberikan kepada salah satu anak yang banyak berkerumun di lapisan depan. Tetapi ternyata yang mendapatkan harus maju dan menerima barang sendiri. Maka Rama Bambang berjalan maju dengan krugnya. Sampai di podium begitu menerima door prize, Rama Bambang memanggil salah satu anak "Sing kaos kuning maju" (Yang berkaos kuning maju). Beberapa bapak memberi tahu anak itu "Ditimbali Pak Bambang" (Dipanggil oleh Pak Bambang). Si anak maju dan Rama Bambang berkata "Iki nggo kowe" (Ini untuk kamu) sambil memberikan kotak dos yang berisi rice cooker. Si anak tampak gembira dan banyak hadirin memberikan tepuk tangan. Ketika Rama Bambang mengambil motor roda tiganya dan sudah berada di sadel, anak berkaos kuning itu menghapiri dengan kata "Matur nuwun, pak" (Terima kasih, pak). Ternyata namanya Adam. Rama Bambang amat bahagia. Ternyata acara yang tidak memakai hiburan atraksi seni tetap membuat gembira. Sebenarnya kegembiraan Rama Bambang sudah terjadi sejak datang sebelum masuk ruang pertemuan. Mas Kus mengambilkan kursi untuk Rama Bambang duduk di halaman sambil menunggu acara. Beberapa bapak berjajar berdiri dekat Rama Bambang. Dan ternyata kemudian setiap orang yang datang bersalaman dengan bapak-bapak yang berdiri berjajar dimulai dari Rama Bambang yang duduk. Mas Kus berbisik "Malah dadi penerima tamu, nggih?" (Kita malah jadi penerima tamu).

0 comments:

Post a Comment