Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, August 23, 2013

YANG RUTIN YANG BERMASALAH


Kemarin pagi, Jumat 23 Agustus 2013, sambil menyapu Pak Tukiran, karyawan Domus Pacis, berkata pada Rama Bambang "Wingi sonten ndhaftarke Rama Joko teng Panti Rapih dipersulit" (Kemarin sore saya dipersulit oleh pendaftar Rumah Sakit Panti Rapih untuk kontrol Rama Joko). Rama Joko akan kontrol dokter besok Senin 26 Agustus 2013. "Lho, ndhaftar priksa dokter niku gampang banget kok" (Lho, pendaftaran untuk periksa dokter itu amat mudah) sanggah Rama Bambang. "Ning nyatane wingi angel banget. Mung ditilak-tiliki teng komputer ra rampung-rampung" (Tetapi kemarin nyatanya amat sukar. Petugas hanya melihat dan mencari-cari dalam komputer tidak segera selesai) Pak Tukiran juga menyanggah. "Njenengan ngasto kertune mboten?" (Anda membawa kartu nomer rekam medis tidak?). "Biasane mung nyebut jeneng terus kecekel" (Biasanya cukup dengan menyebut nama terus selesai). "Niku nggih isa. Sebut mawon asmane Rama Joko Sistiyanto, mesthi beres" (Itu juga bisa. Sebut saja nama Rama Joko Sistiyanto, pasti beres). Pak Tukiran menyahut "Kula pun muni Rama JOKO SETIYANTO" (Saya sudah bilang Rama JOKO SETIYANTO). Rama Bambang jadi maklum dan berkata "Ooooooo, nggih niku. Njenengan mboten ngendika Joko Sistiyanto" (Ooooo, itulah. Anda tidak mengatakan Joko Sistiyanto). "Kula pun muni JOKO SETIYANTO" (Saya sudah mengatakan Joko Setiyanto). Rama Bambang kemudian berkata pelan-pelan "Maaaaas, sanes Joko Setiyanto, nanging Jo-ko-sis-ti-yan-to" (Mas, bukan Joko Setiyanto, tetapi Jo-ko-sis-ti-yan-to). Dan Pak Tukiran pun terlongong-longong.

Sebetulnya pagi itu ada juga pembicaraan masalah kontrol dokter dari Rama Tri Wahyono. Pak Tukiran pada hari Kamis 22 Agustus 2013 sore mengantar Rama Tri ke Rumah Sakit Panti Rapih. Sekitar jam 2.00 siang Pak Tukiran berkata kepada Rama Bambang "Kanyata obate Rama Tri pun telas tigang dinten" (Ternyata obat Rama Tri sudah habis selama 3 hari). "Lho, kok saget mboten ngertos?" (Lho mengapa sampai tidak diketahui?) tanya Rama Bambang. "Rama Tri mboten ngendika" (Rama Tri tidak mengatakannya). Sebenarnya ini adalah peristiwa yang sudah berulang kali terjadi. Rama Bambang merasa agak jengkel mengapa Rama Tri yang disalahkan. Daya ingat Rama Tri sudah tidak dapat diandalkan. Ekses penyakit beliau membuatnya tidak dapat diajak mengingat-ingat jadual hidup programatis-sistematis. "Njenengan mangke bar ndherekke Rama Tri priksa, ngendika teng kula obate ngge pinten dinten. Benjang kula sing ngelingke kapan le priksa dokter. Pokoke dua atau tiga hari saderenge obat telas kudu pun priksa dokter" (Sesudah mengantar Rama Tri periksa dokter, Anda memberi informasi ke saya obatnya untuk berapa hari. Besok saya yang akan mengingatkan kapan hari periksa dokter. Pokoknya dua atau tiga hari sebelum obat habis harus sudah periksa dokter) Rama Bambang berkata. Dalam hal periksa dokter, Rama Bambang sudah menjalani secara rutin berkali-kali. Kini di Domus Pacis ada 3 orang rama yang harus periksa rutin termasuk Rama Bambang. Dua yang lain adalah Rama Tri dan Rama Joko.

Pada pagi hari Jumat 23 Agustus 2013, ketika Rama Tri datang di meja makan, Rama Bambang bilang ke beliau "Mo, suk sing ngatur kapan kowe priksa dokter aku ya? Aku sing ndhaftarke" (Rama, aku yang akan mengatur kapan kamu periksa dokter, ya? Aku yang akan mendaftarkan ke rumah sakit). Rama Tri dengan nada suara biasa penuh kepasrahan dan terasa lucu berucap "Yaaaaaaa ......" Rama Yadi dan Rama Harto tersenyum-senyum. Rama Bambang dalam hati tertawa geli karena merasa bertindak seperti pengurus rumah tangga. Tetapi lebih lagi terasa gelinya ketika Rama Bambang menyadari bahwa dia ikut sikap yang terlalu menyerahkan kebutuhan pribadi teman ke urusan struktural. Hal ini biasa terucap dengan kata-kata "Rak wis ana sung ngurus, ta?" (Bukakah sudah ada pengurusnya?). Rama Bambang menyadari kekonyolannya karena dia termasuk yang kerap berkoar-koar "Komunitas itu bukan Organisasi. Komunitas menekankan hubungan personal dengan kekayaan sikap peduli satu sama lain. Dalam organisasi tidak ada hubungan orang. Yang ada hubungan antar posisi jabatan. Segalanya harus lewat prosedur." Tapi nyatanya Rama Bambang juga berkata "Wis ana penguruse, ta?" (Sudah ada pengurusnya, kan?). Gajah diblangkoni, isa kojah ra isa nglakoni (Biasanya hanya berkhotbah, tetapi sendiri tak melaksanakannya).


0 comments:

Post a Comment