Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, August 20, 2013

Sabda Hidup


Rabu, 21 Agustus 2013
Peringatan Wajib St. Pius X
Warna Liturgi Putih
Bacaan
Hak. 9:6-15; Mzm. 21:2-3,4-5,6-7; Mat. 20:1-16a

Matius 20:1-16a
20:1 "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
20:2 Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya.
20:3 Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar.
20:4 Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka pun pergi.
20:5 Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi.
20:6 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?
20:7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.
20:8 Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.
20:9 Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
20:10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga.
20:11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu,
20:12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.
20:13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?
20:14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.
20:15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
20:16 Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."


Renungan
Kala membaca teks ini spontan akan terasa janggal. Kejanggalan itu bukan pada alur cerita, namun pada tindakan sang tuan rumah. Ia sebagai pemilik kebun sejak pagi pergi mencari tukang untuk menggarap kebunnya, lalu membri upah menurut ukuran yang telah ia tentukan dan  disepakati oleh para pekerja.
Dalan kesempatan ini saya akan mengajak masuk pada salah satu kejanggalan tersebut: si pemilik tanah rajin mencari pekerja. Tindakan ini cukup mengusik saya dan membangkitkan tanya kenapa ia menjadi pemilik kebun dan yang lain hanya menjadi pekerja. Namun setelah kubaca beberapa kali aku jadi yakin bahwa mereka dibedakan oleh rajin atau tidak rajin.
Aku membayangkan sang tuan rumah bisa memiliki kebun dan pekerja karena ia rajin. Sebaliknya si pekerja tidak memiliki kebun karena entah dia malas mencari nafkah, entah karena tidak punya dana untuk memilikinya atau karena mereka lebih mudah mengeluh daripada bertindak, apalagi bertindak dengan rajin. Perbedaan sikap ini akan menentukan siapa mereka.
Rasaku semua orang bisa memiliki penghasilan dan mempunyai "kebon" kalau ia rajin bekerja dan menata keuangannya dengan baik, menghindarkan diri dari mengeluh, menerima segala hal yang terjadi dengan hati terbuka. Namun semua orang bisa juga hanya menjadi tukang kebun kalau ia malas, menutut dan gampang mengeluh, tidak bisa menerima dengan baik segala hal yang terjadi. Orang yang rajin akan dekat dengan Kerajaan Allah.

Kontemplasi
Carilah tempat yang nyaman. Duduklah dengan mata terpejam. Hadirkan sikap dan perilakumu kerjamu setiap-hari.

Refleksi
Apakah aku termasuk orang yang rajin, mengapa?

Doa
Tuhan semoga semangatku untuk bekerja selalu menyala. Amin.

Perutusan
Aku akan bekerja dengan rajin.

0 comments:

Post a Comment