Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, August 19, 2013

KACAUNYA ORANG TUA?


"Rama, dhek Juli njenengan maringi arta pinten ngge Agustus niki?" (Rama, untuk bulan Agustus ini Anda Juli lalu memberi uang berapa kepada saya?) tanya Rama Bambang kepada Rama Yadi ketika sedang makan pagi Selasa 20 Agustus 2013. "Wah, kula lali je. Kudu niliki teng cathetan" (Saya lupa, harus melihat kembali dalam catatan) jawab Rama Yadi. Sesudah selesai menghabiskan roti. Pagi ini beliau kebetulan tidak makan nasi, Rama Yadi keluar tetapi sebelumnya mengambil tempe. Di depan pintu kamar makan dengan kursi rodanya beliau berhenti. "Ooooo, menjumpai kekasihnya" guman Rama Bambang dalam hati ketika tahu Rama Yadi memberikan tempe itu buat anjing kesayangannya. Dan Rama Yadi cukup lama di luar kamar makan. Beliau memang di tengah makan kadang keluar memberikan santapan untuk "sang kekasih" bila ada makanan istimewa. Tetapi biasanya berjumpa mesranya terjadi sesudah selesai waktu makan.

Ketika masuk kembali di kamar makan Rama Yadi membawa notebook dan kemudian dibukanya di atas meja makan. "Kula kudu niliki cathetan teng ngriki" (Saya harus melihat catatan di sini) kata Rama Yadi yang ternyata pergi di tengah makan untuk mengambil alat elektroniknya. Sesudah menghidupkan alat itu, beliau menyebut satu persatu pemasukan dengan besarnya uang yang diterima di bulan Juli 2013. Kemudian pengeluaran juga disebutkan satu persatu termasuk yang diberikan kepada Rama Bambang dengan mengatakan "Diberikan ke Rama Bambang Rp. 8.450.000." Rama Bambang menyela "Rumiyin njenengan maringi cathetan tertulis perinciane. Arta niku ngge kepentingan napa mawon?" (Dulu Rama memberikan catatan tertulis untuk perinciannya. Uang sebesar itu untuk apa saja?" "Kula kesupen. Sing kula cathet mung totale" (Saya lupa. Yang saya catat di sini hanya keseluruhan uang keluar dan masuk" jawab Rama Yadi. Rama Bambang hanya ingat uang itu untuk beaya yang diurus Rama Bambang selama Agustus 2013, yaitu Novena Seminar, lauk makan karyawan, pembuatan kolam lele 3 kotak, dan Ulang Tahun Imamat ke 26 Rama Joko dan Rama Tri Wahyono.

Rama Yadi bertanya kepada Rama Bambang "Onten napa, ta, kok, mundhut pirsa?" (Mengapa Rama bertanya tentang uang?) "Kula rak kudu ngerti gedhene kekeliruan lan kesalahan kula" (Saya harus tahu besarnya kekeliruan dan kesalahan saya) jawab Rama Bambang. "Salah napa?" (Apa salahnya) tiba-tiba Rama Harto nyeletuk. "Dhek permulaan Agustus pemborong bangunan ngersaake arta terutama kangge lebaran para tukang. Nah, kula sing ngusahakke golek dhuwit beberapa puluh juta. Kula nglumpukke saking rika-riki. Termasuk sing kula cekel. Nah, dhuwit sing seka Rama Yadi melu katut" (Pada permulaan Agustus pemborong bangunan minta pembayaran agar dapat memberikan uang Idul Fitri untuk para tukang. Saya mengusahakan cari uang beberapa juta. Saya kumpulkan dari sana-sini termasuk uang yang ada pada saya. Nah, uang dari Rama Yadi ikut terbang) Rama Bambang menjelaskan. Rama Bambang meneruskan "Dalam lembaga yang saya lakukan itu salah. Riyin dhek tesih nyekel lembaga kula mboten badhe nglakoni kaya ngaten. Sedaya onten pose dhewe-dhewe" (Dalam lembaga yang saya lakukan itu salah. Ketika masih memimpin lembaga, saya tidak akan melekakukan seperti ini. Semua ada posnya masing-masing). Rama Yadi dan Rama Harto hanya tersenyum. "Napa merga wis mlebu tuwa, nggih. Bali tradisional nganggo cara kiak-kiuk?" (Apakah karena sudah termasuk kaum tua. Lalu kembali menjadi tradisional dengan sikap bertindak memanfaatkan yang ada untuk kepentingan lain?) tanya Rama Bambang. Rama Harto berkata dengan lembutnya "Nggih, pun mboten napa-napa. Toh ngge kebersamaan" (Tidak apa-apa. Semua kan untuk kepentingan bersama). "Pokoke diputuske mawon rasah ngijoli. Jare nek pun onten putusan meja makan, okelah" (Pokoknya diputuskan saja tidak perlu mengganti. Katanya putusan meja makan itu oke) sahut Rama Yadi. Rama Bambang menyahut "Ning pripun dengan Rama Agoeng lan Rama Tri Wahyono?" (Tetapi bagaimana dengan Rama Agoeng dan Rama Tri Wahyono?). "Le takon teng ngarepe kabeh awake dhewe. Mangke rak pekewuh terus setuju ora ngganti" (Bertanyanya di depan kita. Pasti tidak akan enak berterus terang sehingga akan setuju tidak usah mengganti) kata Rama Yadi yang disambut tertawa dari ketiga rama. Dalam hati Rama Bambang mengumpat "Wong tuwa-tuwa dha kaco menejemene" (Dasar kaum tuwa. Managemennya kacau balau).

2 comments:

Anonymous said...

wis jan gayeng tenan romo2 iki..
jiwane isih ono isih iso dirasakke..
ora nglokro.. tetep bercumbu kalih Gusti..

Urip ora mung sekedar urip..

Domus Pacis Puren said...

Mungkin itu kekuatan persaudaraan/kekeluargaan sejati (komunitas). Iki marahi satu sama lain isah saling nampa walau jan-jane yang satu bukan ideale yang lain. Memang, ada aja yang sulit bersama. Tapi kalau dua atau tiga aja bersama berjuang hayati Yesus (band Mat 18:20), yang papa dan yang nakal tetap alami kesejahteraan sama bahkan berlimpah. Mungkin itu dampak aura kasih. Malah khotbah ha ha ha ......

Post a Comment