Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, February 9, 2014

COBA AYAM


Kebun dan ternak di Domus Pacis mulai tampak maju sesudah hadirnya Mas Heru empat bulan lalu. Buah-buah pepaya dan pisang sudah pernah dicoba menjadi barang dagangan. Kini tanah bagian belakang sudah banyak tertanan jahe yang diharapkan dalam tempo sepuluh bulan dapat dipanen. Ikan lele periode pertama terjual semuanya. Kini di kolam ada lele, nila, dan satu jenis lainnya. Ternak ayam juga mulai makin banyak. Sekitar dua bulan lalu Rama Bambang sudah meminta Mas Heru untuk mengikat beberapa ekor yang akan dijual. Tetapi pada waktu itu Rama Tri, yang amat sayang ayam, berkeberatan. Tetapi untuk sekarang, bila mau menjual ayam, Rama Tri sudah ok.

"Rama, aku sudah sampe trafik light perempatan Gejayan" suara Bu Rini dalam telepon HP Rama Bambang pada pagi hari Kamis 6 Februari 2014 ketika di kamarnya Rama Bambang sedang menemui Bu Titik, pengurus paramenta Domus Pacis. "Mbak Tari, nyuwun tulung Mas Heru dicriyosi! Bu Rini meh teka mendhet ayame!" (Mbak Tari, tolong Mas Heru diberi tahu! Bu Rini hampir datang untuk ambil ayam!) seru Rama Bambang kepada Mbak Tari yang ada di dapur. Benarlah, tak lama kemudian Bu Rini datang. Maka keluarlah Rama Bambang, Bu Titik, Mbak Tari, Yahya bersama Bu Rini menuju tempat parkir mobil di ruang belakang gedung induk Domus Pacis. Mas Heru sudah siap dengan 7 ekor ayam yang dimasukkan dalam dua keranjang. Bu Rini menggelar berlembar-lembar kertas koran di mobilnya yang cukup lux. Ketika Bu Rini sudah berada di belakang setir dan ayam sudah dimasukkan, tiba-tiba dia berteriak "Adhuuuuuh ...... ambuneeee" (Aduh, bauknya). Semua tertawa dan Mas Heru berseru "Cendhelane mboten sah ditutup" (Jendela tak usah ditutup) yang disambung oleh Rama Bambang "Ra sah nganggo AC" (Tak usah menghidupkan AC). Pada siang hari Rama Bambang mendapatkan informasi kalau penyembelihan dan pembersihan bulu membutuhkan beaya Rp. 4.000,00 per ekor.  "Kabeh, payu. Aku ora komanan" (Semua laku dan aku tak mendapatkan bagian) kata Bu Rini dalam SMS.

0 comments:

Post a Comment