Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, February 26, 2014

PROGRAM BARU MULAI


Rabu 26 Februari 2014 jam 15.40 Rama Bambang datang di rumah Ibu Darman di Kepuh yang termasuk Wilayah Ngireng-ireng, Paroki Ganjuran. Bapak-bapak dan ibu-ibu termasuk satu perempuan lajang sudah siap menanti. Sebenarnya Mbak Kartini ketika berhubungan dengan Rama Bambang lewat SMS bilang kalau pertemuan akan dilaksanakan di gendung gereja Ngireng-ireng. Tetapi Rama Bambang menolak. Peserta tak boleh ikuti oleh banyak sekali umat katolik. Kalau ada banyak "Dadekke beberapa kelompok lan gantian kanggonan. Kan pertemuanne jenenge jagongan?" (Jadikan beberapa kelompok dan bergantian rumah untuk tempat pertemuan. Bukankah pertemuan ini bernama jagongan yang berarti duduk omong-omong santai) kata Rama Bambang dalam SMS. Pertemuan di rumah Bu Darman yang dimulai jam 16.00 ini diikuti oleh 28 orang yang berasal dari: Lingkungan Lingkungan Cangkring 5 perempuan dan 5 laki-laki; Lingkungan Kepuh 10 perempuan; Lingkungan Tempel 1 perempuan. Dua puluh lima orang berusia di atas 40 tahun orang bahkan mayoritas di atas 50 tahun. Tiga orang terdiri dari suami-istri usia 35an tahun dan 1 orang perempuan lajang usia 39 tahun. Sementara itu satu orang ibu Rini dari Sleman ikut Rama Bambang untuk melihat pertemuan karena juga memiliki niat sama mengadakan program ini.

Pertemuan itu bagi Komunitas Rama Domus Pacis menjadi yang pertama kali terjadi atas program baru dalam rangka Pendampingan Iman kaum Tua (PIKATU). Selain program Novena Ekaristi Seminar, pada tahun 2014 Komunitas Rama Domus Pacis menawarkan program Jagongan Jadi Kaum Tua Pewarta. Dengan istilah jagongan (dudu-duduk omong-omong santai) diharapkan terjadi kelompok-kelompok kecil yang mengembangkan diri menjadi kaum tua yang dapat menjadi saksi dan pewarta iman sesuai dengan perkembangan situasi hidupnya. Karena ditekankan hubungan personal satu sama lain, tempat pertemuan diharapkan bergantian rumah di antara para peserta. Program ini menjadi ajang berbicara tentang imannya berdasarkan hidup dewasa atau tua dengan berpegang pada pokok-pokok iman yang ada dalam doa "Aku Percaya" yang ada dalam Katekismus Gereja Katolik. Di dalam kata-kata pembuka Rama Bambang berkata "Kebetulan Keuskupan ndadekke taun 2014 Tahun Formatio Iman. Niki dadi taun miwiti gerakan pembinaan iman terus-terusan saking balita nganti usia lanjut. Ing ngriki diharapke umat isa beriman cerdas, tangguh, misioner" (Kebutulan Keuskupan Agung Semarang menjadikan tahun 2014 sebagai Tahun Formatio Iman. Ini menjadi tahun permulaan gerakan pembinaan iman berkelanjutan dari usia dini sampai lanjut usia. Di sini diharapkan umat menghayati iman yang cerdas, tangguh, dan misioner).

Proses pertemuan di rumah Bu Darman dimulai dengan omong-omong dalam 5 kelompok kecil. Para peserta berbicara tentang pengalaman sebagai orang tua di dalam keluarga, tempat cari nafkah, dan dalam pergaulan dengan masyarakat kiri kanan termasuk umat Lingkungan. Kemudian masing-masing kelompok menyampaikan hasil sharing dan Rama Bambang membuat rangkuman dan menunjukkan hal yang menonjol menjadi pengalaman umum. Sesudah itu Rama Bambang mengajak mendalami kalimat iman "Aku percaya akan Allah Bapa yang mahakuasa pencipta langit dan bumi" dengan berpegang pada Katekismus Gereja Katolik nomor 238 dan 239. Ternyata para peserta dapat secara langsung bertanya dan menanggapi sambil menikmati minuman dan snak yang tersedia. Pada jam 18.15 pertemuan ditutup dengan menyantap gado-gado.

Karena program ini direncanakan terjadi dalam 12 kali pertemuan, maka Rama Bambang mengajak membuat kesepakatan untuk hari berikutnya. Ternyata para peserta bersepakat untuk kembali pada hari Rabu Keempat bukan Maret tanggal 26. "Papane teng ngriki malih nggih saget" (Tempat pertemuan terjadi lagi di sini, saya akan menerima) kata Bu Darman ketika berbicara tentang tempat yang disahut oleh Rama Bambang "Ning mbokmenawa enten sing ngersaaken nampi?" (Tetapi barangkali ada yang ingin mendapatkan kesemopatan menerima kita?). Ternyata Pak Jono dari Lingkungan Turi menunjukkan jari dengan wajah cerianya. Maka besok tanggal 26 Maret 2014 rumah Pak Jono akan jadi tempat pertemuan. "Pertemuannya gayeng ya?" kata Bu Rini ketika pulang. Ibu ini tampaknya juga jadi makin terdorong untuk mengajak kaum tua di Wilayah Sleman, Paroki Medari. "Ning aja lali matur Rama Paroki sik" (Tapi jangan lupa memberi tahu Rama Paroki lebih dahulu) kata Rama Bambang yang di tengah pertemuan juga mengecek apakah Ngireng-ireng sudah memberi tahu Rama Paroki Ganjuran atau belum.

0 comments:

Post a Comment