Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, February 5, 2014

MIRIP JAWA


Dalam pertemuan pleno UNIO (persaudaraan para rama praja) Keuskupan Agung Semarang di Sangkal Putung pada Januari 2014, Rama Awan dari Boyolali memberi informasi bahwa ada kelompok akan berkunjung ke Domus Pacis pada 2 Februari 2014. Kelompok ini beranggotakan ibu-ibu dan bapak-bapak. Mereka meminta Rama Awan harus ikut. Itulah sebabnya mereka baru akan berangkat dari Boyolali paling tidak jam 01.00 siang karena Rama Awan harus lebih dahulu menyelesaikan pelayanan misa Minggu. Dan benarlah pada Minggu 2 Februari 2014 kelompok ini datang di Domus pada sekitar jam 03.30 sore. Rama Bambang yang keluar dari kamarnya melihat Rama Agoeng sudah berdandan. "Wah, Rama Agoeng wis siap nampa tamu" (Wah, Rama Agoeng sudah siap menerima tamu) kata Rama Bambang dalam hati. "Ibu-ibu dan bapak-bapak, maaf saya harus pergi" kata Rama Agoeng yang meneruskan bicaranya ke arah Rama Bambang "Kula ajeng teng Muntilan" (Saya akan ke Muntilan) yang disahut oleh Rama Bambang "Ooooo, rapat Dewan Harian DKP, nggih?" (Ooooo, rapat Dewan Harian Dewan Karya Pastoral, ya?). Rama Bambang tahu bahwa setiap Minggu Pertama sore ada rapat rutin lembaga ini di Pastoran Sanjaya Muntilan. "Nggih, rama" (Ya, rama) kata Rama Agoeng yang langsung pergi. Yang menerima tamu adalah Rama Yadi, Rama Harto, dan Rama Bambang.

"Para rama, kami adalah kelompok yang bernama Paguyuban Santa Maria Pecinta Damai (?)" salah satu bapak berbicara membuka acara perjumpaan di ruang pertemuan dalam Domus Pacis "Kami adalah kelompok khusus para keturunan Tionghoa. Paguyuban kami dulu didirikan ole Rama Sugihartanto. Kami bertemu rutin sebulan sekali untuk ibadat dan pendalaman iman. Pembimbing kami, kecuali Rama Paroki pas hadir, kini adalah Sr. Rosa yang rajin mendampingi." Rama Bambang memperhatikan yang hadir kecuali Rama Awan dan 2 orang suster. Ternyata dari tanda-tanda wajah akhirnya Rama Bambang baru menyadari bahwa mereka adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang sekilas mirip orang-orang Jawa karena kulitnya yang rata-rata berwarna sawo matang dan logat bicaranya yang seperti orang Jawa biasa.

Sesudah doa pembukaan oleh suster bapak yang membuka acara meneruskan "Untuk merayakan Tahun Baru Imlek kami biasa mengadakan Misa Imlek. Untuk tahun ini kami tidak menyelenggarakan misa tetapi mengadakan kunjungan ke para rama tua yang pernah banyak berkarya dan kepada para calon rama di Seminari Tinggi Kentungan. Sehingga dari Domus Pacis kami akan langsung ke Kentungan. ....." "Kalau begitu ini adalah Wisata Imlek?" potong Rama Bambang yang disambung bapak itu "Iya, ya?" dan tertawa dari yang hadir. Bapak itu kemudian memperkenalkan para pengurus dan yang hadir satu per satu yang kesemuanya berjumlah lebih dari 25 orang. Rama Yadi melanjutkan dengan berceritera tentang keadaan Domus Pacis dalam perjalanannya. Di situ dikisahkan ketika keadaan Domus masih memprihatinkan hingga perubahan yang membuat rasa enak para penghuni yang baru terjadi belum ada setahun. Rama Bambang menambahkan bahwa segala perkembangan bagus ini datang sesudah di Domus Pacis sungguh-sungguh ada paguyuban atau komunitas. Ketika masih sendiri-sendiri di kamar suasana, sungguh memprihatinkan. "Paguyuban sungguh menjadi kekuatan untuk menumbuhkembangkan kehidupan" kata Rama Bambang mengakhiri kata-katanya.

"Wah, ternyata dengan jumpa dengan para rama kami tidak hanya membawa kegembiraan dan peneguhan bagi para rama. Kami juga mendapatkan banyak pengetahuan dan ajaran hidup untuk mengembangkan diri" kata-kata bapak pengacara. Rama Harto menutup acara dengan doa dan berkat. Ketika mereka akan beranjak meneruskan perjalanan Rama Bambang berseru "Silahkan menyalami rama Tri Wahyono. Masuk saja ke kamarnya. Buka pintunya. Tidak apa-apa. Beliau akan senang sekali." Dan mereka pun melakukannya.

0 comments:

Post a Comment